Saturday, August 30, 2008

Masalah Bahan Bakar Di Bumi Kalimantan

Tampaknya ada masalah serius yang sedang berlangsung disini. Selama di Banjarmasin, Palangka Raya dan jalur antara kedua kota tersebut, saya tidak menemukan satu stasiun pengisian pun yang lenggang sehingga pemilik kendaraan dapat mengisi bahan bakar dengan mudah. Rata-rata dan semua SPBU tersebut disesaki oleh antrian kendaraan karena menunggu pasokan BBM. Apabila pasokan BBM baru datang siang, maka sedari pagi, konsumen harus sudah mengantri bahkan dengan meninggalkan kendaraannya di lokasi antrian karena waktu antrian yang berlangsung lama sekali hingga berjam-jam. Walaupun ketersediaan BBM dijamin karena setiap hari melakukan pengisian di SPBU, namun tak ayal antri berjam-jam di SPBU akan membuat gerah dan menurunkan produktivitas warga. Selain pom bensin yang disesaki oleh antrian kendaraan hingga ratusan meter, anda juga akan menemukan satu atau dua buah SPBU yang tutup dan diportal oleh batu atau tongkat guna mencegah konsumen masuk dan mengantri disana.
Walaupun anda sebenarnya tidak usah takut tidak dapat mengisi BBM di tengah-tengah jalur karena sejumlah SPBU beroperasi dinatara jalur Banjarmasin-Palangka Raya, namun yang harus diwaspadai adalah lamanya waktu antri hingga ketidaktersediaan BBM. Kalau sudah begini, saya hanya berharap mudah-mudahan travel yang saya naiki tidak kehabisan bahan bakar sehingga ia tidak perlu mengantri yang berakibat terbuangnya waktu perjalanan. Sambil berjalan, sebaiknya sambil menikmati arsitektur unik SPBU yang beratap Rumah Betang atau truk-truk yang berukir dayak di sisi kiri maupun kanan bak truk tersebut.

Friday, August 29, 2008

Tertidur di Perbatasan KalSel-KalTeng

Perjalanan panjang ini membuat saya ngantuk banget! Selepas Jembatan Barito, memang praktis tidak ada pemandangan menarik yang dapat dilihat lagi. Pemandangan yang tersaji kebanyakan monoton berupa desa, rumah dan sawah serta potongan hutan. Di beberapa ruas, jalur ini rusak cukup parah. Dalam perjalanan saya menuju Palangka Raya, tampaknya bagian inilah yang memiliki tingkat kerusakan cukup parah. Selama beberapa lama, mungkin ada sekitar beberapa ratus meter, jalur yang saya lalui benar-benar merupakan jalur bopeng tidak rata dengan gundukan tanah, lubang, perbaikan dan tambalan yang nyaris membuat saya terlonjak di dalam mobil dan membuat perjalanan ini mirip seperti off-road Paris-Dakkar walaupun saya belum pernah ikut off-road tersebut, hehehe....
Selepas jalan rusak parah tersebut, saya pun merasa lega dan kembali terbuai oleh jalan mulus dan pemandangan monoton yang ada. Bodohnya, saya akhirnya tertidur dan melewatkan perbatasan KalSel-KalTeng yang terletak di antara Barito Kuala dan Kapuas. Sehingga, ketika terbangun, saya baru menyadari kebodohan saya dan jadi keki sendiri padahal perbatasan mungkin jadi tempat yang menarik untuk diabadikan. Perubahan karakteristik KalSel ke KalTeng tampak paling jelas dari vegetasi alamnya. Tumbuh-tumbuhan dan pohon tampak lebih subur dan lebih tinggi di wilayah KalTeng. Apabila di KalSel Barito Kuala sebelumnya pepohonan masih belum terlalu rapat dengan ketinggian rata-rata, maka di Kapuas, anda bisa menyaksikan pohon-pohon yang tumbuh rapat di sisi kiri dan kanan kendaraan plus ketinggian yang cukup menakjubkan. Perbedaan lebih jelas lainnya terletak dari bentuk rumahnya. KalTeng menggunakan Rumah Betang dengan hiasan di pucuk rumah berupa tanda silang sementara KalSel umumnya masih menggunakan arsitektur Bubungan Tinggi walaupun di Barito Kuala tidak nampak terlalu banyak ada bangunan tersebut. Buat siapapun yang melintasi KalSel menuju KalTeng, mendingan jangan ketiduran dech. Entah ada apa di perbatasan ini. Penasaran.

Thursday, August 28, 2008

Jembatan Barito yang megah di Pedalaman Kalimantan

Wah, senangnya saya masuk Barito Kuala. Hasrat menyaksikan Sungai Barito yang tertunda di banjarmasin akhirnya bisa tersalurkan juga di Barito Kuala walaupun sedih juga gak bisa berpose bersama jembatan dan sungai yang terkenal tersebut. Padahal, konon banyak turis maupun warga yang menyempatkan diri berhenti di salah satu jembatan terpanjang di Kalimantan tersebut guna berfoto dan mengabadikan diri mereka di jembatan ini. Namun apa ayal, karena saya menaiki travel umum, maka tidak mungkin saya merequest sang supir untuk memenuhi hasrat saya berpose dengan Jembatan elok ini.
Terletak di barito Kuala, di jalur Anjir Muara kurang lebih sekitar 15 KM jauhnya dari Banjarmasin, disinilah Jembatan Barito berada. Jalan menuju jembatan tersebut pun cukup unik karena saya harus melewati jalan semi jalan raya dimana di sisi sebelah kiri terdapat sungai kecil yang cukup lebar dan bisa dilalui oleh jukung-jukung. Tampak beberapa jukung berlayar di atas sungai tersebut sementara di sisi kanan saya adalah desa yang berisi rumah penduduk, kantor pemerintahan, hingga industri kayu dan ikutannya serat sawah. Tidak lama kemudian, jalan yang kami lalui mulai tersibak dan rimbunan peophonan mulai agak jarang dan tiba-tiba di kejauhan tampaklah bangunan besar berwarna kuning menyala. Setelah didekati, tulisan “Jembatan Barito” terpampang dengan megah di atasnya.
Dengan warna kuning pada tiang-tiang utamanya, jelas jembatan ini sangat mencolok mata bagi siapapun yang melihatnya. Ukuran panjangnya 1 KM lebih memang cukup lama untuk dilalui. Saat melalui, saya semakin sadar akan karunia Tuhan YME akan kebesaranNYA menghasilkan karya seindah Sungai Barito lengkap dengan hutan di sisi kiri maupun kanan sungai. Ya, saya bahkan bisa melihat horison di kejauhan aliran sungai. Sungguh, apabila memungkinkan, tampaknya sangat asyik berfoto di Jembatan Barito ini. (menurut kabar, di bawah jembatan ini terdapat suatu pulau yang dihuni oleh Bekantan).

Wednesday, August 27, 2008

Ruas Jalan Banjarmasin – Palangka Raya

Jarak sejauh kurang lebih 160 KM tersebut dapat ditempuh selama kurang lebih 4 jam. Anda akan mendapat bonus satu jam karena peralihan dari waktu Indonesia Tengah ke Barat. Jangan kuatir, Banjarmasin – Palangka Raya bukanlah jalur yang susah. Anda justru harus khawatir karena tidak ada kendaraan yang lewat di jalur ini yang mudah dicari selain travel atau saran yang lebih baik, menyewa kendaraan pribadi.
Jalur Banjarmasin menuju Palangka Raya dapat dikatakan hanya satu buah jalur saja. Percabangan hanya terjadi di beberapa ruas saja dan kebanyakan menuju wilayah kota/desa yang tidak begitu besar sehingga mudah diketahui arah jalannya. Tambahan lagi, di setiap persimpangan terdapat papan petunjuk arah sehingga anda tidak perlu takut kehilangan arah. Tanda Palangka Raya selalu muncul di ruas arah barat laut dan sebaliknya, arah Banjarmasin selalu tertulis di ruas arah tenggara.
Jalan yang sempit (hanya bisa dilalui dua kendaraan arah bolak balik) dan kondisi ruas jalan yang tidak terlalu baik pada beberapa bagian terutama di wilayah Barito Kuala membuat waktu tempuh menjadi molor. Jarak 160 KM akhirnya membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam.
Berbeda dengan landscape jalan daerah pada umumnya, Banjarmasin, Palangka Raya dan sekitarnya merupakan wilayah dataran rendah hutan hujan, campuran rawa-rawa yang dialiri oleh banyak sekali sungai. Jadi, sepanjang perjalanan anda tidak akan dihibur oleh udara sejuk, gunung, lembah, bukit atau sejenisnya. Pemandangan yang umum ditemui adalah sungai, desa, hutan dan hutan yang lebih lebat di Kuala Kapuas dan Pulang Pisau. Jujur saja, panas cukup menyengat sepanjang perjalanan walaupun hari masih cukup pagi saat kami berangkat. Sumertha Sari Travel memberangkatkan travelnya pada pukul 9 (mereka akan menjemput penumpang pada pukul 8 di lokasi masing-masing di Banjarmasin).
Sepanjang perjalanananda dapat menyaksikan pemandangan berupa sungai besar maupun kecil plus berbagai jembatan yang melintasinya. Kota-kota kecil yang dilewati antara lain Anjir Muara, Anjir Pasar (Barito Kuala), Barimba, Kuala Kapuas, Basarang, Mandomai (Kapuas), PulangPisau, Barabai, Tumbang Nusa (PulangPisau), Berengbengkel (Kota Palangka Raya). Beberapa sungai menarik yang dilewati antara lain Sungai Kapuas, Sungai Barito, dan Sungai Kahayan beserta sejumlah anak sungai kecil yang melintasi jalan. Jembatan-jembatan yang dibangun melintasi sungai tersebut pun tidak kalah menarik. Ada banyak jembatan yang melintasi sungai tersebut, namun tentu saja yang paling menarik adalah Jembatan Barito yang melintasi Sungai Barito sepanjang 1 KM lebih.
Perlu diketahui juga bahwa desa-desa yang anda lewati bukan semata-mata desa kecil saja. Desa yang kegiatan perekonomiannya komplit plus kantor kantor pemerintahan, toko, rumah makan dan lokasi perindustrian, jasa dan perdagangan pun bisa anda temukan di jalur ini. Seperti sudah merupakan suatu tradisi, selepas PulangPisau, di daerah Barabai, travel akan berhenti untuk makan siang. Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali.
Uniknya, di salah satu ruas di PulangPisau terdapat razia motor oleh puluhan polisi. Sempat terpikir oleh saya bahwa agak lucu juga menyelenggarakan kegiatan razia di tengah-tengah hutan seperti itu. Yang unik lainnya juga ada yakni anda akan berjumpa dengan ruas jalan yang panjang dimana kehidupan di kanan dan kiri jalan merupakan kehidupan Desa Hindu Bali. Pada hari kunjungan saya, desa tersebut tampaknya sedang menyelenggarakan suatu perayaan sehingga banyak warga mengenakan pakaian adat Bali. Yang unik lainnya? Di daerah Tumbang Nusa, landscapenya berbeda dengan wilayah sebelumnya. Landscapenya berupa rawa-rawa sehingga kondisi jalannya berupa jalan layang yang melintasi rawa-rawa dengan pemandangan hutan di kejauhan. Sungguh pemandangan yang unik! Penasaran? Visit Kalimantan Year 2008! =D

Tuesday, August 26, 2008

Menuju Kalimantan Tengah!

Yap, Kalimantan tengah sudah bukan lokasi yang terisolir lagi. Dari Banjarmasin, Kalimantan Tengah bisa dengan mudah dicapai baik melalui angkutan darat, udara maupun sungai. Untuk kali ini, angkutan darat menjadi primadona karena jalan penghubung Kalimantan Selatan menuju Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat sudah cukup baik walaupun di beberapa ruasnya bopeng-bopeng karena kelebihan beban. Perjalanan saya menuju Palangkaraya memakan waktu kurang lebih 4 jam termasuk istirahat dan makan siang. Perjalanan ini juga cukup unik karena akan melewati daerah waktu yang berbeda. Kalimantan Selatan mengadopsi waktu Indonesia Tengah sedangkan Kalimantan tengah mengadopsi waktu Indonesia Barat. Sehingga, anda akan menghemat satu jam dari Barito Kuala, masuk ke Kuala Kapuas. CV Sumerta Sari Travel menjadi pilihan saya kali ini. Dengan harga Rp. 80.000 saya akan sampai di Palangka Raya. Travel ini juga melayani rute lain yakni Sampit (Kotawaringin Timur) dengan harga Rp. 160.000 dan Pangkalan Bun (Kotawaringin Barat) dengan harga Rp. 240.000. Silahkan telepon Sumerta Sari Travel di (0511) 7311711/7763232 untuk mendapatkan layanan ini. selain travel, perusahaan ini juga melayani pengiriman paket, tiket pesawat dan kapal laut, carteran dan bus pariwisata. Yang menariknya, CV ini mau menjemput saya di Hotel Grand Mentari hingga di sampai di pool travel perusahaan tersebut. Setibanya di kantor, kami harus menyelenggarakan kegiatan administrasi dahulu berupa pembelian tiket. Setelah itu, baru kendaaan dipacu menuju Kalimantan Tengah. Kalimantan tengah, here we come....!

Monday, August 25, 2008

Cari Oleh-Oleh di Banjarmasin

Bingung cari oleh-oleh di kota sungai ini? Salah satu tempat oleh-oleh yang saya sangat rekomendasikan adalah pusat oleh-oleh yang berada persis di belakang Hotel Swiss Belhotel Borneo. Toko tersebut berukuran kecil dan sukar terlihat kecuali anda benar-benar mencermati nama tokonya. Saya lupa dengan nama tokonya sehingga tidak saya tuliskan disini. Toko tersebut tidak terlalu ramai. Entah hal ini berkaitan dengan high-season wisata atau memang toko tersebut kurang diminati.
Namun, pengalaman saya memasuki toko tersebut sungguh membuat saya ingin pergi ke toko tersebut apabila saya mendapatkan kesempatan berjalan-jalan ke Banjarmasin lagi. Walaupun kecil, toko tersebut menjual berbagai macam produk kerajinan Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur (Ya, ada ukiran Kalimantan Timur yang berwarna warni dan lebih liar dan berani, ukiran Kalimantan Tengah yang berwarna kalem dan cenderung lurus, dan Kalimantan Selatan yang cenderung gelap dan lebih teratur dan berpola) serta dayak pada umumnya. Jujur saja, menurut saya harga produk yang ditawarkan di toko ini cukup murah dan harganya tidak saya prediksi akan semurah itu. Lebih hebatnya lagi, harganya bisa ditawar! Produk yang dijual disini antara lain tameng dayak yang berbentuk panjang heksagon dengan hiasan coretan Dayak Kalimantan Tengah plus kulit kayu, bulu dan gigi sapi. Selain tameng, anda bisa menemukan ukiran kayu ulin yang dijual dengan harga lebih mahal dibanding tameng kayu biasa. Selain itu ada terdapat Kain Sasirangan, batik, kaos-kaos Kalimantan dan Banjarmasin, hiasan dinding dan perahu mainan serta tak lupa yang paling khas dari Kalimantan Selatan adalah kerajinan perhiasannya. Untuk perhiasan yang dijual disini, anda bisa menemukan berbagai logam mulia maupun batu berharga yang dipajang di etalasenya dalam berbagai bentuk yang siap pakai seperti kalung, cincin, gelang dan lain sebagainya.
Sang ibu penjual sendiri sebenarnya cukup ramah dalam menjual produknya namun terlihat agak bersantai dalam menjalankan usahanya. But overall, kunjungan ke toko ini adalah wajib sekali ketika anda berada di Banjarmasin guna membeli produk-produk kesenian Kalimantan Selatan.

Saturday, August 23, 2008

Yang Unik Tapi Negatif Dari Banjarmasin

Antri Bahan Bakar Minyak merupakan pemandangan yang lumrah ditemui di Banjarbaru, Banjarmasin, bahkan hingga seluruh Kalimantan (Perjalanan saya dari Banjarmasin hingga Palangka Raya diwarnai oleh pemandangan antrean kendaraan di SPBU yang kehabisan bahan bakar). Antre berlangsung dari pagi hari dan kebanyakan dari kendaraan tersebut diam di tempat dan bahkan tidak jarang kendaraan tersebut ditinggalkan oleh supirnya karena pasokan minyak baru datang pada siang harinya. Kondisi ini sudah berlangsung cukup lama sehingga cukup membuat gerah masyarakat. Pertamina, bagaimana ini? Haruskah Shell dan Petronas masuk agar kualitas pelayanan BBM di Kalimantan dapat ditingkatkan?
Setali tiga uang dengan minyak, listrik pun mengalami masalah serupa disini. Saat berjalan jalan di areal Pasar Baru, saya menemukan beberapa toko menjual genset di depan tokonya. Saat berjalan jalan di Jalan Hasanuddin, saya menemukan hampir setiap toko disana memiliki genset mini di depan tokonya. Pemadaman ternyata sudah sangat merata ke seluruh wilayah Indonesia. PLN bagaimana ini? Apa sebaiknya listrik dipegang swasta saja dan bukan monopoli negara?
Menurut abang becak yang saya tumpangi, kejahatan di Banjarmasin juga kerapkali terjadi namun kurang terekspos. Walaupun demikian, saya dapat mengklaim Banjarmasin sebagai kota yang aman karena saya sungguh mendapatkan pengalaman yang menyenangkan selama 2 hari di kota ini. Buat saya, Banjarmasin memang cukup aman namun itu harus dibarengi dengan perilaku orangnya juga. Usahakan gunakan pakaian agak tertutup dan tidak terlalu kelihatan mencolok sehingga menjadi mangsa empuk penjahat. Tampaknya hal yang terakhir ini adalah aturan umum yang berlaku hampir di semua tempat di Indonesia, bahkan dunia.

Friday, August 22, 2008

Yang unik-unik dari Banjarmasin

Selama dua hari satu malam di Banjarmasin, saya banyak menemukan ciri khas kota sungai ini. Banjarmasin adalah salah satu kota yang cukup religius di Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya wanita muslimah yang mengenakan jilbab untuk keseharian mereka. Bahkan ketika saya makan di KFC Kantor Pos Banjarmasin, mbak-mbak pramuniaganya mengenakan jilbab semua. Saya belum pernah ke Banda Aceh, namun mungkin suasana serupa dapat ditemukan di Banjarmasin mengingat hampir semua wanita disini mengenakan jilbab walaupun terdapat juga segelintir wanita yang tidak mengenakannya.
Ada satu info menarik tentang perilaku berkendara di Kalimantan pada umumnya. Entah ini benar atau ngga, namun info ini saya dapatkan dari supir taksi yang saya tumpangi dari Banjarbaru menuju Banjarmasin. Dalam hal menyetir kendaraan terutama mobil, sudah baku aturannya bahwa kendaraan lambat berjalan di lajur kanan. Suatu hal yang tidak lazim mengingat di Jakarta, kendaraan lambat di lajur kiri dan lajur kanan untuk mendahului. Tapi ternyata, banyak sekali truk-truk besar yang lamban berjalan pada lajur kanan dan kendaraan kecil yang mendahului berlalu dari sebelah kiri. Mudah-mudahan bisa menjadi panduan saat anda berkunjung ke Banjarmasin dan Kalimantan pada umumnya.
Dari sisi demografi penduduk, saya menemukan banyak warga Jawa Timur di Banjarmasin. Entah karena Banjarmasin dan Surabaya berbatasan langsung dibatasi oleh Laut Jawa? Atau ada pelabuhan langsung dari Banjarmasin menuju Surabaya dan sebaliknya? Atau banyak penduduk Jawa Timur bertransmigrasi ke Kalimantan Selatan pada jaman dahulu? Saya tidak menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini. Ada rekan Banjarmasin yang bisa klarifikasi ini?
Tentang alat transportasi, Banjarmasin adalah salah satu tempat di nusantara ini dimana bajaj bisa terlihat berlalu lalang di jalan rayanya selain di Jakarta. Sayangnya, kunjungan saya di Banjarmasin tengah tidak serta merta membuat saya mendapatkan bajaj dengan mudah. Saya bertanya pada warga sekitar, masih adakah bajaj di kota ini? Ada jawab mereka. Namun saya tidak menemukan satu bajaj pun selepas pertanyaan tersebut diajukan. Pada malam hari, ketika saya berkunjung ke Duta Mall, dan pulang selepas pukul sepuluh malam, saya menyaksikan bajaj berderet dengan rapih di depan mall terbesar di Banjarmasin tersebut. Ya, ternyata memang ada bajaj di banjarmasin namun dalam jumlah terbatas dan waktu terbatas tampaknya.
Masih soal transportasi dan sarananya, Banjarmasin hampir sama seperti daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya. Orang atau warga yang berlalu lalang tidak terlalu banyak sehingga kehadiran saya yang berlalu lalang sendirian dengan berjalan kaki menjadi sebuah pemandangan unik di kota tersebut. Kebanyakan warga berlalu lalang dengan menggunakan becak, ojeg atau kendaraan umum. Selain itu, Banjarmasin menjadi rumahnya kendaraan-kendaraan unik. Disini, bukan hanya sekedar kendaraan biasa seperti mobil atau motor yang dapat anda temukan. Traktor sawah hingga truk batu bara terlihat berlalu lalang di tengah-tengah kota. Jangan lupa, Truk Batu Bara sering berlalu lalang karena memang Kalimantan Selatan adalah salah satu daerah penghasil Batubara terbaik di Indonesia.
Kemudian, hal-hal unik dari tata kota, Banjarmasin adalah salah satu kota dimana lokasi satu pasar dengan pasar lainnya berdekatan dan berdempetan sehingga tampak seperti cluster pasar. Mulai dari Pasar Baru, Taman Sari, Blauran, Sudimampir, Hasanuddin, Pasar Malam dan lainnya berkumpul di satu area di Banjarmasin Tengah. Kondisi ini mudah dipahami mengingat Banjarmasin pada mulanya adalah sebuah daerah di tepi Sungai Martapura dan pada perkembangannya melebar ke segala arah baik menuju Veteran, Barito, Kuin maupun ke selatan, arah Banjarbaru. Nggak mau ribet di Banjarmasin? Anda harus tinggal di hotel atau penginapan di seputaran Banjarmasin Tengah karena disini anda akan dengan mudah menemukan berbagai macam pusat aktifitas seperti bank, pasar, toko, hotel, tempat ibadah, dan lokasi lokasi lainnya.
Ciri khas lainnya dari Banjarmasin adalah kerukunan agama yang jelas nyata terlihat disini. Di pusat kota terdapat Masjid Raya Sabillal Muqtadin. Di depan Hotel Grand Mentari terdapat Katedral Banjarmasin. Di Jalan Pangeran Samudera terdapat HKBP Banjarmasin. Di ujung jalan Tendean terdapat sebuah Vihara yang berwarna warni. Di Seberang Duta Mall terdapat Pura Banjarmasin. Kota yang lengkap bagi semua pemeluk agama bukan?
Mau lihat yang aneh-aneh dan unik? Mau lihat kulit ular? Di Sepanjang Jalan Piere Tendean yang memang tidak terlalu lebar, saya menyaksikan di kiri dan kanan jalan terdapat orang-orang menjual minyak bulus dalam botol beraneka rupa dan berbagai ukuran yang berfungsi sebagai obat kepuasan pria dan wanita (begitu yang tertulis di papan iklan). Di salah satu toko bahkan memajang samakan kulit ular. Kulit ular tersebut dipajang di dinding sebanyak tiga buah. Buat yang ngeri sama reptilia, mungkin sangat tidak disarankan masuk ke jalan ini. Kecuali anda memang berniat membeli minyak bulus dan sejenisnya, silahkan mampir ke Jalan Piere Tendean (timur laut Sabillal Muqtadin)
Kemudian soal aktifitas warga Banjarmasin yang unik juga. Berbeda dengan mall-mall di daerah lain bahkan di Jakarta. Pada jam 10 malam, semua toko belum menutup gerainya. Di Jakarta, menjelang jam 9 hingga setengah sepuluh malam, toko-toko berlomba-lomba menutup gerainya. Namun di Banjarmasin, bahkan ketika waktu sudah menunjukkan pukul 10 lewat, toko-toko belum menutup gerainya. Hypermart, Gramedia, Kharisma, Optik Melawai masih membuka gerainya. Mengesankan. Makanya, tidak heran semakin malam, pengunjung mall semakin banyak. Bukannya habis. Saya sampai bingung, akankah mall ini tutup mengingat pengunjung yang justru meramai menjelang malam?
Tampaknya itu saja yang cukup unik dan eye catchy di Banjarmasin. Hal-hal unik ini saya dapatkan di kota Banjarmasin selama saya berada disana. Rekan-rekan dari Banjarmasin ada yang bisa menambahkan barangkali?

Thursday, August 21, 2008

Makan Masakan Banjar Di Rumah Makan Kaganangan

Pertama, siapkan uang anda terlebih dahulu. Saya tidak akan mengatakan bahwa rumah makan Banjarmasin berharga mahal. Namun, prinsip yang berlaku disini adalah uang tidak pernah berbohong. Harga sedikit tinggi yang harus dibayar disini dikarenakan memang ikannya menurut saya enak dan unik. Sebagai contoh, siang itu di tengah hujan gerimis cenderung deras yang mengguyur Banjarmasin, saya makan siang di Rumah Makan Kaganangan khas Banjar (Jl. Pangeran Samudera No. 8 Rt 8. Telpon (0511) 4364203) dengan Nasi Putih, Ikan Papuyu Besar, Seluang, Soto (Sayuk Katuk), Sayuran (Empal Jagung) dan Es Jeruk. Harga yang harus saya bayar sebesar Rp. 32.500. Sempat saya tercekat sebentar, namun akhirnya saya merasa bahwa harga tersebut cukup fair mengingat saya sudah tiba di Kota Banjarmasin. Haruskah saya masih irit-irit dan makan makanan standard seperti yang ada di Jakarta? Waduh, saya bisa menyesal nantinya. Sisi baiknya, rumah makan ini jadi tema sebuah Blog.
Ikan Papuyu Besar mungkin bisa dikategorikan seperti ikan nila namun dengan ukuran yang lebih kecil dan duri yang lebih sering. Jujur, dari seluruh bagian ikan, yang dapat dimakan bersih mungkin hanya sekitar 40-60% saja. Sisanya kebanyakan merupakan tulang. Ikan Papuyu ini berukuran sebesar setengah telapak tangan saja dan dibakar. Cukup unik mengingat saya baru melihat jenis ikan ini di Kota Sungai ini. Menu lainnya yang cukup unik adalah Seluang atau dalam bahasa lokal saya adalah ikan teri. Ikan Seluang ini digoreng kering dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan teri di Jakarta. Rasanya gurih dan asin. Sekali penyediaan, Seluang disajikan cukup banyak. Tampaknya memang porsi yang disajikan diperuntukkan untuk 2 orang atau lebih, bukan sendirian. Jadi, saya sarankan agar anda mengajak rekan-rekan anda untuk makan di rumah makan khas Banjarmasin.
Satu lagi yang menarik adalah Soto atau yang disebut dengan sayur katuk. Isi sayur tersebut unik karena mengandung santan, ubi dan daun-daunan yang hampir tidak pernah saya lihat. Sayur ini juga berisi jagung seperti layaknya sayur asam. Saya sempat bertanya kepada mbak yang menyajikan sayur ini apakah sayur tersebut sayur asam atau bukan. Ternyata bukan, karena sayur ini mengandung santan dan komposisi isi sayur yang unik dan berbeda.
Rumah makan tersebut sejatinya adalah sebuah rumah biasa warga Banjar yang dimodifikasi menjadi rumah makan. Saat saya makan, tampak rumah makan tersebut sedang melakukan penataan ulang meja dan taplaknya. Tidak lupa, mata saya juga menangkap deretan oleh-oleh berupa makanan yang dipajang dan sisusun cukup tinggi di salah satu sisi dinding. Ternyata, selain rumah makan, lokasi ini juga menjadi tempat penjualan oleh-oleh khas Banjarmasin seperti seluang, abon, lempok dan kacang-kacangan. Boleh nich, satu atap berbelanja sekaligus makan siang khas Banjar. Hehehe.... Dalam menu, saya ternyata menemukan telur penyu juga. Waduh, walaupun kegiatan perdagangan telur penyu adalah hal yang dilarang, ternyata praktiknya masih terjadi kegiatan sejenis. Untung, saya tidak menemukan telur tersebut di meja display.

Wednesday, August 20, 2008

Pelabuhan Di Sisi Sungai Barito : No Photo

Ini yang saya alami ketika mengunjungi Pelabuhan di pusat Kota Banjarmasin untuk melihat Sungai Barito yang super duper terkenal itu. Dengan harga becak seharga Rp. 10.000 dimana saya masih tetap bisa bersantai sambil melihat kondisi sekeliling dan menyusuri anak Sungai Martapura, saya menuju Sungai Barito melewati Jalan Mayjend Sutoyo. Perjalanan dari pusat Kota Banjarmasin Tengah menuju tepian Sungai Barito tidak dapat dikatakan sebentar. Kurang lebih perjalanan ditempuh selama 20 menit. Untung saja, Abang Becak yang saya tumpangi sungguh baik hati. Walaupun badannya kecil, ia tetap semangat mengayuh becaknya. Walaupun bahasanya pun masih sangat Banjar campuran madura sekali, dan saya menggunakan bahasa Indonesia, namun komunikasi di antara kami berdua sudah sangat seru sekali. Abang becak yang baik hati tersebut membawa saya sambil bersantai karena saya berpesan demikian guna melihat- lihat kondisi samping kiri dan kanan Banjarmasin. Sang abang mau menunggu saya bahkan ketika saya sudah sampai dermaga agar saya benar-benar sampai di lokasi tujuan dengan tepat. Bravo abang!
Sayangnya, di ujung Jalan Sutoyo itu saya tidak melihat Sungai Barito. Yang tampak justru pelabuhan dengan aneka macam bangunan tinggi berpagar dan menutupi pandangan saya langsung ke arah Sungai. Sekali berhenti di lokasi pemantauan, ternyata pintu tersebut merupakan loket keberangkatan menuju Surabaya. Saya tidak mau mengambil resiko dengan memasuki area tersebut. Akhirnya saya diberi info oleh warga Banjarmasin yang ramah agar menuju pintu satunya lagi di sebelah selatan yang merupakan pintu masuk umum. Sang abang yang baik hati tersebut pun mengantarkan saya ke lokasi pintu satu lagi dan ternyata disini pun saya tidak boleh menggunakan kamera saya untuk berfoto-foto. Sungguh sangat disayangkan. Ketika saya meminta ijin untuk masuk dan berfoto, bapak petugas yang baik hati dan tersenyum tersebut memang mengatakan tidak boleh. Areal dermaga dan pelabuhan (maupun pelabuhan hampir di seluruh wilayah Indonesia) tampaknya memang bukan lokasi yang dapat dengan mudah dipergunakan sebagai lokasi berfoto. Saya pun tidak jadi memasuki area dermaga dan memilih kembali ke abang becak sambil mengucapkan terima kasih pada bapak petugas tersebut. Alhasil, walaupun dengan rasa sedikit kecewa, saya kembali menuju pusat kota guna kembali ke peradaban.
Abang becak yang baik hati tersebut sebenarnya juga mencemaskan keadaan saya. Berhubung saya sendirian kala itu dan waktu sudah cukup sore, maka ia menyarankan memang tidak baik dan tidak disarankan untuk berjalan sendirian di wilayah dermaga seorang diri. Kerap kali, terjadi kejadian orang ‘diganggu’ disini. Term digangu disini berarti bahwa barang bawannya dirampas begitu keterangan yang saya dapatkan dari abang becak tersebut. Dengan rasa terima kasih yang sungguh besar, saya sedikit banyak mau tidak mau bersyukur tidak jadi masuk ke dermaga yang saat itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Jadi, demi menuntaskan rasa kecewa saya, saya meminta agar abang tersebut berhenti di jembatan kecil penghubung delta Sungai Anak Martapura ke arah Barito guna berfoto. Disini, saya mendapatkan foto pemandangan jukung-jukung yang ditambatkan, pemukiman rumah penduduk pinggir sungai dan di kejauhan terdapat Sungai Barito (sayang, karena terlalu jauh, ukuran sungai tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti dan di foto tampak sunguh kecil). Dalam perjalanan pulang pun saya merasa sedikit terhibur oleh aliran anak Sungai Martapura yang menyisakan pemandangan jukung-jukung ditambat dan aktifitas warga pinggir sungai, yang walaupun tidak terlalu ramai tapi cukup menarik untuk diabadikan dengan kamera. Tambah lagi satu rasa terima kasih saya kepada abang becak yang ternyata orangtuanya berasal dari Madura tersebut bahwa ia mengantar saya bahkan sampai ke Hotel Grand Mentari, bukan ke Rumah Makan Kaganangan, lokasi start perjalanan saya. Ia mengatakan bahwa ia akan sekaligus pulang karena pada pukul empat sore ia akan berhenti beroperasi. Hal ini tidak berarti becak akan berhenti beroperasi seusai pukul empat. Bravo Abang!

Tuesday, August 19, 2008

Pesona Sungai Martapura yang Membelah Barito, Si Venesia Dari Timur

Di sebelah timur Masjid Sabillal Muqtadin, mengalirlah Sungai Martapura yang lebarnya tidak selebar Sungai Barito namun sungai ini sudah sangat autentik Banjarmasin. Kehidupan warga tepian sungai dengan rumah-rumah terapungnya akan segera menarik minat anda. Rumah-rumah tersebut berdiri di tepi sungai dengan penduduknya yang memanfaatkan air sungai tersebut untuk minum, mencuci, mandi dan kegiatan lainnya. Walaupun coklat karena berlumpur, namun sungai ini cenderung bersih dari sampah buangan manusia seperti kertas dan plastik. Beberapa rumah terapung yang terdapat di sisi sungai tersebut bahkan ada yang bertanda “ANNO 1925” yang kurang lebih berarti dibangun pada tahun 1925. sungguh usia yang cukup awet untuk sebuah rumah mengingat arsitektur unik yang dimilikinya tidak terlalu ketinggalan jaman. Selain mengamati rumah terapung di sisi Sungai Martapura, anda juga dapat menikmati jukung dan klotok yang masih beroperasi bahkan pada siang hari sekalipun. Walaupun memang tidak sebanyak pagi hari, namun mereka tetap memiliki kegiatan yang dapat mereka lakukan pada siang hari seperti memancing, mengumpulkan ikan atau menyebrang dari satu sisi sungai ke sisi lainnya. Apabila anda menyempatkan melintas jembatan yang melintas di atas Sungai Martapura, maka saya yakin anda akan terpukau oleh kehidupan masyarakat pinggiran Sungai Martapura yang sungguh bersahaja. Di tengah-tengah kepungan mall dan pertokoan modern yang semakin membuat sesak Banjarmasin, penduduk tersebut tetap dengan natural dan alami serta santai menjalankan aktifitasnya seperti biasa mulai dari mencuci, mengobrol hingga mandi di pinggir sungai. Di kejauhan terdapat sebuah klotok yang berisi beberapa orang dimana penumpang paling belakang terus menerus membuang air dari dalam perahu ke luar perahu, mungkinkah perahunya bocor? Di sisi lain, terdapat jejeran bambu yang diparkir di tepi sebuah rumah terapung. Jejeran kayu ulin membuka jalan dari pintu rumah menuju jalan raya beraspal, tampak seorang bapak sedang melintasinya dengan santai. Sungguh, kehidupan yang sangat menarik dan menyegarkan jiwa.
Apabila ingin menikmati pesona Sungai Martapura, anda dapat memilih beberapa spot menarik yakni yang pertama di sisi timur Masjid Sabillal Muqtadin dimana terdapat trotoar di sepanjang sisi sungai guna memudahkan warga beristirahat dan menikmati pemandangan sungai. Jembatan Martapura yang berada di lokasi ini hampir tidak jauh berbeda dengan jembatan pada umumnya, kaku, berbentuk panjang lurus dan berwarna putih. Hiasan bunga teratai ukiran menghiasi sudutnya. Di lokasi ini, anda bahkan bisa melihat beberapa speedboat diparkir. Lokasi kedua berada di persimpangan Veteran-Merdeka dimana jembatan, yang berdiri menghubungkan kedua wilayah ini, lebih autentik kalimantan yakni dengan adanya rangka-rangka di atas jembatan. Lokasi kedua ini berkesan lebih alami karena lebih sepi dibanding di depan masjid tadi. Lokasi pemantauan terdapat di depan Metro Hi-Tech Mall atau lebih tepatnya di area parkir mall persis di seberang Metro Hi-Tech Mall. Disini, anda dapat melihat perkampungan masyarakat tepian Sungai Martapura, klotok yang diparkir maupun sedang berjalan dan gelondongan besar bambu yang diparkir di depan rumah. Apabila melihat dari arah samping masih kurang menantang untuk anda, silahkan susuri jembatan dan menikmati pemandangan sungai dari atas jembatan. Jembatan di simpang Veteran-Merdeka ini memiliki jalur pejalan kaki di sebelah jalur kendaraan. Namun hati-hati, beberapa bagian jembatan orang tersebut sudah jebol dan rusak. Jangan sampai anda menjadi korban karena kelalaian ketika berjalan. Perhatikan langkah anda sekaligus menikmati pemandangan yang menyegarkan mata.

Saturday, August 16, 2008

Kenal Banjarmasin Lewat Perpustakaan Kota Banjarmasin

Ya, mungkin bagi penduduk Kota Banjarmasin sendiri, kegiatan masuk perpustakaan adalah kegiatan yang terakhir akan dilakukan apabila semua kegiatan sudah tidak ada lagi. Namun, itu yang saya lakukan di tengah curahan hujan yang semakin deras. Mengingat tidak ada satupun badan atau dinas yang dapat memberikan informasi cukup lengkap mengenai Banjarmasin, maka ketika melewati perpustakaan kota ini, saya langsung masuk ke dalamnya tanpa berpikir panjang lagi. Untungnya, perpustakaan kota ini buka pada siang ini.

Perpustakaan tersebut terletak di lantai 3 dan ketika masuk, saya berjumpa dengan ibu-ibu kelurahan yang sedang duduk membentuk lingkaran dan sembari mengobrol mereka menyampul buku-buku di dalam perpustakaan tersebut. Tampaknya kehadiran saya mengusik mereka atau mungkin jarang ada pengunjung disana sebab percakapan mereka terhenti karena saya datang. Segara, saya mengucapakan salam guna masuk dan melihat-lihat. Beberapa ibu – ibu tersebut masih saja bengong saja namun ada salah seorang yang berkata silahkan isi buka tamu mereka. Untuk pengunjung hari itu, saya adalah pengunjung kedua. Memang, ini adalah salah satu potret buram perpustakaan di Indonesia. Kunjungan yang tidak banyak membuat banyak perpustakaan tidak mampu untuk memeruskan kegiatan operasionalnya sehingga tertatih-tatih dan dikelola dengan apa adanya atau terpaksa tutup. Mudah-mudahan saja hal tersebut tidak terjadi pada perpustakaan Kota Banjarmasin ini.

Ketika mencari judul buku yang saya inginkan, saya tidak menemukn buku tersebut karena sebagian besar buku di perpustakaan tersebut adalah buku populer seperti novel, buku manajemen, politik, pandangan dan filsafat hingga komik dan buku memasak dan tips and trick. Ketika saya bertanya pada ibu-ibu tersebut apakah ada buku yang mengulas tentang Banjarmasin, mereka serempak berpandangan satu sama lain dan akhirnya salah seorang diantara mereka menggelengkan kepalanya dan berkata tidak ada. Sungguh sedih karena kunjungan saya harus berakhir seperti ini. Namun, ternyata masih ada celah di antara kesempitan tersebut. Salah seorang bapak petugas yang ada disana menunjukkan saya potongan trak kecil di bawah yang berisi tumpukan buku-buku tebal dengan model yang serupa semua. Buku tersebut berjudul “Pesona Kalimantan Selatan”. Sedikit terlonjak kegirangan, saya berterima kasih pada bapak tersebut. Walaupun tidak tepat mengulas Banjarmasin, namun buku tersebut sudah cukup informatif dan memberikan gambaran tentang Kalimantan Selatan.

Buku Pesona Kalimantan Selatan mengulas kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan, baik dari perekonomian, kegiatan sehari-hari, barang tambang dan komodoto pangan dan yang unik-unik dari Kalimantan Selatan hingga Kain Sasirangan dalam bentuk foto. Sayang, saya tidak dapat memiliki buku tersebut karena buku tersebut berstempel hanya untuk dibaca di tempat, tidak untuk dipinjamkan. Dengan berat hati, saya mengembalikan buku bagus yang bertahun penerbitan beberapa tahun lampau ke raknya. Seraya mengucapkan terima kasih saya segera keluar dari perpustakaan tersebut. Sebelum keluar, satu ibu sempat bertanya kepada saya apakah saya mahasiswa yang sedang membuat skripsi. Saya jawab bukan karena saya seorang wisatawan yang datang dari Jakarta. Tampaknya mereka sekarang mengerti mengapa saya mencari buku Banjarmasin. Seusai saya pamit kepada semua yang ada disana, saya melemparkan senyum paling manis saya dan keluar kembali menelusuri kota yang baru saja selesai diguyur gerimis. Melanjutkan petualangan Kota Banjarmasin.

Thursday, August 14, 2008

Sabillal Muqtadin, Masjid Raya Banjarmasin

Ada satu tempat di Banjarmasin yang sudah terkenal cukup lama bahkan sudah tertulis semenjak buku Lonely Planet 1986 diterbitkan pertama kalinya. Lokasi tersebut terletak di Banjarmasin Tengah dan berbentuk lapangan yang sangat luas dengan persimpangan dan percabangan jalan di sekitarnya. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah tempat beribadah umat Islam. Ya, Masjid Sabillal Muqtadin yang tergolong masjid raya dan megah tersebut berada di tengah-tengah lapangan ini dan terletak di simpang delapan pusat Kota Banjarmasin. Masjid yang sangat besar ini terletak di tengah-tengah taman yang luas yang dikelilingi oleh jalan raya. Di sekeliling masjid, selain terdapat taman juga terdapat pepohonan cukup rapat sehingga cukup rindang. Masjid ini dapat disaksikan dari beberapa bagian Kota Banjarmasin baik dari tepi Sungai Martapura, dari depan Gedung Mahligai Pancasila atau dari sudut jalan yang dipenuhi pohon rindang sehingga Masjid Sabillal Muqtadin tampak berada di dalam frame pepohonan yang teduh. Masjid ini tentu menjadi kebanggan masyarakat Banjarmasin selain karena ukurannya yang besar juga karena arsitekturnya yang unik dan semakin mencirikan Banjarmasin sebagai kota religius yang berbudaya. Sayang sekali berhubung saya bukan umat muslim, maka saya tidak berani masuk ke dalam areal masjid karena takut melanggar wilayah suci umat beragama lain. Padahal, saya ingin sekali melihat dari dekat kolam di depan masjid yang tampaknya seperti kolam air mancur yang sedang tidak dinyalakan. Desain bangunan masjid ini menyerupai gedung DPR di Jakarta dengan kolam di depannya. Bangunan tinggi yang menjadi lokasi diletakkannya loud speaker pun sedikit banyak mirip dengan Masjid Istiqal di Jakarta. Karena saya tidak masuk ke dalam masjid, alhasil, saya hanya berfoto kawasan masjid dari depan lapangan parkir di depan Sungai Martapura saja. Beberapa anak kecil yang sedang bermain speeda disana pun mengangkat tangannya pose tanda kemenangan guna ingin ikut dipotret. Mungkin saya tampak seperti turis asing yang sedang bepergian seorang diri?

Friday, August 08, 2008

Bekantan, Identitas Banjarmasin

Simbol kota ini adalah primata sejenis kera yang berhidung panjang atau dikenal dengan nama Bekantan (Nasalis larvatus). Pernah melihat kera ini? Kalau anda tahu Dunia Fantasi Ancol Jakarta dengan simbol hewannya, maka anda seharusnya tahu Bekantan ini. Hewan berhidung panjang berwarna merah ini memang dijadikan simbol taman bermain di ujung utara Jakarta itu. Nah, di banjarmasin kota dengan simbol bekantan ini ternyata memiliki sebuah taman yang menggambarkan ciri khas kota ini dengan jelas. Taman yang menggambarkan ikon kota ini terletak di sebelah utara Masjid Sabillal Muqtadin yakni di taman percontohan PKK. Sayangnya, taman tersebut hanya dibuka saat weekend dan libur saja. Sehingga, keindahan taman tersebut hanya bisa dinikmati dari luar saja. Di dalam taman tersebut selain berisi tanaman maupun pohon serta tempat beristirahat, anda juga akan menemukan satu buah tugu pohon kering artifisial yang dihinggapi dan dijadikan tempat bergelayutan oleh beberapa ekor patung bekantan. Taman yang cukup luas ini cukup memberikan ciri khas bekantan sebagai ciri khas unik kota ini. Kunjungan saya pada hari senin tersebut membuat saya tidak dapat memasuki taman tersebut. Sayang sekali, padahal seandainya saya datang pada hari libur atau akhir minggu mungkin saya bisa masuk dan melihat-lihat isi taman yang cukup luas dan tampaknya ramai dikunjungi oleh warga Banjarmasin.

Wednesday, August 06, 2008

Landmark Budaya Kota Banjarmasin

Banjarmasin dicirikan dengan orang-orang Banjar yang mendiami kota ini. Rumah khas Suku Banjar adalah Rumah Banjar Bubungan Tinggi. Anda akan mengenali jenis bangunan ini terutama dengan bubungan atapnya yang tinggi dan sayap atap di samping bubungan yang landai. Tak lupa, hiasan berupa ukir-ukiran mewarnai setiap sudutnya dan persilangan dua tiang di pucuk-pucuk atapnya mencirikan sebuah Rumah Banjar Bubungan Tinggi sejati.
Arsitektur bangunan kota Banjarmasin sebagian besar mengadopsi budaya lokal. Contoh bangunan tersebut dapat dinikmati melalui Kantor Pos Banjarmasin, Gapura DPRD Banjarmasin, Tugu PKK di segitiga Anang Adenansi, Perpustakaan Umum, STIE Nasional, GPIB Maranatha dan bangunan lainnya hampir di seluruh penjuru Banjarmasin. Beberapa bangunan tersebut dibuat dengan sederhana asalkan beratap bubungan tinggi, namun ada juga beberapa diantaranya yang juga dibuat dengan serius dengan beratap bubungan tinggi dan bagian fondasi rumah yang juga mengikuti rumah Banjar. Hampir seluruh rumah berarsitektur khas Banjar ini berada di Banjarmasin Tengah sehingga dapat dicapai dengan berjalan kaki saja atau apabila anda capai, anda bisa menyewa becak atau naik ojek saja untuk berkeliling kota ini. Berjalan-jalan saja di trotoar di seputar pusat kota, maka dalam waktu tidak terlalu lama anda pasti akan ditawari jasa ojek atau becak. Apabila anda punya potongan turis, maka tawaran tersebut pasti akan datang lebih cepat lagi.

Tuesday, August 05, 2008

Pilah pilih Hotel Di Banjarmasin

Entah karena bukan sebagai lokasi wisata yang umum, maka tampaknya saya harus bisa menerima kenyataan bahwa sebagian besar staff hotel di Banjarmasin kurang memahami kondisi kota mereka sendiri. Maaf saja namun informasi yang diberikan selalu tidak terlalu jelas, berbeda-beda dan sedikit terlihat unsur malas membagi informasi. Dari beberapa tour travel yang saya kunjungi, tidak terdapat paket city tour, brosur informasi lokasi wisata di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan, bahkan beberapa staffnya ada yang belum pernah mengunjungi Pulau Kaget dan Pulau Kembang. Tidak heran ketika saya menyebut-nyebut pulau tersebut masih ada yang bertanya dimana lokasi pulau tersebut. Yang lebih mengherankan lagi ketika ada staff yang memandangi saya dengan aneh karena saya menanyakan paket wisata ataupun brosur informasi tentang Banjarmasin. Keanehan ini semakin nyata ketika di depan tour and travel tersebut terpampang spanduk besar berkaitan dengan festival Pasar Terapung Juni lalu dalam rangka Visit indonesia year 2008.
Ya, saya harus bisa menerima kenyataan bahwa tidak semua lokasi siap menjadi tuan rumah lokasi wisata yang baik. Minimnya transportasi, ketiadaan brosur informasi kota, staff hotel maupun tour and travel yang tampak tidak tahu atau bahkan malas membagi informasi membuat saya semakin penasaran dengan kota ini. Beruntung, informasi di internet jauh lebih banyak dan berharga untuk digunakan. Internet dan peta besar Banjarmasin yang saya beli di salah satu toko buku di Jalan Hasanuddin sungguh membantu saya memahami kota sungai ini.
Beberapa hotel yang ada di kota ini antara lain Swiss Belhotel Borneo di Jalan Pangeran Antasari, Hotel Arum dan Hotel Grand Mentari di Jalan Pangeran Samudera dapat menjadi pilihan anda. Untuk kali ini, saya menginap di Hotel Grand Mentari, hotel yang dahulunya bernama Hotel Mentari dan sebelumnya pernah bernama Hotel Maramin karena berganti pemilik.
Beruntung, Hotel ini terletak hampir di jantung Kota Banjarmasin sehingga ini memudahkan aktifitas saya kemana-mana. Hotel bintang dua dengan lobby depan yang modern ini memiliki fasilitas berupa restoran 24 jam, coffee shop, room service, karaoke hall, VIP room, business center, free wi-fi, ballroom, laundry and massage. Bagian dalam interior kamarnya cukup unik. Nuansa kuno akan segera menyergap begitu anda meninggalkan lobby menuju kamar. Bangunan a la era 80an atau 90an awal masih mencirikan bangunan kamarnya. Lucunya, lantai kamarnya dilapisi dengan kayu sehingga kesan modern bercampur dengan vintage yang ada di kamarnya.
Kamrnya sendiri cukup nyaman dengan cermin yang sungguh besar. Kamar mandinya sendiri telah mempunyai bathtub walaupun bathtubnya pun menyisakan kesan vintage. Lukisan yang dipajang di dinding kamarnya cukup unik dan etnik. Minibar, kulkas, dan free minuman komplimen tersedia di kamar. Televisi 14 inch yang dimilikinya hanya menyiarkan siaran nasional. Namun, siapa yang mau nonton televisi apabila kotanya sendiri begitu menarik untuk dijelajahi?

Monday, August 04, 2008

Satu Hari Bersama Banjarmasin

Mengelilingi kota sungai atau Venesia Dari Timur ini tidak membutuhkan waktu lama. Walaupun tergolong kota besar, namun wilayah yang cocok untuk dijadikan lokasi jalan-jalan tidak terlalu banyak. Secara umum, Banjarmasin Tengah adalah lokasi pusat kegiatan paling utama. Segala macam aktifitas perekonomian berada disini, mulai dari pasar, hotel, toko, bank, tempat ibadah, kantor-kantor pemerintahan dan banyak lainnya berpusat disini. Secara sederhana, apabila anda tidak ingin susah berkeliling kota ini, carilah penginapan atau hotel yang terletak di Banjarmasin Tengah guna memudahkan anda berjalan berkeliling kota. Pusat kota ini memang berpusat di Banjarmasin Tengah yang berada di sekitar Pangeran Samudera, Lambung Mangkurat, Veteran, Achmad Yani,. Sutoyo, Pandjaitan, Sudirman, dan S. Parman. Dengan berjalan kaki sekalipun, anda sudah dapat mengelilingi kota ini, terlebih bila anda hanya mempunyai waktu sempit untuk berkeliling kota sungai ini.
Beberapa landmark yang patut dilihat adalah keindahan arsitektur kota lewat model Rumah Bubungan Tinggi yang mewarnai sudut jalan protokol utama seperti pada Kantor Pos Banjarmasin. Landmark lainnya adalah Jembatan Sungai Martapura yang terletak di Jalan Merdeka, jalan Hasanuddin, dan Jalan Antasari. Selain itu, kegiatan ekonomi pasar tradisional yang menempati bangunan bergaya lama juga menarik untuk dinikmati. Jangan lupa, salah satu landmark Banjarmasin lainnya adalah Masjid Sabillal Mutaqin yang berada di simpang delapan Kertak Baru Ulu. Di seputar masjid terdapat sejumlah lokasi menarik seperti gereja dengan sentuhan asimilasi budaya Banjar, taman kota, hingga gedung pemerintahan yang bergaya Banjar contohnya Mahligai Pancasila.
Itu baru sejumlah landmark yang terletak di Banjarmasin Tengah. Perluas jangkauan anda hingga Banjarmasin Barat guna menyentuh Sungai Barito di pelabuhan. Nikmati pelabuhan besar maupun pelabuhan kecil klotok di sungai-sungai kecil yang melintasi kota ini. Pergi ke arah Banjarmasin Timur untuk melihat perluasan kota Banjarmasin Pusat dan Banjarmasin Utara tempat gedung-gedung pemerintahan kebanyakan berada.
Mau lebih alami lagi? Pasar Terapung Muara Kuin yang dimulai pukul 3 pagi hingga pukul 6 atau Lok Baintan yang lebih ‘siang’ yakni pukul 6 hingga 8.30 tentu memang merupakan daya tarik utama kota ini. Menyebrang ke Pulau Kembang untuk melihat kera hitam atau Pulau Kaget untuk melihat Bekantan juga menjadi salah satu kegiatan menarik yang sukar anda lupakan. Sewalah kelotok untuk menyebrang menuju pulau tersebut.
Apabila anda lebih suka tidak berbasah-basah ria menyentuh sungai, silahkan nikmati Kota Banjarmasin baik dengan berjalan kaki ataupun naik becak atau ojek. Tarif yang ditawarkan cenderung murah meriah. Yang diperlukan disini adalah kepiawaian anda menawar harga agar anda tidak membayar terlalu mahal. Oh yah, Banjarmasin juga disebut-sebut sebagai lokasi selain Jakarta dimana anda bisa melihat ‘bajaj’. Bajaj ini ada terdapat di seputaran Banjarmasin Timur. Keramahan penduduk Banjarmasin niscaya membuat anda segera jatuh cinta pada kota ini. Kemanapun saya melangkah, saya selalu ditawari ojek ataupun becak oleh warga. Ketika ditolak dengan senyum karena saya ingin berjalan kaki, mereka membalas dengan senyum yang tak kalah lebarnya. Benar-benar kota yang manis dengan penduduk yang ramah.
Walaupun sering disebut sebagai contoh gagal penataan kota yang disebabkan oleh salahnya orientasi pembangunan kota sungai menjadi kota modern yang semrawut, Banjarmasin tetap worth untuk anda kunjungi. Ya, saya benar-benar sudah jatuh cinta dengan kota ini.

Saturday, August 02, 2008

Brief Fact Tentang Banjarmasin

Kota yang bergelar BDJ oleh IATA ini memang merupakan salah satu kota terbesar di pulau Kalimantan dibanding ibukota propinsi lainnya. Dengan lama penerbangan selama 1 jam 35 menit, Banjarmasin sangat layak anda kunjungi. Sebagai contoh, waktu take off anda adalah pukul 06.15 AM dari Jakarta maka anda akan tiba di Banjarmasin pada pukul 08.50 AM. Ternyata memakan waktu 2 jam 35 menit? Mengapa selama itu? Walaupun penerbangan yang anda lakukan sebanyak 1 jam 35 menit saja, namun karena Banjarmasin berada di Wilayah Indonesia Bagian Tengah alias WITA, maka waktu di Banjarmasin satu jam lebih cepat dibanding Jakarta yang menganut WIB. Oleh karena itu, penerbangan yang harusnya tiba pada pukul 07.50 molor satu jam menjadi 08.50.
Selamat datang di Banjarmasin! Begitu ucapan yang akan anda terima begitu mnejejakkan kaki di Bandara Sjamsudin Noor. Salah satu icon menarik yang ada di bandara ini adalah Rumah Banjar Bubungan Tinggi yang memang khas suku Banjar, suka mayoritas di Kalimantan Selatan. Silahkan pergunakan waktu anda untuk berfoto dengan icon menarik ini karena setelah ini anda harus menempuh perjalanan menuju Kota Banjarmasin. Walaupun ketika anda mendarat di Sjamsudin Noor, anda telah dikatakan mendapat di Banjarmasin, namun secara geografis, Bandara Sjamsudin Noor berada di Kota Banjarbaru, kurang lebih 30 KM tenggara Banjarmasin. Perjalanan dari Banjarbaru menuju Banjarmasin dapat ditempuh selama kurang lebih 40 menit atau 30 menit pada malam hari.
Berbeda dengan Propinsi di Kalimantan pada umumnya, Kalimantan Selatan merupakan wilayah terselatan dan juga terkecil dibanding empat propinsi lainnya. Wilayahnya sebagian besar merupakan sungai baik besar maupun kecil, rawa-rawa, hutan dan sisanya adalah pegunungan yang bernama Pegunungan Meratus yang membentang dari Pleihari, Tanah Laut hingga Tempuluh di Kotabaru. Banjarmasin, ibukota Kalimantan Selatan sendiri terletak di daerah dataran rendah, di tengah-tengah hutan dan dibelah oleh banyak sungai antara lain Sungai Barito dan Sungai Martapura. Oleh karena banyak memiliki sungai, kebudayaan sungai begitu kental khususnya untuk wilayah ini. Pasar Terapung adalah salah satu ciri khas kota ini dimana para pedagang dan pembeli bertemu sambil berdesak-desakkan menaiki klotok/jukung di tengah sungai sambil bertransaksi. Barang dagangan yang dijual antara lain sayur mayur dan hasil bumi serta penganan. Kegiatan pasar terapung ini dimulai semenjak subuh dini hari hingga sesaat sebelum matahari terbit. Jadi, persiapkan diri anda pagi-pagi betul sebelum mengunjungi pasar ini.
Tentang lokasi wisata, Banjarmasin pusat praktis tidak memiliki lokasi wisata alam selain Sungai Martapura dan Barito. lokasi wisata yang dapat dikunjungi kebanyakan berupa objek wisata buatan manusia dan kebudayaan. Lokasi wisata pegunungan, bukit, air terjun hingga pantai terletak cukup jauh dari Banjarmasin sehingga anda butuh paling tidak kendaraan carteran untuk menyambangi semua lokasi tersebut. Yuk, kunjungi Banjarmasin, “Wadja Sampai Kaputing!”

Friday, August 01, 2008

Merasakan Boeing 737-900ER Pertama Kalinya

Pagi itu, tidak seperti acara liburan lainnya dimana saya mengandalkan maskapai berbiaya murah dan hemat AirAsia, saya menggunakan Lion Air untuk berwisata ke salah satu kota yang ada di nusantara ini yakni Banjarmasin. Berhubung AirAsia belum mencapai Banjarmasin, maka pilihan jatuh ke Lion Air yang memiliki penerbangan paling pagi yakni 06.15. maskapai lain yang juga membuka penerbangan ke Banjarmasin (BDJ) adalah Sriwijaya, Mandala, Batavia, Garuda, Merpati. Hm...tampaknya hampir semua maskapai membuka penerbangan ke Banjarmasin....?

Dengan gelar sebagai salah satu kota terbesar di pulau Kalimantan, Banjarmasin memang patut disinggahi oleh berbagai maskapai. Pilihan sekarang jatuh ke tangan anda, kapan waktu yang anda inginkan untuk keberangkatan secara hampir di setiap jam terdapat penerbangan menuju Banjarmasin dengan maskapai yang berbeda-beda. Hanya saja, penerbangan menuju Banjarmasin masih terbatas sebanyak satu kali penerbangan per hari. Hanya beberapa saja yang membuka lebih.

Beruntungnya saya apabila selama ini hanya menaiki Boeing 737-200/300/400 maka pagi ini saya berkesempatan menaiki Boeing 737-900ER terbaru milik Lion Air. Secara fisik, jelas perbedaaan yang teramat sangat mewarnai pesawat ini dengan jenis Boeing lainnya yang lebih umum. Dari segi kapasitas, Boeing ini lebih panjang dan lebih luas. Tanpa menyebut jumlah kapasitas kursi, jumlah pramugari yang melakukan peragaan keselamatan penerbangan sudah menunjukkan panjangnya pesawat ini. Tidak tangung-tanggung, pramugari yang dikerahkan berjumlah 4 orang! Sedikit unik yach? Kemudian, hal mencolok lainnya selain fisik pesawat yang memang lebih bersih adalah adanya ujung mencuat di ujung sayap pesawat. Silahkan lihat gambar untuk keterangan lebih lanjut. Intinya, memang lebih memuaskan menaiki pesawat baru dibanding pesawat used for years. Tingkat keamanan dan kepercayaan pun tampaknya lebih tinggi saat menaiki pesawat ini., sugesti semata? Coba dulu dech....

Yang menarik lainnya dari Lion Air adalah begitu pesawat hampir mencapai Banjarmasin (ditandai dengan sungai yang lebar sekali dan pulau-pulau besar di tengah-tengahnya) ada saat dimana pramugari berbicara melalui speaker untuk menginformasikan tentang lokasi wisata di Banjarmasin dan juga makanan khas tradisionalnya untuk keperluan wisata kuliner. Walaupun informasi yang diberikan cukup sederhana dan singkat, namun cukup membantu dalam hal pengembangan industri penerbangan di Indonesia. Di sisi lain, hal ini tentu turut dapat mendingkrak popularitas Banjarmasin di kalangan masyarakat umum sebagai lokasi wisata.. penasaran? Cobain dech naik Lion Air! Bisa pesen koq lewat internet pake Visa atau MasterCard anda....