Saturday, October 27, 2007

A Hidden Pura Temple In Tanah Lot, Batu Bolong

Sekali anda berkunjung ke Tanah Lot, Kemungkinan besar anda akan melupakan satu buah lagi objek wisata tambahan yang ada di sebelahnya, terutama karena posisinya yang kurang strategis. Terlebih lagi, Tanah Lot merupakan wisata sore hari -demi melihat sunset- sehingga orang sering melewatkan sore menjelang malam di Tanah Lot sehingga melupakan keberadaan Batu Bolong. sangat sungguh disayangkan.

Batu Bolong yang berjarak sepelemparan batu dari Tanah Lot dan masih masuk dalam wilayah Areal Tanah Lot ini memang unik. Foto akan menunjukkan betapa uniknya Batu ini.

Ada Lubang besar di bawah tebing cadas sementara di bagian atasnya dibangun jalan setapak untuk berkunjung ke pura Batu Bolong. Bagian bawah Batu Bolong akan dipenuhi air pada saat air pasang dan akan terlihat bagian dasarnya sehingga bisa dilewati manusia pada saat air surut. Kami sempat mengunjungi bagian bawah Batu Bolong ketika airnya surut. Pasir Hitam yang berada di bagian bawah Batu memang memberikan kesan tersendiri, terutama dengan background bebatuan cadas di belakangnya.

Seperti lazimnya Pura - Pura dimanapun, Pura Batu Bolong ditutup untuk umum kecuali untuk yang beragam Hindu dan ingin bersembahyang. Alhasil, kami hanya sempat untuk berfoto di depan areal Pura saja, tepat di atas ketinggian Batu Bolong.

Lokasi Batu Bolong terletak tepat di sebelah kanan Tanah Lot ketika anda datang atau kiri Tanah Lot ketika anda pulang. Apabila anda mengharapkan untuk dapat mengunjungi Pura ini, sediakanlah waktu lebih banyak selama anda berada di wilayah tanah Lot, selain mengunjungi Tanah Lot dan Berbelanja di Pasar Tanah Lot. Lokasi menuju Pura memang cantik tertata dengan rapi, bahkan di beberapa tempat ada atraksi berfoto dengan ular. perjalanan menuju Pura memang agak sedikit memutar, namun yakinlah, perjalanan anda tidak sia-sia terlebih Pura Batu Bolong terlihat dengan jelas dari Tanah Lot.

Friday, October 26, 2007

Pulang Ke Kotamu

"Pulang ke kotamu" mewarnai perjalanan saya dari Solo menuju Yogya dengan kereta Prameks seharga 7000 rupiah. Yap, saya sedang menuju Yogyakarta untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Tujuannya? Tentu saja wilayah paling terkenal seantero Yogya yakni Jalan Malioboro.

Kereta menuju Yogya dari Solo dilayani dari beberapa Stasiun, namun saya memilih naik dari Stasiun Solojebres, dimana dekat dengan tempat penginapan saya. Hal yang sungguh berbeda antara kereta di Jakarta dengan kereta di Jawa, seperti contohnya Solo-Yogyakarta adalah kereta menjadi salah satu komoditas publik dan semua orang tampaknya senang menggunakan kereta. Tambahan lagi, bagian dalam kereta tampak sangat terawat dan rapih serta orang tidak berjejal apalagi sampai menaiki gerbong kereta guna pergi ke suatu tujuan. Sangat tidak manusiawi! Apabila keretanya terawat seperti di Solo, dengan senang hati saya akan naik kereta kemanapun saya pergi di Jakarta.

Perlu diketahui bahwa perjalanan menuju Yogyakarta dari Solo selain dengan kereta api, anda dapat menaiki bus dengan pilihan turun di Klaten untuk menikmati Prambanan. Namun, berhubung waktu yang terbatas, maka saya memilih Kereta Api seharga 7000 rupiah. Terlebih, kereta datang setiap hampir setengah jam sekali, sungguh memudahkan penumpang.

Kereta yang saya naiki bukanlah kereta baru. Namun, yang menyenangkan, kereta ini bentuknya seperti bus, jadi semua kursi menghadap ke depan. Sedikit berbeda dengan kereta kereta yang biasa saya naiki di Jakarta. Kereta yang berangkat pada pukul 8.35 pagi ini akan bertolak terlebih dahulu ke Palur, ujung paling timur dari lajur ini sebelum kembali lagi menuju Solojebres, Purwosari, Klaten, Lempuyangan dan terakhir Tugu di Yogyakarta, tempat saya akan turun nantinya. Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya, sepenuh-penuhnya isi penumpang kereta, terutama mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta, semuanya nampak rapih dan teratur. Tidak ada saling desak-desakan ataupun berbuat yang aneh-aneh seperti menaiki atap gerbong.

Kurang lebih hampir pukul 10, saya sampai di Yogyakarta. Tentu, kamera sudah siap di tangan untuk mengabadikan bahwa saya telah berkunjung ke kota ini. Tak dapat dipungkiri, selepas keluar dari stasiun, banyak sekali objek-objek menarik yang dapat difoto, antara lain rupa stasiun Tugu sendiri, tugu jam, gerbang Yogyakarta Kota Wisata, rel kereta yang tiba-tiba menyeruak ke jalan raya, dan tentunya Jalan Malioboro!

Jalan Malioboro adalah Jalan Raya dengan Jalur cepat dan jalur Lambat membentang dari arah utara, tepat dari Stasiun Tugu menuju ke arah selatan. Di sisi kanan kiri jalan ini, anda bisa melihat deretan toko-toko yang menjual berbagai pernah pernik belanja, dan terutama oleh-oleh. Sebut saja toko baju, toko kerajinan, toko barang antik, toko makanan dan lainnya. Di samping itu, terdapat Hotel seperti hotel Inna, Mall Malioboro, dan Toko kerajinan tangan seperti Mirota Batik dan tentu saja Dagadu Djogja!

sampai di Yogya siang hari tentu berbeda dengan suasana Yogya Malioboro pada malam hari. Konon, di malam hari, penjual makanan akan memenuhi kanan dan kiri jalanan dan barulah anda merasakan spirit of malioboro yang sesungguhnya. Di siang hari, kanan dan kiri jalan dipenuhi oleh para pedagang kaus dan pakaian terutama yang khas Yogya, perhiasan etnik seperti kalung, gelang, cincin,kerajinan tangan dan benda oleh-oleh dan tentunya cemilan khas Yogya seperti Bakpia Pathok yang terkenal itu, juga lanting, getuk, semar mendem, dan macam macam angkringan.

Jalan Malioboro yang terkenal ini memang membentang hingga Monumen Serangan Umum 1 Maret. Jalan ini akan sangat mudah dikenali, terutama dengan adanya hiasan gunungan yang berjejer di tengah-tengah jalan. Di sebelah monumen, anda dapat berkunjung ke salah satu benteng bekas peninggalan Belanda yang sudah cukup tua yakni Benteng Vredeburg.

Inilah Jiwa dari Yogya, bahkan ada ungkapan, belum ke Yogya jika anda belum ke Malioboro. Anda dapat dengan mudah menikmati berbagai panggung kehidupan di Jalanan, mulai dari para penjaja makanan, pakaian, hingga sopir taksi ataupun abang becak. berbagai jenis makanan akan tampak menarik minat anda terutama yang dijajakan di kiri dan kanan jalan.

Sebagai informasi, Jalan Malioboro ini terkenal dengan copetnya. bukan bermaksud untuk menakut-nakuti, namun sebaiknya anda tetap berhati-hati dan waspada serta mengusahakan agar barang bawaan diletakkan di depan dan dalam satu area pengawasan jadi lebih mudah untuk diawasi. Satu hal lagi yakni beberapa atau bahkan hampir semua abang becak yang berada di Malioboro akan tampak sangat mengganggu terlebih bila anda memutuskan untuk berkeliling Malioboro dengan berjalan kaki. Walaupun niat mereka baik, bahkan terkadang ada yang sampai banting harga hingga 3000 rupiah untuk mengantar dari Tugu ke Benteng dan Tamansari, mereka akan cukup menganggu dan memaksa anda hingga anda naik becak mereka. Beberapa dari mereka bahkan terlalu ramah ke turis sampai memberikan informasi tempat wisata dan lainnya hingga anda tak enak hati dan naik becak mereka. Memang bagus untuk wajah pariwisata, namun untuk turis yang memilih berjalan kaki untuk menikmati Malioboro, maka ini akan jadi preseden yang buruk. Sedikit saran, apabila anda memang tidak tertarik sama sekali, jangan tunjukkan ketertarikan ataupun berbicara dengan mereka. Cukup katakan terima kasih sambil berlalu agar mereka mengerti bahwa anda benar-benar tidak menginginkan untuk menggunakan jasa mereka.

Thursday, October 25, 2007

Grojogan Sewu, Grojogan di Kaki Gunung Lawu, Karanganyar

Solo, Sala atau Surakarta memiliki beberapa tujuan wisata menarik. Salah satu tujuan wisata alam yang tidak berada di kota Solo adalah Taman Wisata Tawangmangu yang terkenal dengan Air Terjun Grojogan Sewunya, yang terletak tepat di kaki Gunung Sewu, kabupaten Karangayar ini.

Perjalanan menuju daerah ini memakan waktu kurang lebih 1 jam dengan bus, berhubung bus satu-satunya kendaraan umum yang dapat digunakan untuk berwisata menuju daerah ini selain kendaraan pribadi tentunya. Untuk menuju Tawangmangu, anda harus menaiki bus besar yang melayani jurusan Solo – Tawangmangu yang umumnya beredar di depan kampus Universitas 1 1 Maret dengan bayaran 7000 per orang.

Daerah yang dilewati antara lain Solo – Karanganyar – Karangpandan – Tawangmangu. Perjalanan menuju lokasi tersebut sangat bervariasi pemandangannya, mulai dari perkotaan, perumahan, hingga sawah, lereng gunung dan tempat peristirahatan di kaki Gunung Sewu yang terletak di antara dua propisni yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Setelah kurang lebih satu jam menempuh perjalanan, anda akan tiba di daerah Tawangmangu, tepat di terminal akhir Tawangmangu (berpadu dengan Pasar Tawangmangu). Sampai disini, anda belum memasuki daerah Taman Wisata Tawangmangu, dan anda harus berjalan kurang lebih sejauh 1 kilometer sebelum masuk ke dalam lokasi taman wisata yang terkenal dengan banyaknya kera ini. Untuk masuk ke wilayah ini, anda tidak dikenakan biaya apapun karena Taman Wisata ini terbuka bagi umum. Jalan menuju Taman Wisata pun bisa ditempuh melalui dua cara, jalan darat dengan kaki dimana anda harus melalui persawahan dan hutan pinus atau jalan raya dengan angkutan bolak-balik yang melayani Terminal Tawangmangu – Pintu Masuk 1 Grojogan Sewu. Saya memilih berjalan kaki karena ingin menikmati alam sambil melewati Hutan Pinus yang cantik.

Perjalanan sejauh 1 kilometer akan tampak tidak terasa karena anda akan berjumpa dengan berbagai jenis lokasi yang menarik seperti sawah, hutan pinus, maupun perumahan penduduk dimana kebun yang dimilikinya memiliki bunga berwarna-warni seperti Gerbera dan Daisy serta Bougenville. Karena saya memilih jalan alternatif, maka disini terdapat dua pilihan untuk masuk pintu Grojogan Sewu, yakni pintu 1 yang berada di puncak atau pintu 2 yang berada di lereng bawah. Karena alasan kepraktisan, saya memilih pintu 2 yang berada di bawah. Untuk masuk ke dalam Lokasi Grojogan Sewu, bintang utama Taman Wisata ini, anda diwajibkan membayar sebesar 6000 rupiah per orang. Dengan melewati berbagai jalur yang ada, anda akan tiba di Grojogan Sewu yang sudah tertata dengan apik baik dari segi infrastruktur maupun jaringan jalan serta fasilitas pendukung wisata. Dengan mudah anda akan menemukan banyak sekali penjual makanan, terutama sate kelinci, dan penjual minuman minuman dingin menyegarkan. Seperti umumnya, taman wisata di Indonesia, lokasi ini pun tak luput dijadikan tempat bermesraan bagi pasangan-pasangan, apalagi dengan ramainya jasa penyewaan tikar yang sudah tentu menambah kenyamanan berasyik masyuk.

Menurut penduduk setempat, curahan air Grojogan Sewu tidak sedashyat dahulu. Entah karena memang diakibatkan oleh musim kemarau ataupun cadangan air tanah yang semakin sedikit, namun ini tidak membuat Grojogan Sewu tidak diminati lagi. Para Pengunjung memenuhi hampir semua areal Taman Wisata ini, mulai dari sekedar berfoto, mengadakan outbond, menyanyi bersama, duduk memandang air terjun hingga mandi di kolam curahan air terjun. Air terjun setinggi 81 meter ini memang terletak di kaki gunung Lawu, dengan curahan terjunan yang tidak bertumpu pada satu titik namun tersebar, akibatnya banyak lokasi deposit penampungan air selain air terjun utama Grojogan Sewu ini.

Selain objek wisata alam berupa Grojogan (bahasa Jawa : Air Terjun), lokasi ini juga menawarkan keindahan alam kaki Gunung Lawu, kolam renang baik bagi anak anak ataupun orang dewasa, dan hewan-hewan habitat alami seperti kera-kera yang cukup nakal sehingga anda harus berhati-hati dengan barang bawaan anda. Tidak usah khawatir kelaparan atau kehausan disini, banyak sekali lokasi penjualan minuman dan makanan dari dalam hingga keluar areal kompleks. Di sisi kiri dan kanan pintu masuk 1 Grojogan Sewu bahkan terdapat banyak sekali penjual menjajakan strawberry, bunga edelweiss, kerajinan tangan, hingga penyewaan kuda untuk ditunggangi mengelilingi kawasan kompleks taman Wisata. Untuk anda yang mencari kera, akan banyak sekali ditemui di Pintu Masuk 1 Grojogan Sewu yang terletak di atas.

Antara Solo dan Jakarta

Menuju Solo, Sala atau Surakarta di Jawa Tengah sebenarnya bukanlah perkara sulit, terlebih bila anda berada di Jakarta. Masa kini, berbagai jenis angkutan telahj tersedia bagi anda mulai dari angkutan udara yang hanya memakan waktu 50 menit hingga darat dan laut yang masiing masing dapat dipilih jenis dan kelasnya sesuai fleksibilitas dan tentunya kondisi keuangan anda. Untuk jasa angkutan darat, selain bus, anda dapat memilih jenis angkutan massal lainnya yakni kereta api yang memang menjadi favorit untuk bepergian jarak jauh tanpa membuat capai, terlebih karena Solo merupakan salah satu destinasi utama bagi para pemudik di Jakarta setiap tahunnya menjelang mudik Lebaran. Oleh karena alasan tersebut jugalah maka kereta ke Solo bervariasi, mulai dari Argo Dwipangga, Gajayana dan Argo Lawu hingga kereta ekonomi yang hanya berharga sekian puluh ribu saja dan anda sudah, voila, sampai di Solo.

Penulis memilih salah satu angkutan malam menuju Solo yakni Argo Lawu yang berangkat pukul 8 malam dari Stasiun Gambir dan sampai keesokan harinya sekitar pukul 3.48 pagi di Solobalapan. Dengan harga 210.000, anda sudah bisa menaiki kereta eksekutif bisnis ini dengan penganan kecil, teh manis menjelang pagi, bantal dan kursi empuk plus selimut. Satu hal lagi yang tidak perlu anda risaukan adalah anda tidak perlu mengamati banyak stasiun sebelum turun karena Argo Lawu ini memang berhenti sesampainya di Solo, tidak melanjutkan destinasi ke tempat lain sehingga bagi anda yang memang berniat turun di Solo, tidak usah terburu buru.

Proses pembelian tiket tersebut dapat dilakukan di banyak stasiun yang menyediakan jasa reservasi, salah satunya ketika saya membeli tiket Argo Lawu dari Stasiun Jakartakota untuk digunakan naik dari Staisun Gambir pada minggu berikutnya. Sebagai informasi, tiket kereta api dapat dibeli sampai 30 hari jauh di depan. Jadi, untuk anda yang tidak ingin ketinggalan atau kehabisan tiket, sebaiknya rencanakan perjalanan anda dari jauh hari, guna menghindari kehabisan tempat duduk tentunya. Salah satu yang patut diperhatikan, tanyakan dengan jelas, gerbong berapakah anda akan duduk dan kursi berapakah yang akan anda duduki. Hal ini penting mengingat ketatnya aturan tempat duduk dan pemeriksaan karcis yang sedang digalakkan PTKA, dan anda diwajibkan membayar denda 2x lipat jarak terjauh apabila anda tidak memiliki tiket. Jadi, jaga baik baik tiket anda.

Sampai di Stasiun Gambir pukul 7 malam, saya langsung masuk ke dalam bangunan stasiun Gambir yang memang secara notabene lebih bersih dan terawat dibanding stasiun Kota. Proses pemeriksaan tiket dilakukan dengan cepat, dan petugas akan memberitahukan peron dimana anda harus menunggu. Seandainya pun memang tidak diberitahukan, tulisan tulisan besar terpampang cukup jelas untuk memberitahu anda harus berada di kereta yang mana. Anda akan segera naik ke hall lantai atas dimana disini terdapat eksekutif lounge untuk penunggu atau penumpang dan di sekitarnya banyak terdapat restauran baik cepat saji, penganan ataupun rumah makan umum. Dari sini, anda harus naik sekali lagi menuju peron di bagian paling atas stasiun, tempat anda menaiki kereta yang akan membawa anda ke banyak tempat di Pulau Jawa ini.

Seperti umumnya angkutan dan jadwal di Indonesia, jam delapan yang ditunggu sudah terlewati dan dikatakan bahwa kereta sedang menuju Stasiun Manggarai untuk pengisian air. Alhasil, kereta Argo Lawu yang cukup bersih dan rapih tibsa di Stasiun pukul delapan lewat 15 dan baru berangkat sekitar setengah sembilan malam. Untung saja, mostly penumpang sudah bersiap sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk mengisi penuh kereta. Segera, para penumpang duduk dengan manis di dalam kereta dan menyamankan diri mereka masing-masing.

Perjalanan di dalam kereta akan ditempuh kurang lebih selama 8 jam di malam hari. Ini berarti, saya harus tidur mengisi tenaga guna esok pagi sampai di Solobalapan. Sayangnya, karena terlalu excited barangkali, saya tak sempat memejamkan mata barang sedetikpun, walaupun ketika melintasi beberapa daerah di Jawa tengah, saya sempat beristirahat sebentar karena lelah yang sudah cukup menguasai. Namun, overall saya menikmati perjalanan melihat kota-kota sepanjang jalur perjalanan walaupun tampilan kota tersebut gelap karena kurang pencahayaan, terutama di bagian persawahan dan ladang. Untung saja, operator yang saya gunakan sangat berfungsi bagus di saat seperti ini, informasi perjalanan terpeta dengan jelas di layar handphone yang saya gunakan, tertulis dengan jelas lokasi-lokasi yang saya lewati. Walaupun gelap sama sekali, saya tetap tahu dimana saya berada.

Jalur yang dilewati oleh Argo Lawu adalah jalur utara dan baru turun ke selatan setelah memasuki Jawa Tengah, mulai dari Jakarta – Karawang – Haurgeulis – Jatibarang – Kertasemaya – Arjawinangun – Palimanan – Cirebon – Ciledug – Songgom – Prupuk – Bumiayu – Purwokerto – Banyumas – Kroya – Rawakele – Kebumen – Kutoarjo – Banyuurip – Hargomulyo – Temon - Wates – Sentolo – Tugu Yogyakarta – Klaten – Delanggu – Solobalapan.

Seperti yang sudah diprediksi, walaupun pukul 11 malam saya sudah mencapai Cirebon dan berharap bahwa perjalanan akan ontime, sayangnya saya sampai di Solobalapan hampir pukul 6 pagi! Tidak diketahui penyebabnya, namun saya merasakan, selepas stasiun Songgom, memasuki Jawa Tengah, kereta Argo Lawu banyak berhenti dan tersendat perjalanannya. Entah sehubungan dengan adanya kereta lain ataukah memang ada penumpang yang naik atau turun. Satu hal lagi, Kereta ini berhenti di Stasiun Purwokerto cukup lama sehingga menjadi sasaran umum para pedagang untuk menjajakn dangannya dengan berteriak teriak dan mengganggu penumpang yang sedang tidur.

Overall, perjalanan dengan kereta sebenarnya cukup menyenangkan, mungkin akan lebih menyenangkan apabila anda ditemani oleh orang-orang terdekat anda, sekaligus untuk menjaga keselamatan diri anda. Di dalam kereta, selain terdapat fasilitas yang diberikan oleh PTKA seperti TVKA (di Jawa Barat diputar siaran-siaran klip lagu dan di Jawa Tengah selepas Kroya, diputar film action), AC yang cukup dan bahkan terlampau dingin, PTKA juga menjual berbagai produk makanan ringan hingga berat serta berbagai jenis varian majalah dan bacaan yang dapat mengisi waktu anda selama di kereta. Pilihan yang bijak mengingat perjalanan Jakarta Solo dengan pesawat pada hari yang sama sudah mencapai 400.000 rupiah. Apabila anda tidak diburu waktu dan ingin merasakan suatu perjalanan yang unik dan menarik, kereta api pilihan anda.

Pelesir Kuliner Vintage di Tip Top Kesawan

Adalah salah satu restoran yang berada di Kesawan Square atau Jalan Ahmad Yani pada siang hari di Medan. Restauran Tip Top ini sudah berdiri semenjak lama sekali.

Beberapa refernsi menyebutkan bahwa restauran ini tutup pada siang hari, namun lainnya tutup pada malam hari. Nah, manakah yang benar? saya mencoba membuktikannya, dan mendapat informasi terkini bahwa Tip Top Restauran buka sepanjang hari, baik siang hari yang gerah ataupun malam hari.

Restoran yang bergaya vintage unik khas Deli Melayu ini memang dapat dikatakn salah satu ikon kota Medan. Rasanya tidak lengkap ke Medan tanpa mengunjungi restoran yang mengusung gaya Deli Tua ini. Kekayaan Khas Budaya Deli Tua bisa dilihat dari arsitekturnya, foto-foto yang berjejer di restoran ini hingga pakaian pelayannya yang merupakan baju khas melayu dengan dasar putih dan lis putih, tak lupa dilengkapi dengan peci hitam. Apik sekali!

Restauran Tip Top tampaknya telah menjadi ikon dari jamannya bahkan hingga sekarang. dari foto-foto yang bisa anda lihat di sepanjang dinding, anda bisa melihat bahwa perjalanan panjang restauran ini telah menempa restauran ini. zaman penjajahan Belanda, Jepang, kemerdekaan, hingga hari ini terekam dengan jelas di sepanjang dinding restauran ini.

Dengan bentuk panjang, restauran ini memiliki dua bagian, yakni bagian Beranda yang terletak di dalam Trotoar Kesawan Square dan bagian dalam yang terletak di dalam rumah Restauran ini. Anda bisa memilih sesuai selera untuk makan dimana saja di bagian restauran ini, bagian beranda atau dalam.

Restauran ini tentunya menyajikan berbagai jenis varian menu, mulai dari yang autentik khas masakan asia seperti nasi goreng, ifumie dan sebagainya hingga masakan internasional seperti pasta. Anda bisa memilih berbagai jenis varian menu yang ditawarkan dengan harga yang cukup bersaing, terlebih anda bisa menikmati makan siang atau malam disini sambil mencuci mata anda dengan interior khas Deli yang menarik dan perjalanan sejarah restoran ini. Selain Main Course, Restauran ini terkenal dengan Dessertnya yang memang terkenal. Apabila anda mengenal Ragusa di Jakarta, maka Di Medan anda akan mengenal Tip Top. Es krim yang disajikan masih unik dan natural tanpa adanya bahan pengawet. beberapa jenisnya pun sangat unik memaksa kami untuk icip icip beberapa diantaranya, bahkan kalau bisa mencicipi semua varian menu yang ditawarkan. Perlu diketahui, bahwa beberapa diantaranya mengandung Rum untuk memaksimalkan cita rasa es krim tersebut. Hati-hati, karena tidak menggunakan bahan pengawet, maka es krim ini mudah sekali lumer sehingga anda harus cepat dalam memakannya.

Selain Restoran, Di sebelah Rumah makan ini terdapat sebuah bakery. Beberapa jenis roti sederhana dan tradisional tampak ditata rapi di sisi kanan restauran ini. Beberapa diantaranya akan membuat air liur anda terbit. Sungguh cocok dijadikan sarapan pagi! Namun, untuk anda yang datang kesini siang atau malam hari, memang sangat tidak disarankan untuk mencoba roti karena akan berakibat anda tidak mencicipi Main Course dari restauran ini. Roti memang baik, namun sebaiknya untuk makan pagi saja atau sarapan.

Dengan harga yang tidak terlampau mahal dan mendekati standard untuk setiap varian menunya, restauran ini sangat patut dijadikan tujuan wisata kuliner anda berikutnya di Medan. Coba es krimnya yang sangat bercita rasa klasik dan unik! anda akan ketagihan akan mencoba lagi dan lagi. Haus? tidak usah khawatir, Restauran ini menyediakan air putih gratis untuk anda yang memesan es krim, tentunya untuk menghilangkan dahaga ketika anda selesai menyantap es krim. Satu hal yang patut digarus bwahi karena outstandingnya adalah keramahan para pegawainya, baik ketika kami tanya-tanya tentang semua menu yang ada di buku menu (dia menjawab semua pertanyaan kami dengan riang dan ramah), pertanyaan-pertanyaan di luar menu seperti Kesawan Square, Kota Medan, Sejarah Restauran, bahkan hingga kami ajak berfoto bersama.

Stasiun Kereta Merdeka!!!

Tepat di belakang Merdeka Walk, anda akan menjumpai Lokomotif kereta tua yang sungguh menarik perhatian. Lokasi ini terletak tepat di depan Pasar Buku Merdeka. Di sebelah lokasi loko tua ini memang masih ada sebuah stasiun kereta yang masih beroperasi. Namun, jelas kunjungan kami ke lokasi ini karena ingin mengamati loko tua ini dari dekat. Walaupun hari sudah beranjak malam dan kami baru saja kembali dari Asam Kumbang, kami tidak menyurutkan niat untuk pergi ke lokasi ini.

Lokomotif tua yang sudah jelas tidak terpakai ini masih mempunyai bagian kompartemen dalam yang memang agak susah untuk dimasuki kecuali anda memanjat hingga masuk ke dalam kereta tersebut. Tak lupa, sebagai ikon kota Medan, kami pun berpose sebntar di depan lokasi tersebut. Tak lupa, beserta kami, ada seorang bapak bapak tua yang tampaknya , maaf, agak diragukan kenormalannya, berfoto bersama kami sambil nyengir lebar. Karena kami pun bingung serta dicampur takut juga, maka jadilah kami meringis bersama dengan bapak tua tersebut dan segera pergi begitu acara berfoto tersebut selesai.

Berwisata Religi di Masjid Raya Medan

Masjid Raya Medan yakni Masjid Al Ma'Shun yang terletak hampir di pusat kota atau tepatnya di Jalan S.M Raja ini memang megah. kebetulan, penginapan kami terletak di samping Masjid sehingga sangat mudah bagi kami untuk berkunjung ke Masjid tersebut guna berwisata dan berfoto-foto. Masjid Raya Medan ini memang megah dan cukup besar walaupun memang pamornya kalah dengan beberapa Masjid Raya di kota-kota besar di Indonesia seperti Banda Aceh atau Jakarta. Namun, kekhasan Arsitektur Deli menghiasi sudut demi sudut Masjid ini. Dengan warna Hijau berpendar, masjid ini seakan mengajak anda untuk berkunjung ke dalamnya.

Memang, selain sebagai icon wisata, Masjid ini juga masih berfungsi sebagai layaknya tempat beribadah bagi umat Islam. Bangunannya yang antik dan unik serta megah memang sangat eye catchy. Selain Mesjidnya sendiri, gapura besar yang menghiasi pintu masuknya ini membuat kita seakan akan tidak berada di Indonesia namun di suatu tempat di timur tengah sana. Sayangnya, pemandangan di sekitarnya yang nampak mengganggu, seperti halaman rumput yang tidak teratur karena kurang terawat, pekuburan umum yang tampak kurang terawat, mall dan jembatan penyebrangan serta lokasi penampungan barang-barang bekas (note: di Jalan Mesjid sekitar Masjid memang digunakan untuk menjual barang-barang besi bekas)

Perhatikan pakaian anda ketika memasuki wilayah Masjid. Apabila anda berpakaian celana pendek apalagi hotpants, terutama untuk perempuan, maka sangat tidak dianjurkan untuk memasuki wilayah ini.

Martabak India dari Kampung Keling Medan

Tepat di depan Sun Plaza, ada sebuah jalan kecil yang pada malam hari dipenuhi oleh pedagang makanan. Pedagang makanan pun khas saja yang berjualan disini. Mostly adalah Roti canai, Pempek, dan Martabak India.

Terutama Roti Canai dan Martabak India, kedua jenis makanan ini adalah makanan khas India. Kedua makanan ini merupakan jenis makanan yang populer di negara asalnya sana. Selain pendomplengan nama saja, hal menarik lainnya adalah anda dapat melihat proses pembuatan makanan tersebut dan tentu saja, pedagangnya itu sendiri. Pedagangnya bermuka unik yakni berwajah India, namun biasanya dengan nama lokal Jawa atau Sumatera dan logat khas Indonesia, tanpa adanya unsur-unsur India sama sekali. Mereka mendapatkan wajah khas India karena memang masih ada keturunan india atau Arab namun dari semenjak keturunan yang lampau. Jadi, memang ada diwariskan di dalam genetik mereka namun tetap bertahan hingga beberapa keturunan.

Harga makanan yang ditawarkan pun tergolong murah, bervariasi antara 3000 hingga 7000 rupiah. Untuk Martabaknya, dengan 10.000 hingga 15.000 sudah bisa didapatkan dan dibawa pulang. Fisiknya tentu mirip dengan martabak telur yang biasa dikenal. Sementara itu untuk Roti Canai, isiannya bisa bervariasi mulai dari polos berupa gula ataupun susu, keju dan lainnya. Ingin berkunjung ke Kampung Keling yang menjual penganan khas India? datang ke Depan Sun Plaza sesudah matahari terbenam di ufuk barat!

Mengunjungi Sisa Peninggalan Kesultanan Deli di Istana Maimun

Istana Maimun memang salah satu Icon kota Medan. Istana yang bergaya kesultanan Deli ini terletak di Jalan Brigjen Katamso dan sangat eye catching, terutama dengan warna bangunannya yang kuning cerah. Anda dapat dengan mudah menemukan Istana ini karena selain terletak dekat dengan pusat kota, posisinya dekat pula dengan Masjid Raya Medan. Sehingga, untuk anda yang mengadakan kunjungan ke Masjid Raya pasti akan berkunjung ke Istana Maimun ataupun sebaliknya.

Istana yang dari luar tampak indah ternyata menyisakan sedikit kekecewaan di dalamnya yakni rumput-rumput liar yang tumbuh panjang dan tak terawat. Bangunan utama istana ini berada di tengah-tengah halaman dengan beberapa pondokan kecil yang mengelilinginya. Saat kami mengunjunginya, di depan istana tersebut tampak beberapa pekerja sedang membereskan peralatan pesta seperti tenda dan sound system. tampaknya seperti baru saja ada perayaan di halaman istana.

Istana maimun sendiri sebenarnya bukanlah suatu tempat wisata namun merupakan warisan keluarga turun temurun yang dirawat hingga saat kini. Hingga kini, masih ada keturunan kesultanan Deli yang tinggal di bagian tertentu di dalam rumah tersebut, hanya beberapa bagian saja yang dipamerkan kepada publik. Bahkan warna kuning cerah yang dipakai untuk mempercantik dinding istana merupakan hasil cat baru setelah cat yang lama telah pudar termakan usia.

Bagian yang dipertunjukkan kepada publik hanyalah bagian tengah ruangan yang penuh dengan singgasana, peralatan perang, kursi-kursi antik, foto-foto kesultanan Deli dari masa ke masa, lukisan hingga lemari antik dan balkon di sepanjang sisi Istana di lantai atas. Ruangan yang cenderung gelap di dalam Istana tersebut harus membuat para pengunjung menggunakan flash untuk berfoto di dalam ruangan tersebut.

Di sisi sebelah kanan istana, terdapat satu buah pondok kecil yang terkunci lokasi meriam Puntung berada. Disini juga terdapat papan petunjuk mengenai legenda meriam Puntung dan silsilah kesultanan Deli dari masa ke masa. Silahkan dibaca untuk menambah pengetahuan anda tentang sejarah Kesultanan Deli.

Ongkos masuk lokasi adalah gratis. Bapak penjaga yang juga masih berkerabat dengan Keluarga Kesultanan Deli tidak memungut bayaran tiket masuk, hanya meminta sumbangan sukarelanya nanti sesudah menyelesaikan kunjungan di Istana Maimun, sebagai bentuk partisipasi dalam menjaga melestarikan Istana Maimun. Sayangnya, karena harga yang diminta tidak standard, ongkos yang kami berikan dinilai kurang oleh Bapak penjaga. Kami langsung berdebat, bahwa apabila sumbangan sukarela tidak diwajibkan ditentukan nominal sumbangannya, dan kami langsung ngeloyor pergi. Menurut saya, ini pemerasan terselubung, meskipun jangan sampai ini membuat anda menyrutkan niat pergi ke Istana Maimun. Sebagai tambahan, mobil yang parkir dikenakan biaya 5000 rupiah sebelum keluar dari kompleks istana.

Chasio Afuk, Yummy!

Rumah makan ini cukup fenomenal karena dipromosikan oleh beberapa majalah maupun informasi seputar dunia kuliner. Chasio Afuk 88 yang terletak di sebelah Istana Maimun atau Jalan Brigjen Katamso, Medan ini memang bukan masakan yang mampu dimakan oleh semua orang. Yap, Chasio Afuk ini Mengandung Babi dan Teman-Temannya.

Spanduk besar bertuliskan Chasio Afuk 88 Asli SUkaraja dan tidak ada cabang di Jakarta ini membuat kami terperangah. seberapa besarkah rumah makan tersebut sampai mengklaim dirinya tidak ada cabang. Namun, memang, di dalam ruang yang sebenarnya merupakan ruko yang disulap menjadi rumah makan tersebut, kami menemukan satu jenis makanan yang akan membuat kami semua menerbitkan air liur.

Chasio adalah Nasi Campur dengan isi berupa samcan Babi, kulit babi, potongan daging ayam dan telur serta acar. Chasionya lezat menurut kami, untuk ukuran rumah makan sederhana. Tanpa adanya spanduk atau iklan berlebih di surat kabat atau layar kaca, sepiring Chasio dengan harga kurang dari 20.000 rupiah, anda sudah bisa menikmati sepiring chasio dengan porsi wajar yang sangat lezat. Sepintas, kami ingin membungkus untuk oleh oleh dibawa pulang, namun kami berubah pikiran karena kami menggunakan pesawat sehingga membawa makanan seperti ini mungkin agak menyulitkan perjalanan, selain itu ada kemungkinan lekas rusak.

Memang, dari beberapa pengamatan kami, yang datang mengunjungi restoran ini adalah kaum Chinese Medan. Tidak tampak adanya kaum lain yang datang untuk makan disini, terlebih daerah ini dekat dengan Istana Maimun dan Masjid raya Medan. Bahkan kami sempat menyangsikan lokasi Chasio ini dengan melihat daerah yang kami amati. hehehe...

Wednesday, October 24, 2007

Kriuk di Kruing Bolu Meranti

Selain Bika Ambon Zulaykha yang sudah banyak tiruannya dimana-mana, apalagi di sepanjang jalan tersebut, oleh-oleh khas Medan lainnya adalah Bolu Meranti yang terletak di Jalan Kruing, terletak dekat dengan Pasar Petisah, pusat Kota Medan.

Bolu Meranti adalah sebuah rumah di jalan Kruing. Rumah tersebut berada di jalanan kompleks sehingga hanya dua mobil yang bisa bolak-balik arah untuk melewatinya. Terkadang banyaknya mobil yang parkir di jalan tersebut sedikit menyusahkan pelanggan Bolu Meranti untuk berbelanja.

Rumah yang disulap menjadi toko Bolu Meranti tersebut tidak seberapa besar. Namun, papan Plang Bolu Meranti terpampang jelas besar terlihat di atasnya. Apabila anda masuk, anda akan menemukan sebuah papan di sebelah kanan yang menggambarkan semua menu Bolu yang ada dijual disana. Sementara itu, di sebelah kirinya, terdapat puluahn foto-foto artis terkemuka yang membeli bolu di Bolu Meranti tersebut. Artis-artis tersebut berfoto bersama sang pemilik yang kebetulan warga China Medan. Harga bolu yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari 30.000 rupiah untuk yang basic dan beberapa pilihan filling. Pegawai disana berupa mbak-mbak mungil yang sudah siap dengan pakaian khas Bolu Merantinya. mereka dengan sigap menanyakan pesanan tamu dan melayani hingga pesanan terbungkus dalam plastik ataupun kardus. Patut dicatat, untuk penggunaan Kardus tambahan akan dikenakan charge tambahan, jadi apabila anda memang ingin menggunakan kardus tambahan dan tidak ingin membeli kardus baru, sebaiknya membawa sendiri kardus dari rumah.

Rasanya sebenarnya hampir tidak jauh berbeda dengan bolu yang dijual standard. Namun, mengapa Bolu Meranti segera menjadi Ikon kota Medan adalah misteri terbesar abad ini. Walaupun saya suka, namun saya tidak terlalu menargetkan harus membeli Meranti lagi apabila saya suatu saat berkunjung ke Medan lagi. Sebatas oleh-oleh saja. Yah, balik lagi, mungkin ini masalah selera saja barangkali?

Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan Milik Lo Than Muk

Apa sich yang khas dari Medan? ada suatu tempat dimana tempat itu menjadi ciri khas Medan dan banyak orang mengatakan, tidaklah afdol kalau Ke Medan namun belum mengunjungi lokasi ini. Daerah ini bernama Asam Kumbang. Kalau mendengar wilayah ini tentunya anda akan mengetahui apa yang berada disini. Yap, saya membicarakan tentang Penangkaran Buaya terbesar di Medan dan cukup terkenal yang terletak di Asam Kumbang.

Walaupun berada di Medan, namun Asam Kumbang merupakan daerah pinggir Medan. terlebih karena Medan merupakan kota kedua terbesar di Indonesia, maka perjalanan dari pusat kota Medan hingga ke Asam Kumbang mencapai kurang lebih 1 jam, dalam kondisi jalan yang relatif bagus dan lenggang. Sehubungan Asam Kumbang yang terletak di daerah pinggiran Medan, maka kondisi alamnya juga lebih asri dibanding Kota Medan itu sendiri. Selain kondisi alamnya yang masih asri, Asam Kumbang masih cenderung wilayah sub-urban yang masih menyisakan hamparan luas lahan yang hijau.

Pintu masuk lokasi penangkaran tampak sangat jelas terlihat berbentuk buaya. Apabila anda masuk ke jalanan tersebut yang merupakan Jalanan semi Gang tersebut, maka tak lama kemudian anda akan berjumpa dengan gapura berlambang buaya di sisi kanan jalan. Silahkan masuk ke Penangkaran Buaya Asam Kumbang!

lokasi parkiran yang memang pada hakikatnya adalah sebuah halaman yang berukuran sedang dengan daya tampung sekitar 10-15 buah mobil, menyambut anda setelah anda melewati pintu gerbang. Di sudut kanan terdapat sejenis beranda yang berisikan banyak sekali foto-foto buaya, kliping artikel, warung kecil dan Ibu yang sudah cukup berumur tapi masih bersahaja dan menunjukkan muka arifnya. Lokasi sekitar memang dipenuhi dengan pepohonan rimbun dan lebat. membuat suasana semakin teduh.

Ibu yang menyambut kami di meja kecil tempat penjualan tiket tersebut adalah Istri sang Pemilik penangkaran buaya. Dengan senyum dan cekatan, ia segera menghitung jumlah orang yang akan masuk plus parkiran mobil. Untuk 4 orang beserta mobil, kami hanya diwajibkan membayar 15000. Pengunjung hari itu memang hanya beberapa orang saja. Parkiran mobil yang cukup luas tersebut terisi 3 mobil dan sejumlah motor. Sebelum masuk kami menyempatkan diri untuk melihat - lihat foto keluarga yang tergantung di beranda, artikel tentang penangkaran buaya dan perawatan buaya, foto-foto buaya dan atraksi dengan buaya. Akhirnya kami tahu, bahwa sang pemilik, Lo Than Muk, yang notabene warga keturunan China ini hidup dengan istri, Lim Hui Cu, dan dua anaknya yang laki-laki, Robert Lo dan Robin Lo. Penangkaran buaya ini pada awalnya dilakukan karena hobi. Namun, sehubungan dengan luasnya wilayah yang dikelola dan giatnya menambah jumlah koleksi, maka penangkaran ini menjadi semacam lokasi wisata, bahkan icon kota Medan. Padahal yang dijual adalah penangkaran buaya di Halaman Belakang rumah sepasang suami istri yang bersahaja ini.

koleksi utama penangkaran ini adalah buaya tentu saja, namun untuk lebih spesifik lagi, koleksi yang terutama adalah Buaya Muara atau Crocodyllus porosus. Umur buaya yang bervariasi antara 5 tahun hingga 32 tahun ditunjukkan dengan papan-papan petunjuk sederhana dan ukuran bobot badan mereka. Semakin tua pula, semakin bau kondisi kandang mereka. Siap-siap untuk anda yang tidak suka bau reptil!

Semakin tua pula, semakin jarang kuantitas buaya dalam satu kandang. Biasanya, untuk buaya yang berumur di atas 20 tahun, satu kandang hanya berisi satu atau dua bekor buaya saja. Berbeda dengan buaya yang berumur 5 hingga belasan tahun, dimana satu kandang berisi tumpukan buaya yang saling tumpang tindih. Selain Kandang, anda juga bisa melihat buaya tersebut di habitat aslinya. Di Bagian paling belakang dari rumah tersebut terdapat sebuah kolam yang airnya berwarna hijau pucat, cenderung mirip rawa. Disini anda akan menyaksikan sejumlah gelondongan kayu yang bergerak perlahan. Upss...itu bukan gelondongan kayu tapi Buaya yang sedang berenang perlahan memantau mangsanya. Anda harus memperhatikan tajam karena mereka hampir tidak bergerak sama sekali. Kecuali buaya-buaya yang sedang bertarung, atau tiba tiba mengecipak dari kolam.

beberapa satwa tampak mengisi area ini, selain buaya yakni ular, kera dan beberapa jenis burung. Kunjungan ke tempat ini mungkin tidak terlalu menarik minat anda, namun yang jelas, ada sesuatu yang teramat mengesankan ketika saya mengunjungi sepasang suami istri tua yang sangat bersahaja ini. Even anda tidak membantu dalam hal apapun, anda sudah cukup membantu dalam kelestarian perawatan buaya ini dengan berkunjung ke dalam lokasi penangkaran. Tiket masuk yang anda bayarkan (cenderung sangat murah) atau bahkan ketika anda ingin melihat atraksi pemberian pakan, sangat membantu kelangsungan kesejahteraan hidup pasangan ini. Apabila memang memungkinkan, anda dapat berbincang-bincang dengan pasangan yang bahasa Indonesianya lumayan baik ini walaupun seperti Orang Medan pada umumnya, mereka mengerti bahasa Hokkian. Kami pun tidak lupa berfoto bersama keluarga ini. Namun sayang, sang istri, Lim Hui Cu sedang masuk ke dalam sehingga kami yang sudah diburu waktu hanya sempat berfoto bersama sang suami pemilik lokasi ini, Lo Than Muk. Mudah-mudahan lain kali kami sempat kembali lagi dan bertemu kembali dengan pasangan tua yang bersahaja ini.

Annai Vellangkani, Ziarah Di Asam Kumbang Medan

Tidak disangka, dalam perjalanan pulang dari Asam Kumbang menuju pusat kota Medan, kami menjumpai suatu bangunan menarik yang sama sekali kami tidak ketahui sebagai lokasi tempat wisata, terkecuali karena bangunannya yang unik. Lokasi ini terletak di tengah-tengah jalan raya Asam Kumbang – Medan. Apabila bangunannya tidak tinggi, maka kami pun niscaya tidak akan menemukan lokasi ini.


Adalah Gereja Bunda Maria Annai Vellangkani, yang memiliki arsitektur khas India (sesuai dengan adopsi nama India pada Gereja Bunda Maria), namun dipergunakan sebagai tempat ziarah bagi umat Nasrani terutama Katolik. Bangunan dengan bentuk keseluruhan yang menyerupai candi ini memang unik. Dari kejauhan, bentuknya seperti candi-candi yang biasa dilihat di daerah Jawa/Sumatera atau India. Arsitektur India dan Hindu jelas mempengaruhi warna dan fisik bangunan Gereja ini.


Terdiri atas 3 lantai dimana lantai pertama sebagai lokasi pastoran, goa maria dan taman bermain bagi anak-anak, lantai kedua sebagai tempat misa/beribadat dan lantai ketiga sebagai lokasi jalan salib. Pada lantai pertama, yang unik adalah tangga melingkar menuju lantai 2, lokasi tempat misa, dimana pada sisi tangga dilukis proses 7 hari Tuhan menciptakan dunia ini, mulai dari cahaya, langit dan bumi, lautan, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia serta Tuhan beristirahat. Pada beberapa sisi juga tergambar Adam dan hawa yang terusir dari taman Eden. Selain itu, pada lantai 1 terdapat Gua maria, patung Yesus dengan anak-anak, lokasi bermain jungkat-jungkit dan perosotan, serta lokasi berdoa kepada John Pope II.


Naik ke lantai 2, jangan lupa untuk melepas alas kaki anda sebelum masuk ke ruang misa. Di dalam ruang misa, anda akan tertegun dengan ruangan bervoid yang sungguh indah. Atapnya dilukis Bunda Maria dengan cahay bersinar di kepalanya laksana matahari bagaikan dewi dari India sana. Di sepanjang pinggiran plafon atap tertulis kata-kata suci yang biasanya akan anda temukan di alkitab, bahkan lengkap dengan aksara mandarin, inggris dan tentu saja india. Anda juga akan berhadapan dengan altar suci yang teramat cantik.


Lantai 3, hanya satu pintu di sisi kanan altar yang dibuka, membuat kami dapat naik ke lantai atas. Fasilitas Jalan salib terlihat dengan jelas disini dengan cermin patri di seputar dinding lantai ini yang mengisahkan perjalanan sengsara Tuhan Yesus Kristus. Selain itu, yang menarik, di pinggiran balkon terdapat patung 12 orang rasul Kristus, lengkap dengan nama dan karakter mereka masing-masing.


Memang, menurut informasi yang didapat, gereja ini tidak mempunyai umat. Namun, dalam perjalanan kami mengunjungi gereja ini, kami menjumpai beberapa keluarga dari Jakarta yang memang berniat ke gereja ini untuk berziarah. Gereja ini memang dibuka untuk fungsi penziarahan. Setelah kami mencari lebih banyak lagi sumber, maka kami mengetahui bahwa Gereja Bunda Maria Annai Vellangkani ini tercatat dalam kunjungan wisata ziarah resmi ke wilayah Seputar Sumatera Utara, bersanding dengan Gereja Deli dan Black Madonna. Jangan lupakan kunjunan ke gereja ini apabila anda melintasi wilayah Asam Kumbang! Lokasinya yang agak tersembunyi akan membuat anda menyesal apabila melewatkan lokasi tanpa sempat masuk dan berkunjung ke dalamnya.

Saturday, October 13, 2007

Bandar Baru, lokasi istimewa, tempat pelesir kaum adam

Selepas Taman Nasional Bukit Barisan, sebelum memasuki wilayah Sibolangit, anda akan berjumpa dengan suatu kota baru yang tampaknya memang baru dibangun dan tidak memiliki suatu ciri yang menunjukkan bahwa area ini adalah khas batak ataupun sesuatu yang unik dan tua. Lokasi ini terbentang lurus sebelum anda memasuki wilayah Sibolangit. lokasi yang tampaknya memang baru dibangun dengan bangunan bangunan barunya ini bernama Bandar Baru.

Di siang hari, lokasi ini tak ubahnya lokasi pemukiman/perkotaan baru yang baru dibangun sehingga kami tidak terlalu ngeh dengan kondisi sekitar. Namun, Menurut Pak Bambang yang mengantar kami, Bandar Baru adalah lokasi khas tempat pelesir dan beristirahat kaum laki-laki. U know what I mean.

Memang, kalau diperhatikan lebih teliti lagi, kanan kiri sepanjang jalan tersebut banyak berdiri usaha sampingan yang mendukung kegiatan tersebut seperti Losmen, penginapan, hotel, warung, lokasi makan, dan beberapa jenis kegiatan usaha lainnya seperti diskotek dan pub. Berminat?

Mau?

Brastagi, Kota Termahal di Monopoli Nasional

Pernah Main Monopoli Nasional? kalau pernah, mungkin anda ingat dengan kota yang terletak hampir di ujung posisi start, kompleks H, tepat sesudah pajak istimewa. Kota tersebut adalah Brastagi. Kalau di Monopoli digambarkan bukit dengan kelokan dan mobil yang berseliweran, mungkin gambar tersebut cukup mewakilkan kondisi brastagi hingga saat ini.

Brastagi, kota yang dikenal sebagai puncaknya Medan memang terkenal akan hawanya yang sejuk karena berada di perbukitan. Sore itu, sekitar pukul 4 sore, kami sampai di Brastagi setelah puas bermain main di Tongging. Udara sejuk dan kondisi berawan Brastagi membuat suasana semakin kondusif untuk kami bermain main di Kota Markisa ini.

Yang menarik, Brastagi tampak seperti kota kota bekas peninggalan Belanda dahulu. Beberapa bagunan khas Belanda masih berdiri dengan tegak di kota ini. WIlayah Brastagi, yang masih berada di dalam wilayah Karo Highlands memang memiliki sejumlah lokasi wisata, diantaranya adalah Bukit Gundaling yang dikenal sebagai tempat suka suka muda mudi dan Gunung Sibayak yang cocok sekali untuk pendakian. Sayangnya, karena keterbatan waktu, kami tidak sempat menjelajah lebih banyak tentang Brastagi, hanya bermain di seputaran kota saja.

Perjalanan kami lanjutkan ke Taman Nasional Bukit Barisan yang masih berada di dalam wilayah Brastagi. Kata "Mejuah-Juah" menatap kami dari ketinggain sebelum kami meninggalkan Brastagi. Menjelang masuk dan selama kami berada di dalam Taman Nasional ini, kami sudah harus dipersiapkan dengan kelokan dan puntiran jalan yang cukup ekstrim. ditambah lagi dengan suasana berkabut tebal dan sedikit gerimis yang membuat perjalanan kami semakin was was.

Satu tempat peristirahatan terakhir yang masih berada di Brastagi sebelum kami memasuki Deli Serdang adalah lokasi Jagung Bakar yang terdapat di sepanjang sisi Taman Nasional Bukit Barisan. Dengan harga 2000 rupiah per Jagung, anda sudah bisa menikmati Jagung bakar ataupun rebus sesuai dengan keinginan anda. Disini, selain Jagung bakar dan rebus yang nikmat untuk dinikmati dingin-dingin, anda juga dapat memilih berbagai jenis makanan seperti kopi, indomie dan beberapa jenis makanan khas gunung lainnya.

Nongging di Tongging


Selepas Saribu Dolok menuju Brastagi, anda harus berbelok ke arah kiri menuju suatu wilayah yang disebut Tongging. Tongging ini masih berada di bibir pantai Danau Toba, dengan atraksinya yang terkenal yakni Air Terjun Sipiso - Piso yang merupakan salah satu sumber air di danau toba.

Siang itu, pukul 2 siang, cuaca terik menyengat. Kami sampai di Tongging setelah melampaui perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan karena kondisi jalan yang tidak rata dan berkelok kelok. Sesampainya di Tongging, kami segera merasakan mendapatkan suntikan tenaga baru. Air terjun Sipiso Piso yang sungguh cantik dan besar itu terhampar di kejauhan dengan bunti menderu yang sungguh menawan. Sebelum kami turun dengan perjalanan kurang lebih sejauh 1 km menuju dasar Sipiso-Piso dengan tangga buatan, kami sempatkan diri dahulu untuk berpose di sekitar Situs wisata ini.

Situs wisata tersebut cenderung sepi. Mungkin karena saat itu hari senin sehingga tidak banyak orang yang berkunjung ke lokasi wisata. hanya beberapa wisatawan asing yang nampak memenuhi areal wisata. Danau Toba terlihat dengan sangat jelas disini dan disebelahnya terdapat perbukitan dengan rimbunan pohon dan hutan yang di ujungnya terdapat bukit batu cadas dengan Air Terjun Sipiso Piso yang mengalir dengan indahnya dari ketinggian. Air Terjun itu membentuk semacam kabut ketika menuruni tebing sebelum mencapai dasar sungai. Di sepanjang areal wisata tersebut banyak ditumbuhi pohon pinus yang cukup rindang.

Perjalanan turun cukup memakan waktu sebenarnya, tergantung kecepatan orang-orang yang menuruni/mendaki anak tangga tersebut. Perkiraannya, sekitar setengah jam hingga satu jam diperlukan untuk orang menuruni/mendaki tangga tersebut. Anak tangga buatan manusia tersebut membentang dengan cukup rapih hingga pertengahan perjalanan. sisanya, sehubungan dengan wisatawan yang sudah cukup jarang menuruni air terjun tersebut, maka anak tangga sisanya cenderung pecah, hilang atau bahkan longsor di beberapa bagian. di sepanjang tangga menurun tersebut terdapat sejumlah tempat pendopo peristirahatan guna para pengunjung beristirahat sebelum meneruskan perjalanan.

Anugerah terbesar adalah ketika anda sampai di dasar Sipiso Piso. Anda akan merasakan suasana yang begitu berbeda dan menyenangkan guna melepaskan diri dari segala keruwetan sehari hari. Air yang dingin, deru air terjun, kabut uap hasil limpahan air, embun dimana-mana, batu batu besar yang membuat anda ingin berendam dan mengarungi arus hingga tepat ke bawah aliran air terjun. Sayangnya, jalur mneuju bawah aliran tersebut sungguh sedikit licin dan berbahaya apabila anda kurang hati hati. untuk anda yang tidak terlalu terlatih, tidak disarankan untuk menuju dasar aliran karena medan yang harus anda lewati adalah lumpur, batu batu licin berlumut, padang bunga, cipratan air super deras dan ornamen ornamen lain yang membuat perjalanan anda ekstra berat.

Sekarang, setelah puas bermain di dasar Sipiso Piso, silahkan pikirkan jalan naiknya. hahaha. perjalanan anda belum berakhir sampai dasar Sipiso Piso.

Jalur Trans Parapat - Brastagi


Yak, pukul sepuluh pagi esok harinya setelah tidur dan mengisi tenaga di Parapat, sehubungan dengan keterbatasan waktu maka kami langsung menuju ke arah utara menuju Brastagi. Dari Simalungun menuju Karo Highlands. Selamat Tinggal Danau Toba adalah yang pertama kali kami ucapkan ketika kendaraan yang kami naiki bergerak lepas dari Parapat semakin menaiki bukit menuju Brastagi.

Jalur Trans Parapat menuju Brastagi sebenarnya ada dua. namun diantara kedua jalur, jalur yang kami lalui ini bukanlah merupakan jalur terfavorit karena dari pengamatan, jarang sekali penduduk atau wisatawan yang melalui jalur ini. Jalur utama dan favorit mereka tetap berada di Medan-Tanjung Morawa-Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Parapat. Sementara jalur yang kami lalui adalah jalur di sepanjang sisi timur Danau Toba, melewati Hutan Pinus dan banyak desa desa di pedalaman. kondisi jalan yang cenderung berbukit bukit dan sempit serta kecil dan berkelok kelok mungkin yang menyebabkan wisatawan atau penduduk tidak begitu suka melewati daerah ini. Ya, sepanjang perjalanan dari arah Parapat menuju Brastagi via Tigares dan Saribu Dolok, kami hanya menjumpai segelintir mobil dari arah sebaliknya. Sempat seram juga mengingat sepanjang jalur tersebut hanya mobil kami yang melaju.

Apa yang kami jumpai memang fantastis. selama kurang lebih hampir 4 jam perjalanan (kurang lebih sampai Tongging), kami hanya bertemu dengan kebanyakan Hutan Pinus dan Hutan Pinus yang diselingi oleh perumahan penduduk sebanyak satu atau dua buah saja. Ketika menjelang daerah - daerah kota seperti Pematang Purba, atau Saribu Dolok, barulah kami menjumpai pasar dan keramaian lainnya. Namun dari kebanyakan yang kami lewati, kami tetap berjumpa dengan hutan pinus, keluar masuk dan tetap berada di sisi danau Toba. betapa luas ciptaan Tuhan yang satu ini.

Kurang lebih pukul 2 siang, kami berbelok dari jalan utama menuju Brastagi ke arah kiri menuju Tongging, tempat air Terjun Sipiso Piso yang masih berada di sisi Danau Toba. Siapkan kantong muntah dan banyak beristirahat selama di perjalanan 4 jam tersebut guna menghindari mual selama perjalanan. Membuka kaca jendela adalah satu hal yang lumayan disarankan mengingat udara hutan Pinus cenderung masih segar dan sangat dingin. Apabila anda mudah masuk angin, lupakan saja ide ini.

Pulang dengan Ferry Terakhir dari Tomok Lopo Parindo TigaRaja menuju Ajibata

Ferry terakhir akan berangkat pukul setengah tujuh malam, langit saat itu masih bersemu merah dengan gumpalan awan besar yang terbang rendah di sekitar perbukitan Tomok. Suasana belum benar benar malam saat itu. kami yang sampai di tomok sekitar pukul 6 masih harus menunggu Ferry tersebut berangkat. Daripada kami terombang ambing di atas ferry dan menderita mual, kami lebih memilih duduk duduk di sekitar dermaga dan berfoto sambil mengamati kegiatan warga setempat.

Sebelah Selatan, terdapat lapangan rumput yang besar, dimana anak anak Tomok sedang riang gembira bermain bola. Warga sekitar dermaga mengobrol dan mencuci kendaraannya masing-masing, kendaraan dengan pelat BB-area Tapanuli Selatan.

kami pun sempat memasuki rumah makan khas batak yang berada di sekitar dermaga, salah satunya adalah RUmah Makan Robema yang menjual makanan khas Batak yakni B1 dan B2, you know what i mean. dengan harga 13.000 rupiah plus kuah dan daging yang dibakar, kami sudah mendapatkan jatah makan yang kayaknya nggak habis dimakan satu orang karena terlalu berlimpah. Jangan harap rumah makan ini adalah rumah makan yang dikelola dengan profesional yach...RUmah makan Robema adalah rumah makan khas penduduk Samosir. Jadi, tampaknya ia memang membuka sejenis dapur umum. apabila tidak ada yang menyantap makanan, maka akan dimakan sendiri.

Kurang lebih pukul setengah tujuh kurang, kami menaiki ferry terakhir. Seperti biasa, alarm mobil yang sungguh berisik dibunyikan agar para penumpang yang ingin segera naik ferry bisa segera bergegas untuk menaiki ferry. Namun, apa ayal? ferry baru berangkat sekitar jam 7 kurang sepuluh menit. Seiring dengan berangkatnya Ferry, Musik SHnai Twain dibunyikan. Lumayan, hiburan di tengah tengah danau Toba.

Peristiwa kurang enak terjadi ketika kami bergegas meninggalkan Tomok. Ferry yang sudah lepas sauh dari Tomok harus kembali lagi ke Tomok dan kami baru menyadari belakangan (menganggap Ajibata sudah tiba!). Ternyata, sehubungan dengan ferry terakhir, maka kami harus berputar kembali ke Tomok guna mengangkut beberapa penumpang yang masih tersisa disana.

Sayangnya, angin malam membuat perjalanan menjadi tidak nyaman. angin sangat terasa kencang terutama untuk anda yang duduk di buritan maupun geladak kapal bagian atas. Alhasil, kami masuk ke dalam dek dalam guna menghindari angin yang justru salah karena dek dalam memiliki lubang lubang angin yang memungkinkan angin masuk lebih kencang lagi.

Kami sampai di Ajibata pukul setengah lapan lewat, hampir pukul 8 malah dan langit sudah gelap total. Lokasi penyebrangan sudah gelap dan hampir tidak tampak ada kegiatan berarti. Selamat malam Ajibata dan Selamat malam Parapat, kami akan bergegas beristirahat.

Makam Raja Siallagan, Batukursi, Ambarita

Setelah melewati Sungai, Danau, Sawah, Hutan dan Pekuburan...setelah berbelok sampai juga kami di Batukursi, objek wisata terkenal dari Ambarita, Samosir. Makam Raja Siallagan menandai kawasan ini. Pintu masuk yang terbuat dari batu dan tingginya pas pasan dengan tinggi badan kami, membuat kami harus sedikit merunduk memasuki areal tersebut. Apabila ditelaah, mungkin memang orang jaman dahulu pendek pendek sehingga pintu masuk dibuat tidak terlalu tinggi.

dua patung batu warga yang khas samosir, (sedang duduk jongkok dengan mata besar dan mulut lebar) menandai kawasan tersebut, dimana di sebelahnya terdapat monumen batu kuburan yang memiliki 3 patung Manusia Batak.

Batukursi, begitu warga setempat menyebutnya, adalah lokasi persidangan sekaligus pembantaian penjahat di masa itu. Untuk alasan cagar budaya, Areal seputaran Batukursi, yakni bat batu berbentuk kursi yang disusun melingkar dengan meja di tengahnya di depan rumah Siallagan yang asli ini tidak boleh dimasuki apalagi diduduki.

kami masuk ke dalam areal luas dengan dikelilingi tembok batu di sekeliling makam. di areal tersebut terdapat rumah rumah Bolon khas batak dengan rumah yang paling besar di tengah adalah rumah penguasa Ambarita waktu itu, Raja Siallagan. DI depan rumah tersebut, terdapat batu parsidangan atau yang dikenal dengan batukursi. di depan rumah Siallagan, terdapat Schandt Blok atau yang diindonesiakan adalah tempat pemasungan. suasana angker dan seram mewarnaisekeliling kami ketika mendekati wilayah ini (maklum, waktu itu sudah jam 5 lewat...hampir malam!). Di Schandt Blok ini terdapat boneka patung sebagai ilustrasi bahwa dahulu terdapat pemasungan di lokasi ini untuk penjahat masyarakat.

di sebelah batukursi terdapat pohon besar yang dikenal dengan nama hariaha (katanya sih itu pohon kehidupan yang artinya, kalau pohon itu hidup selama 7 hari semenjak ditanam, maka orang boleh mendirikan kerajaan disitu...). Di depan kompleks rumah Bolon tersebut banyak terdapat rumah rumah Bolon serupa namun dengan tipe ksoong artinya tidak tertutup. Dan tepat di kiri depan rumah Siallagan, terdapat kuburan Siallagan yang dihias dengan sangat cantik dan megah. Yang menarik, banyak kuburan di Samosir ini dihiasi oleh hewan sejenis tokek dan (maaf) payudara yang jumlahnya cukup banyak. maksudnya apa yach? tidak diketahui dengan pasti...

Selepas jam setengah 6, kami segera menyudahi kunjungan kami di Amabarita karena khawatir karena tidak mendapatkan angkutan umum menuju Tomok, daerah penyebrangan menuju AJibata tempat penginapan kami berada. apabila hal itu sampai terjadi, maka habislah hari ini dan kami terperangkap di Ambarita....hahaha...Untungnya, ada kendaraan angkot seharga 3000 menuju Tomok kembali dengan jalur yang sama dengan kedatangan kami. Kami sampai di Dermaga Tomok sebelum Jam 6 malam.

Ambarita, Desa Tua Samosir yang Creepy

Ambarita dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 15 menit dari Tomok. Jarak sekitar 4 km ditempuh dengan melewati sawah dan pegunungan serta bukit di kiri dan kanan jalan. Kami diturunkan di depan Kantor Pos Ambarita, lokasi yang nampaknya menjadi sentral poin kegiatan Ambarita (dicatat, hampir semua kantor administrasi Ambarita tampaknya berada di areal ini, termasuk kantor info wisata dan lapangan sepak bola ambarita yang benar benar asli pesta rakyat!).

Kami turun dari Kantor Pos menuju jalan dalam menuju Lapangan Sepak Bola. sejujurnya, kami sedikit was was (lagi) karena jalan masuk lokasi wisata tidak seperti yang kami bayangkan, yakni harus melewati jalan sawah, hutan, dan bahkan pekuburan. What a creepy village! tampaknya pula masyarakat Ambarita tidak terbiasa melihat turis. kami yang bercelana pendek, beransel dan mengenakan topi kupluk langsung ditatap dari segala penjuru. kami sempat sedikit jengah dengan pandangan ini. Tapi kami terus berjalan dan cukup sedikit berbangga karena beberapa penduduk dapat berbahasa Inggris, menyapa kami dengan "hello..Hello...where are you come from?". Bangga juga karena Indonesia sudah cukup maju walaupun terletak di lokasi pedalaman.

sejenak kami hampir yakin bahwa kami tersasar, terlebih tidak adanya informasi lebih jelas lagi mengenai papan petunjuk bahwa kami sedang mengunjungi lokasi wisata. Namun, setelah melewati pekuburan, danau, sawah dan hutan (sekitar 15 menit berjalan kaki), kami menjumpai apa yang kami cari. Makam Huta Siallagan dan Tempat persidangan jaman dahulu (serta tempat pemasungan). masyarakat setempat menamai situs ini Batukursi.

Way To Ambarita


Perhitungkan waktu anda dengan cermat di Samosir. Kendaraan umum hanya tersedia sebelum jam 8 malam dan penyebrangan terakhir akan jalan jam 8 malam atau tergantung ombak di Danau Toba. kami memilih mengunjungi Ambarita dari Tomok pada pukul setengah 4 sore. sejujurnya, waktu tersebut adalah waktu riskan mengingat bahwa sebentar lagi kami akan dirundung gelap dan angkutan umum bukanlah hal yang umum banyak di wilayah ini. Namun apa daya, kerisauan kami harus dibarengi dengan kami tidak akan berkunjung lagi ke Samosir dalam waktu dekat. oleh karena itu, kami tetap nekat masuk ke Ambarita (padahal, masih banyak lokasi yang patut dikunjungi disini : Simanindo, Tuk Tuk Siandong, Onan Runggu, Pangururan, Sianjur Mula Mula, Sibulati, Danau Sidihoni, Gunung Pusuk Buhit, dan sejuta nama lainnya yang kudu dikunjungi!)hiks hiks....

Alhasil, kami dengan sukses mendapatkan angkotan kecil seharga 3000/orang menuju Ambarita dari Tomok naik dari pelabuhan Tao Toba. Terus terang saja, dengan perasaan sedikit was was dan waspada...amankah di desa orang sebelum gelap?

The Powerful Animists Batak King, Sidabutar

Masih di area Pasar Seni Tomok. Setelah anda puas berfoto dengan rumah Bolon dan Patung Sigale-Gale, silahkan lanjutkan perjalanan anda menuju tengah pasar(menuju Jantung Pasar). Anda akan bertemu suatu bentuk kompleks dengan dinding batu tinggi yang mengelilinginya. di dua sisi, anda akan melihat pintu yang diukir secara unik khas Samosir merupakan tempat masuk dan keluar dari Kompleks Makam Raja Sidabutar. (silahkan berfoto disini).

Lokasi ini merupakan tempat suci, oleh karena itu, sebelum masuk, pengunjung diharapkan mengenakan Ulos. (anak kecil tidak perlu mengenakan Ulos). Ulos tersebut disewakan dengan gratis ke Pengunjung dan harus dikembalikan pada saat di pintu keluar. (wah, saya senang sekali dapat mengenakan Ulos gratis!).

Jangan membayangkan kompleks tersebut adalah kompleks yang luas. di areal kurang lebih 8x10 meter, terdapat makam Raja Sidabutar dan monumen yang menyertainya, berisi silsilah hidup dan foto diri dia dan istrinya. Makam makam tersebut memang telah membatu dan beberapa sisinya tampak berjamur. Namun makam makam tersebut masih ditutupi oleh untaian kain yang tampaknya kain suci masyarakat Batak Samosir sana. Di sekeliling patung terdapat patung-patung Batu seperti miniatur Gajah, orang-orangan dan lain lain. di depan sisi makam terdapat sejenis deretan kuris kursi batu yang digunakan untuk penonton menyaksikan makam. Pada saat kami mengunjungi makam, ada rombongan warga Taiwan yang sedang mendengarkan penjelasan dari Tour Guide tentang Raja Sidabutar ini.

Sayangnya, beberapa sisi sedang dalam tahap renovasi sehingga mengurangi keindahan kompleks makam ini (dengan kata lain, kami tidak dapat berfoto dengan maksimal disini).

Kisah Sigale Gale


Alkisah pada jaman dahulu kala, ada seorang Raja yang sayang banged sama anaknya. Nah, entah karena suatu sebab, anaknya tersebut meninggal dunia. Sang Raja yang sedih karena kepergian anaknya tersebut membuatkan patung yang serupa dengan patung anaknya. Namun, namanya juga patung, nggak bergerak donk...? Jadi Sang raja memutuskan untuk memanggil Roh anaknya untuk masuk ke dalam Patung tersebut agar Patung tersebut bisa bergerak-gerak. Cerita inilah yang menjadi Dasar Atraksi Patung Sigale Gale di Tomok, Samosir.

Kami memang nggak sempat menyaksikan patung tersebut menari karena keterbatasan waktu dan biaya. untuk sekali pertunjukkan, biaya sebesar 60.000 harus kami keluarkan. dan berhubung hanya kami bertiga yang sampai di tempat itu, maka pertunjukkan patung tidak kami ikuti. Kami lebih memilih berkunjung ke tempat berikutnya.

Dari dekat, Patung Sigale gale yang berada tepat di depan 4 buah rumah bolon tersebut memang sudah berkurang sentuhan magisnya. Sentuhan modernitas sudah banyak merambah wajahnya. tersebutlah panel dan mekanis yang membuat boneka tersebut bergerak. di kanan kiri rumah terdapat ornamen ornamen yang membuat tradisionalnya Samosir menjadi hilang yakni pakaian yang dijemur, sepatu, bahkan ada mobil angkot! Yah, memang masyarakat Samosir tidak dapat sekedar hidup dari sejarah saja. Hidup harus terus berlanjut guna meneruskan nama keluarga.

Apabila anda berkunjung ke Tomok, Patung Sigale Gale resmi dapat anda saksikan di tengah pasar seni Tomok. (bukan yang berada di gerbang depan Pasar Seni)

Kompleks Sigale Gale, Tomok, Samosir

Sampai juga di Kompleks wisata SIgale gale dan Makam Raja Sidabutar! Setelah anda melewati pasar seni tomok, anda akan menjumpai area depan kompleks yang juga diapadati oleh patung menari sigale gale dan segala macam peralatan dan makam batu yang tampaknya masih terawat hingga sekarang. segala peralatan batu tersebut dipertontonkan kepada umum dan disana ada satu pemandu yang akan dengan senang hati melayani pertanyaan pertanyaan anda dan menerangkan makna dari area patung patung tersebut.

beberapa area yang ada antara lain tiruan batu kursi ambarita versi kecil(boleh diduduki), tiang kebesaran totem Sidabutar, makam sidabutar dan kompleks batu berdoa yang tampak pada foto di atas. semua patung tersebut merupakan perwujudan dari orang dengan sikap tubuh berdoa.

selesai melihat kompleks awal ini, anda tetap harus masuk dan melanjutkan menuju areal inti makam sidabutar dan rumah simbolon plus patung sigale yang sebenarnya. untuk masuk ke area awal ini tidak dikenakan biaya apapun, namun terdapat kotak sumbangan untuk turut serta membangun dan mengkonservasikan ritus budaya ini. silahkan sumbang berapapun yang anda mampu.

Tomok, Entry Point Samosir

Salah satu kota pelabuhan utama di Samosir sebagai tempat kedatangan Feri, baik Feri penumpang maupun Feri Kendaraan seperti KMP.Toba.Tao I dan II adalah Tomok. Tomok yang terletak di sisi timur pulau Samosir, selain dikenal sebagai Samosir entry Point via Parapat, juga dikenal sebagai kota wisata. Hal ini terbukti dengan situs wisata kuno yang menarik sepanjang jalan dari Tigaraja (Pelabuhan) menuju Jalur Trans-Samosir arah Utara(Ambarita).

untuk menuju lokasi wisata, anda biasanya akan dengan mudah dikenali sebagai wisatawan, terutama dengan gaya berbuasana yang pastinya mudah untuk dikenali. Masyarakat sekitar tanggap dan tahu akan kebutuhan anda, sehingga mereka cenderung menawarkan ajsa kendaraan atau angkutan menuju lokasi wisata di Samosir. Apabila anda memang tidak tertarik, katakan saja terima kasih karena sebagai informasi, ritus wisata di Tomok terletak cukup dekat sehingga dapat dicapai dengan berjalan kaki(5-10 menit)
. Sementara itu, untuk lokasi lainnya, seperti Nainggolan, Amabarita, Onan Runggu, Simanindo dan Pangururan, anda harus memiliki kendaraan, menyewa motor atau naik kendaraan umum. Yang patut diingat, kegiatan samosir tampaknya akan berhenti selepas jam 8. jadi, apabila anda tidak ingin terjebak tanpa kendaraan umum disini, sebaiknya persiapkan schedule anda sebaik mungkin sebelum jam tersebut.

dalam perjalanan menuju ritus wisata Tomok, yakni Patung Sigale Gale dan Makam Raja Sidabutar, anda akan melewati beberapa tempat penyebrangan, gereja batak, dan rumah makan khas batak yang tentunya menjual daging anjing (dikenal sebagai b1) dan babi (dikenal sebagai b2). lokasi wisata yang cukup dekat, sehingga membuat anda tidak perlu naik kendaraan umum karena anda bisa lebih mudah berinteraksi dengan warga sekitar.

apabila anda ingin menaiki kendaraan dari pelabuhan, maka umumnya anda hanya akan dikenakan biaya 5000 rupiah, bukan 4000 sebagai jasa antar ke lokasi wisata tersebut. lokasi wisata terletak dekat dengan pasar seni tomok yang menjual berbagai macam produk khas sumatera utara.

penduduk sekitar tampaknya cukup bersahabat atau bahkan kelewat bersahabat, hal ini dibuktikan dengan mereka yang kelewat ramah menyapa kami, mungkin mengira turis dari Jepang. hehehe...

Ajibata, Crossing Over The Toba Lake

Salah satu kecamatan yang terletak di Parapat yang bertugas mengorganisir penumpang yang pulang maupun pergi dari dan ke Samosir, baik dengan kendaraan umum ataupun feri penumpang adalah Ajibata. Di Ajibata ini memiliki banyak sekali dermaga yang langsung berhubungan dengan Danau Toba guna penyebrangan menuju Samosir (Tomok). beberapa area penyebrangan disini antara lain penyebrangan untuk kendaraan KMP.Toba.TaoI dan II yang berangkat dalam interval waktu tertentu(sehari bisa 3-4 kali) dan penyebrangan orang yang tersebar di banyak tempat (dalam interval setengah hingga satu jam).

Di Ajibata, memang kita tidak akan mampu mendapatkan pemandangan yang benar benar indah seperti di Puncak Parapat karena kita sudah berbatasan langsung dengan pantai danau toba dengan pasir putihnya. Karena tempat ini memang dikhususkan sebagai tempat penyebrangan, maka keriwetan pelabuhan dan hasil tangkapan di seputar danau toba memenuhi areal ini. Namun demikian, keindahan danau Toba justru tertangkap dengan mudahnya di lokasi ini. Dengan berbatsan langsung dengan Danau Toba, anda sudah bisa menciduk sendiri air danau toba yang jernih tersebut(dasarnya kehijauan).

Beberapa perhatian untuk pengunjung, penyebrangan kendaraan Ajibata umumnya didasarkan pada banyaknya jumlah kendaraan yang akan lewat. penyebrangan ini berkisar sekitar pukul 8 pagi, 12 siang, setengah 3 sore dan setengah 7 malam dari Ajibata menuju Tomok. dari Tomok, waktu waktu tersebut ditambah kurang lebih satu hingga satu setengah jam berikutnya. sehingga, harap menjadi perhatian apabila anda tidak ingin terjebak di Tomok/Ajibata karena terlampat naik penyebrangan terakhir. dengan harga 71.000 per sekali sebrang untuk satu kendaraan, anda perlu memikirkan matang matang rencana penyebrangan ini (mengingat pula, SImanindo, Pangurungan, Onan Runggu dan Nainggolan terletak cukup jauh dari Tomok).

Apabila anda ingin mengunjungi kota kota di sisi lain samosir tersebut, sebaiknya anda memang menyebrangkan mobil anda dari lokasi ini. Hal lain yakni penyewaan mobil dan kendaraan di Samosir cenderung lebih mahal dibanding di Parapat ataupun di Medan sehingga bisa menjadi pertimbangan bagi anda yang budget-oriented.

Untuk anda yang mengikuti penyebrangan orang, ada sejumlah lokasi yang tersebar, mulai dari Parapat hingga Ajibata. Penyebrangan orang ini hanya berjarak sekitar setengah hingga satu jam sebelum penyebrangan berikutnya. namun perlu diperhatikan bahwa semua penyebrangan akan tutup selepas jam 8 malam dan baru dibuka kembali jam 8 esok paginya. perlu diperhatikan agar anda tidak terjebak di sisi yang tidak anda inginkan.

dengan harga sekitar 4000 rupiah (5000 rupiah apabila anda ingin dijemput kendaraan menuju lokasi wisata di Tomok) anda sudah bisa menyebrang dari Ajibata / Parapat menuju Tomok, Samosir. perjalanan ini memakan waktu sekitar 35 menit hingga satu jam. sambil menyebrang, anda bisa menikmati keindahan alam danau toba di sekeliling. apabila anda prefer untuk berjalan tanpa ditemani pemandu dan bergaul dengan masyarakat sekitar, anda tidak perlu memilih biaya 5000 untuk menuju tempat wisata di Tomok karena memang jarak antara pelabuhan Tomok hingga Patung Sigale gale dan Makam Raja Sidabutar cukup dekat untuk ditempuh dengan berjalan kaki. sambil berjalan, anda bisa menikmati keindahan dan keunikan alam sekitar.