Saturday, November 17, 2007

Mirota Batik Di Sudut Malioboro

Salah satu toko yang menurut saya sangat ethnic dan unik di Yogyakarta dan somehow saya merasakan ini merupakan salah satu landmark Yogya adalah Mirota Batik. Terletak di Malioboro, tepat sebelum penyebrangan menuju Benteng Vredeburg, toko ini menjual berbagai hal yang berbau Yogya atau lebih tepatnya kebudayaan jawa. Toko yang teramat unik ini menjual berbagai produk seperti produk kerajinan tangan yang sangat-sangat unik, sebut saja produk standard seperti kain batik, caping, hiasan bambu, patung loro blonyo, wayang-wayangan, kipas anyaman, jamu-jamuan, produk makanan hingga barang-barang unik seperti nasi aking instant, jamu dalam kendi mungil yang lucu, keris pusaka, orang membuat batik dengan canting dan malam, andong, seperangkat gong dan gamelan, boneka pasukan pengawal keraton, hingga barang-barang elektronik antik yang masih bisa difungsikan seperti radio tua, mesin ketik, kipas angin, dan sebagainya.

Toko yang terdiri atas 2 lantai ini sangatlah menarik. hampir semua barangnya -even anda tidak menyukai produk yang berbau ethnik- akan mudah untuk disukai, dan bahkan berpindah tangan...upss...bukan dicuri tapi dibelanjai.hehe...

di tengah ruangan ada tempat duduk, untuk melihat orang membuat batik. kemudian apabila anda membawa kamera, anda pasti akan ketagihan untuk berfoto disini karena semuanya yang anda lihat adalah antik dan unik. Harga barang yang menurut saya dan rekan saya cukup reasonable dan murah membuat toko ini tampak sangat tidak kehilangan daya tariknya. para pengunjung berjalan keluar masuk hilir mudik masuk ke dalam toko. harganya pun sudah harga toko sehingga memang tidak bisa ditawar lagi. Jadi, sekiranya anda mengira bahwa harganya cukup murah, silahkan dibawa ke kasir-kasir yang ramah khas Yogya dan membayar produk tersebut.

Walaupun di beberapa tempat ada tulisan yang berbau copet, tulisan tersebut bukan bertujuan membuat anda takut atau over protektif, namun lebih ditujukkan pada copet yang tidak bisa diterima di dalam toko ini. secara umum, anda akan bisa sangat leluasa untuk berbelanja sambil cucui mata melihat benda kerajinan jawa yang antik. sangat cocok untuk dijadikan destinasi wisata selama anda berada di Yogya. Jangan takut tersesat, di depan toko tersedia tumpukan peta kota Yogyakarta yang dapat anda bawa pulang sebagai panduan mengunjungi kota maenawan ini. Selamat datang di Mirota!

Beringharjo Market, Heart Of Yogyakarta

Tidak ada yang spesial maupun kunjungan khusus ketika memasuki kompleks pasar ini. Pasar ini menjadi salah satu pasar yang terkenal di Yogyakarta dan Indonesia bahkan karena gempa Yogya yang memilukan beberapa waktu lampau sempat meluluhlantakkan pasar ini. Kondisi pasar ketika saya dan kawan saya memasukinya masih dalam kondisi baik (so far, yang terlihat) mengingat kerusakan yang terjadi cukup parah pada pemberitaan beberapa waktu lampau di surat kabar manapun.

Kami memasuki Pasar ini pun sebenarnya selain bermaksud untuk potong jalan dari Taman Pintar ke Malioboro juga sekaligus melihat salah satu ikon Yogyakarta. Yang unik, ada papan petunjuk yang memberitahukan bahwa bagian-bagian tertentu terletak di lantai sekian pasar ini. Namun, tampaknya papan petunjuk tersebut dibuat sebelum gempa Yogya terjadi?

Ketika kami bermaksud untuk naik ke lantai 2 maupun 3 guna mencari majalah dan buku bekas, kami tidak menjumpai pedagang tersebut. kami justru mengalami pengalaman yang aneh kalau tidak dapat dikatakan ajaib. Pedagang di lantai atas menginginkan kami sesuatu. sesuatu itu adalah mereka menginginkan kami untuk membuat penawaran atas baju yang akan dijual. Kami disangka penjual baju baju bekas! bayangkan! asumsi saya, mereka yang tampak seperti pedagang pakaian bekas, bermaksud membeli baju-baju bekas dalam jumlah banyak guna dijual lagi. Namun, sekali lagi itu hanya perkiraan saya saja. mungkin benar bisa juga salah. Perkiraan lagi, ini berkaitan dengan kasus gempa besar yang melanda Yogya sehingga masyarakat sana mengalami krisis pakaian. Sekali lagi, ini hanya dugaan saya semata saja. mohon maaf apabila ada pihak yang tidak berkenan.

Namun, mengunjungi pasarv Beringharjo yang dapat ditembus dari Taman Pintar Yogya ke Malioboro memang sedikit autentik Yogya karena disinilah lokasi terbesar orang-orang di seantero Yogya berkumpul dan berinteraksi secara normal. Beberapa bule tampak berkeliaran mengisi sudut kota Yogya. Selain itu, tampak banyak pedagang emas, sayur mayur dan tentunya penganan kecil khas jawa tengah dan Yogyakarta yang mengisi ruang-ruang dan sudut di pasar ini. Hirup Autentiknya Yogya, hirup Pasar Beringharjo.

Thursday, November 08, 2007

Nasi Liwet Solo : Taste The Real Solo

Nasi Liwet menjadi sesuatu yang sudah umum dikenal di Solo, terlebih di jakarta karena hidangan ini telah merambah ke hotel-hotel berkelas dimana para tamunya menginginkan hidangan yang unik dan tradisional. Harganya pun tidak dapat dikontrol lagi menjadi puluh ribuan hingga ratus ribuan untuk sepiring Nasi Liwet Khas Solo yang dibuat oleh chef terkenal dan diramu dengan apik ini. Nasi Liwet Solo dapat anda temui di kota - kota besar saat ini, di tempat yang berkelas pula.

Namun, bagaimanakah aslinya Nasi Liwet Solo itu? Pengalaman saya mengunjungi Solo selama 3 hari pada bulan September 2007 tidak saya sia-siakan untuk menikmati makanan khas Solo ini. Tepat di Pinggir Jalan Urip SUmohardjo, seorang Ibu sedang duduk di pinggir jalan dan di sisinya berderet panci-panci dan bakul yang merupakan barang dagangannya. Yap, Ibu ini menjual Nasi Liwet Solo.

Nasi Liwet Solo yang asli berupa nasi yang disajikan di atas daun pisang, ditaburi oleh telur rebus setengah, potongan labu, ayam (paha utuh) dan tentu santan yang diacak dengan kasar (bukan santan halus) beserta bumbu bumbu pelengkap lainnya. Rasanya? kalau acara di televisi, ia akan mengatakan "Mak NyuSSSS!" tanpa bermaksud untuk mengimbangi acara dan memplagiat sama sekali, saya akan mengatakan, bahwa makanan ini benar-benar sederhana, simpel namun benar-benar sangat enak dan menyentuh semua indra perasa saya. Saya berbahagia dapat menikmati makanan ini. Rasanya yang rough dan sangat bercita rasa dapur tradisional sungguh membangkitkan indra perasa di lidah saya. semua sarap pencecap rasanya menari-nari karena merasakan nasi liwet ini. Undescribable.

Harganya? Untuk sepiring Nasi Liwet (untuk ukuran cowoq, pasti akan bikin kenyang), taburan potongan labu, talur rebus setengah dan ayam rebus berbumbu (paha besar sepotong) hanya dikenakan biaya 5000 rupiah. bayangkan! ditambah lagi dengan minum gratis dengan air yang higienis dari gelas-gelas air mineral. ups, maaf, air tidak gratis namun berharga 500 rupiah.

bandingkan dengan harga yang beredar di restoran kelas atas atau hotel bintang sekian yang sudah pasti nasi Liwetnya tidak autentik lagi karena sudah berada di tangan koki professional dan diracik secara professional juga pastinya. Harganya mencapai langit untuk kenikmatan sepiring Nasi Liwet Solo. Tanpa mengecilkan makna koki di hotel ataupun restoran besar, tampaknya Nasi Liwet asli Solo memang patut dicoba siapa saja. Ibu-ibu ini hanya berjualan pagi hari saja. Namun jangan kuatir, sebagian penjual nasi lainnya bekerja sore hari. jadi, apabila anda tidak dapat menemukan Nasi Liwet di pagi hari, maka anda akan menemukan Nasi Liwet dengan penjual yang berbeda pada sore hari. kelemahannya munkin cuma satu, anda harus duduk di tepi jalan Urip Sumohardjo untuk bisa menikmati sepiring nasi Liwet yang sangat AUtentik ini. Saya sendiri justru merasakan duduk di pinggir jalan merupakan suatu berkah karena dengan demikian, saya benar-benar merasakan Jawa-nya Solo. tiada yang lebih autentik dari Jawa-nya Solo selain makan nasi Liwet di pinggir jalan sambil bercengkrama dengan penjual dan warga sekitar. Selamat datang Di Solo, Surakarta.

Wednesday, November 07, 2007

Garuda Wishnu Kencana, Pesona Bukit Ungasan di Jimbaran


Wilayah Selatan Bali, hanya ada beberapa nama yang outstanding di lokasi ini. Selain Uluwatu dengan keindahan alam cadas dan pantainya yang memukau, wilayah Jimbaran pun terkenal dengan wisata kuliner dan kebudayaannya yang cukup terkenal. Salah satu lokasi wisata kebudayaan di wilayah Jimbaran berlokasi di Desa Ungasan, Bukit Ungasan, Jimbaran. Di lokasi ini berdiri sebuah cultural Park yakni Garuda Wishnu Kencana, taman yang dirancang untuk berbagai keperluan kebudayaan dan forum internasional, tentu saja dengan Wishnu sebagai Icon utamanya bertengger di atas Garuda.

Saya pertama kali mengunjungi taman ini pada tahun 2003, yang apabila tidak salah adalah tahun ketika taman tersebut dibuka. Kondisi taman waktu itu adalah Patung Wisnu yang baru dibangun setengah, hingga pinggang ke atas saja dan burung Garuda yang hanya dari dada ke atas saja. Kedua buah patung tersebut terletak terpisah.

Tahun 2006 dan 2007, saya masing-masing mengunjungi taman ini pada Desember dan April. Kondisi taman yang saya lihat tidak berbeda jauh dengan kondisi pada tahun 2003 saat saya mengunjungi taman ini pertama kali. Patung yang masih dalam kondisi sama tanpa adanya perubahan atau penambahan ornamen lainnya. Ada gosip gosip yang mengatakan bahwa Taman ini kekurangan biaya pembangunana, bahkan ada yang mengatakan sang pematung telah tiada.

Terlepas dari semua itu, Garuda Wishnu Kencana atau yang terkenal dengan GWK di Bukit Ungasan Jimbaran ini memang sangat terkenal. Di lokasi ini menjadi pusat perayaan atau digelarnya acara-acara spektakuler yang berskala internasional seperti konferensi dunia, doa bersama demi perdamaian dunia, puncak perayaan pergantian tahun, bahkan hingga Rave Party yang hot dan menghebohkan.

Karcis masuk seharga 25000 per orang akan menghadang kita sebelum kita dapat memasuki areal taman. Lokasi taman secara keseluruhan terbagi menjadi 3. Areal Pelataran yang mencakup pemandangan di bukit Ungasan dan whole view Bali, Amphiteater, Pelataran Kura-Kura dan Kolam, semuanya ini menjadi satu bagian. Areal utamanya yakni Lokasi tempat Patung Besar Wishnu berada. Lokasi ini tentu lokasi terbaik untuk foto-foto karena mensahkan bahwa anda sudah pergi ke GWK. Air terjun di sekeliling patung membuat lokasi menjadi lebih indah. Untuk mencapai lokasi ini, anda harus dua kali menaiki tangga dari Pelataran Kura-kura ke kolam dan naik sekali lagi hingga menuju Patung Wishnu Berada. Apabila anda kecapaian, maka anda bisa memutuskan untuk memarkir mobil anda di tempat yang lebih tinggi sehingga anda langsung turun di Patung Wishnu. Areal terakhir adalah lapangan besar terbuka yang sering menjadi lokasi pagelaran ataupun perayaan internasional, yakni lokasi di depan kepala Patung Garuda. Lokasi yang dikelilingi oleh Batu cadas Besar Kapur yang dipotong ini memang lebar sekali dan hanya ditanami rumput yang berpetak-petak. Di Ujung terdapat taman kayu yang diisi oleh air mancur dan patung.

Kunjungan Ke GWK sebenarnya dapat lebih dari sekedar kunjungan kebudayaan maupun wisata alam Bukit Ungasan. Banyak sekali ornamen-ornamen arca yang tersebar di seantero taman menunggu untuk dieksplorasi. Selain itu, kondisi tanah yang berbeda dengan belahan Bali manapun membuat kondisi alam sekitar memang unik dan eye-catchy. Seandainya saja GWK ini dapat lebih dieksplorasi, misalnya dengan sering mengadakan festival kebudayaan di Amphiteater, pameran kebudayaan lokal Bali dengan memajang di museum-museum yang sudah ada dan lainnya sehingga taman ini tidak terkesan terlalu komersial dengan sejumlah pedagang makanan yang memenuhi lokasi ini.