Friday, October 31, 2008

The Titiles at Denpasar, Pusatnya Dendeng, Abon dan Sosis Babi Yang Endes Markondang

Another interesting point at Denpasar. Titiles namanya. Tulisan ini masih berkaitan dengan Babi Guling Chandra,dimana produk utama yang dijual berupa babi. So, buat rekan-rekan yang beragama muslim dan yahudi, mohon maaf sekali, Titiles ini haram untuk rekan-rekan.
Titiles adalah sejenis toko dengan komoditi utamanya berupa dendeng dan sosis babi. Selain itu, dapat ditemukan pula jenis olahan babi lain seperti abon, kerupuk atau bahkan produk non-babi seperti sapi atau ayam hingga hasil laut. Titiles ini mengawali semuanya dengan sebuah toko kecil di Denpasar. Kini, Titiles telah membuka gerainya di Kuta, dekat dengan Joger di Jalan Raya Kuta, dimana gerainya ini jauh lebih modern, hampir serupa toko dengan penataan yang menarik. Sementara itu, Titiles di Denpasar pun terus berbenah dengan tetap mempertahankan rumah asal dan jalan kecil yang harus dilalui saat konsumen akan membeli produk Titiles. Sedikit berbeda dengan di Kuta, Titiles Denpasar menggunakan rumah sehingga kesan tua akan tertangkap begitu anda memasuki rumah tersebut. Titiles Denpasar pun tutup lebih awal menjelang sore hari, berbeda dengan Titiles Kuta yang buka hingga cukup malam. Yang favorit di lokasi ini tentu berupa Dendeng, Sosis dan Abon dengan kisaran harga 30000-80000 untuk produk standard (harga 2007).
Bagi anda yang ingin berwisata atau ikut rekan anda yang non-muslim, anda bisa menyarankan agar rombongan berkunjung ke Titiles Denpasar. Selain karena suasana toko yang masih cukup asli,Titiles Denpasar mempunyai atraksi menarik yang dapat dinikmati atau bahkan difoto. Jangan kaget ketika anda berkunjung ke dalam rumah ini. Ada kemungkinan suara auman hewan akan menyambut anda. Disini, terdapat beberapa kandang raksasa yang berisi hewan-hewan buas karnivora seperti singa, harimau dan macan tutul. Pada saat saya berkunjung, hewan-hewan tersebut sedang tampak bermalas-malasan dan hanya mengaum sesekali, walaupun hal ini sudah cukup membuat jantung meloncat di tempatnya. Anda bisa berfoto bersama hewan-hewan tersebut guna mengabadikan kunjungan anda di Titiles Denpasar. Selain itu, disini juga terdapat akuarium ankea rupa dengan ikan aneka rupa warna, kandang burung-burung yang cantik maupun yang bawwel, serta tentu yang terakhir ini akan menjadi primadona, yakni anak singa yang dilepas. Ya, anda bisa bermain dengan anak singa ini apabila anda tidak terlalu takut untuk bermain-main dengannya. Anak singa ini benar-benar dilepas. Walaupun masih berwujud seperti kucing dewasa dan aumannya masih terdengar seperti eongan, namun sekalinya ia mengaum dengan sekuat tenaga, cukup membuat mundur pada tamu yang bermain-main dengan singa kecil ini. Hati-hati, anda sebaiknya tidak memegang daging mentah terlalu lama agar jari anda tidak dikira sosis oleh singa kecil yang lucu ini :)

Thursday, October 30, 2008

Taste The Real Japan In Aoki Restaurant

Ah....baru kali ini rasanya saya mencicipi makanan jepang yang sangat autentik! Rasanya sangat berbeda dengan restoran jepang kebanyakan. Sungguh,suatu kebahagiaan sejati bisa makan di restoran ini. Kalau di komik,mungkin saya akan tertawa terbahak-bahak sambil berdiri di atas gunung dengan kilauan sinar yang berpendar di belakang saya. Tak lupa, saya akan berpose layaknya superhero :)
Rasanya yang sangat unik dan berbeda,layak menobatkan Restoran Aoki, Japanese Cuisine di Hotel Gran Mahakam sebagai salah satu restoran Jepang terbaik di Jakarta. Yah, sekali lagi, uang tidak akan berbohong. Untuk menu a la carte maupun buffetnya, harganya memang dipatok lebih tinggi daripada restoran Jepang yang berada di bawahnya.Sekelas bintang lima, memang mengharuskan anda untuk mempersiapkan lokasi ini untuk acara yang sungguh spesial.
Terletak di lantai basement Hotel Gran Mahakam,masuklah dari pintu lobby timur laut dan langsung turun ke tangga bawah. Voila, restoran Aoki langsung akan anda jumpai. Selayaknya restoran jepang yang umum berada di Jakarta, ucapan selamat datang yang sekilas akan terdengar seperti "Rase Mase" akan anda dengar diserukan oleh hampir seluruh staf begitu anda masuk ke dalam ruangan. Di dalam restoran, anda bisa memilih ruangan sedikit privat yang biasanya digunakan untuk acara khusus atau bangku dan meja dengan kapasitas empat orang per meja. Untuk ruangan yang sedikit privat, berada di bagian dalam dan berkapasitas lebih banyak dari 4orang. Untuk penggunaan ruangan ini,anda bisa hubungi restoran Aoki.
Makanan di dalam Aoki secara umum terbagi dua, a la carte dan buffet. Tidak ada salahnya mencoba dua-duanya. Keduanya sangat layak dan patut dicoba. Makanan a la carte yang sudah pernah saya coba adalah nasi katsunya yang sungguh enak! Pertama,x hidangan akan dibuka dengan mix salad atau agedashi tofu yang sungguh menggoyang lidah. Citarasa yang ditimbulkan adalah sedikit asin dan asam plus gurih khas Jepang. Berikutnya, Nasi katsunya muncul. Dipadukan dengan beras yang wangi plus wijen hitam, katsu yang bersaus steak kental manisdan salad kol begitu (lagi-lagi) menggoyang lidah saya. Rasanya, seperti sudah tidak makan bertahun-tahun. Sungguh nikmat rasanya. Jangan lupa, sembari makan, hirup dan teguk miso shiru yang terhidang bersama dengan katsu. Miso shirunya cukup unik. Instead of tahu, aoki menambahkan potongan cakwe dan nori ke dalam shiru. Terakhir, untuk pencuci mulut, nikmati buah-buahan pilihan yang segar dan segelas mini wedang jahe yang menghangatkan.
Apabila anda memilih buffet, bersiaplah untuk terpukau oleh jejeran menu yang pastunya akan membuat air liur anda terbit. Yang saya rekomendasikan adalah aneka maki, udang-udangannya (lupa namanya), jamur di dalam alumunium foil, unagi yakimeshi, dan tempuranya. Salad yang disajikan ada dua jenis, salad gurih dan asam yang keduanya patut anda coba. Tempuranya sendiri terdiri atas umbi-umbian dan udang. Selain itu ada perahu-perahuan yang berisi nigiri dan sashimi. Walaupun kenyataanya nigiri dan sashimi lebih mahal untuk harga satuannya dibanding maki, namun saya jauh lebih menyukai maki karena citarasa yang dihasilkannya jauh lebih beragam. Sedangkan nigiri dan sashimi, walaupun unik dan menarik, namun rasa yang ditampilkannya cenderung lebih tawar dan hambar.
Ada beberapa menu lainnya juga yang layak dicoba seperti udon dan mini shabu shabu serta robatayaki. Sayangnya, robatayaki tidak termasuk dalam paket buffet sehinnga saya tidak mencobanya. Setelah usai menikmati berbagai makanan yang sangat memanjakan mata dan lidah (Ya, tentu saja, selain rasanya yang luar biasa, penyajiannya pun luar biasa pula. Rasanya makanan ini akan sayang dan terlalu sayang untuk dinikmati) jangan keburu untuk pulang. Sisihkan ruangan di perut anda untuk menikmati desert dan minuman enak. Semua pencuci mulut disini sangat layak untuk dicoba, sebut saja talam ubi, kue lapis, konyaku jelly rasa jambu, buah buahan segar, es kopyor dan es lotus, serta chocolate melted das es krim vanilla yang akan meleleh begitu sendok anda merobek kulit cake tersebut. Ah....Lord must have mercy on us! Jangan lupa, terakhir teguk green tea dalam poci tembikar yang menawan. Selanjutnya, anda hanya akan merasa sedikit bersalah sebab perut anda yang agak sedikit maju setelah menyantap semua makanan enak tadi :)

Wednesday, October 29, 2008

Pura Tanah Lot, Foto Kartu Pos Yang Sangat Autentik Bali

Tanah Lot sebenarnya merupakan suatu daerah di Bali di kawasan Bali Barat Daya. Namun, apabila orang menyebut Tanah Lot, pastilah merujuk pada sebuah pura yang terletak lepas pantai, di atas bongkahan batu, bernama Pura Tanah Lot. Terletak di tepi pantai Tabanan, Tanah Lot adalah sebuah pemandangan yang sangat lazim ditemukan di kartu pos-kartu pos yang dicetak hampir di seluruh belahan dunia dan bertuliskan "Indonesia" atau "Bali". Ya, Pura Tanah Lot, atau lebih mudah disebut Tanah Lot memang komoditi utama Bali. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan yang sangat berkembang, sejajar dengan Uluwatu, maupun Kuta dan Penelokan. Walaupun jaringan jalan menuju Tanah Lot cukup berbeda dengan lokasi tempat wisata lainnya di Bali (Kecuali Alas Kedaton), turis tetap berkunjung kesana karena Bali tidaklah lengkap tanpa Tanah Lot. Ya, untuk menuju lokasi ini, turis umumnya melewati daerah Kuta menuju utara, melewati persawahan dan perumahan di jalanan yang cukup sempit sebenarnya (hanya bisa dilewati dua buah mobil bolak balik).
Tanah Lot sendiri sebenarnya merupakan salah satu Pura Sendi Bali selain Uluwatu dan Besakih. Letaknya di laut, di atas bongkahan batu yang pada saat air pasang akan terpisah dari daratan, menciptakan keterisolasiannya sendiri. Wajah utama kawasan ini cukup terkomersialkan. Plang nama produk makanan yang sudah pudar termakan waktu masih bertengger dengan megah mempersembahkan lokasi wisata ini. Parkir di kawasan ini cukup mudah dan luas. Dengan harga Rp. 1.500, kendaraan sudah bisa masuk ke dalam area parkir. Sementara itu, jalan masuk kawasan ini cukup diramaikan dengan kehadiran pedagang mulai dari makanan, pakaian hingga aksesori dan kerajinan. Jangan salah, baju-baju bermerek seperti Polo dan merek pantai pada umumnya pun dapat ditemukan disini walaupun memang pedagang masih didominasi oleh pedagang kaki lima yang bercorak tradisional. Produk dagangan mereka yang paling umum tentu saja, satu penyu, kerajinan tembikar mini, tato, pakaian produk Bali mulai dari baju tidur hingga sarung dan ikat kepala, sandal pantai, aksesori wanita seperti jepit rambut, hiasan kerang-kerangan dan berbagai macam benda lainnya. Walaupun bercorak tradisional, jangan salah, bahasa asing mereka jauh lebih baik dibanding rata-rata anda yang membaca blog ini, termasuk saya. Saya sempat terkagum kagum dengan kemahiran seorang Ning berbahasa Chinese dalam hal tawar menawar, kemudian di lain waktu ada Ning yang mampu berbahasa Belanda. Apabila muka anda sedikit oriental, seperti saya, siap-siaplah anda akan menerima sambutan dalam bahasa Jepang ataupun Korea. Kalau tampang anda agak-agak putih bersih a la timur tengah, siap-siaplah menerima sambutan dalam bahasa Arab. Tanpa tahu isi si turis seperti apa, para pedagang tersebut bersemangat menyambut para turis dengan bahasa lokal masing-masing.
Jalan menuju pantai Tanah Lot menurun ke bawah sekitar beberapa puluh meter. Selepas gerbang Pura pertama, bersiaplah menyambut salah satu pura yang paling terkenal di Bali, berdiri kokoh dan gagah dalam terpaan ombak Samudera Hindia yang ganas. Sehubungan dengan lokasinya yang populer, anda harus berbagi ruang dengan turis turis lain yang mengunjungi pura ini. Pura Tanah Lot dapat dikatakan cukup ramai dan hampir selalu ramai. Keasyikan anda berfoto ditanggung harus terpecah saat turis lain juga asyik berfoto dengan kamera milik mereka sendiri.
Mau yang agak sepi? Tanah Lot menawarkan beberapa spot agak tersembunyi untuk melakukan foto-foto tanpa terganggu turis lain. Ada jalan agak ke atas yang berisi kumpulan restoran dan pemandangan lepas ke arah pantai Tanah Lot untuk digunakan berfoto-foto. Sayangnya, lokasi ini tidak gratis. Anda akan sedikit digoda oleh pramusaji restoran tersebut yang terus menerus menawarkan anda air kelapa muda untuk dinikmati sambil menyaksikan panorama sunset di Tanah Lot.
Atraksi lainnya di Tanah Lot ialah Ular Putih penunggu Tanah Lot yang berada di sisi timur tebing pura, bagian daratan. Disini, ada sebuah lubang yang dijaga oleh kakek-kakek Bali yang bercerita bahwa ular tersebut adalah ular penjaga Tanah Lot. Para pengunjung diperkenankan untuk menyentuh ular tersebut dengan ciri khas tempat yang terkomersialisasi. Ya, anda harus membayar uang seadanya untuk dapat menyentuh ular tersebut. Untuk anda yang menginginkan pengalaman unik, tidak ada salahnya mencoba menyentuh ular tersebut.
DI atas batu pura Tanah Lot dikatakan terdapat sumber mata air tawar yang dapat diminum bagi mereka yang bisa masuk dan berkunjung ke dalamnya. Sayangnya, selama empat kali kunjungan saya ke lokasi, saya belum pernah masuk sampai ke dalam pura. Tiga kali karena arus ombak yang mengamuk di sekeliling pura dan satu kali karena waktu yang sudah terlampau larut untuk berkunjung masuk. Mungkin bagi anda yang sudah masuk bisa bercerita tentang isi dari pura tersebut?
Seperti layaknya pura, areal dalam pura memang terlarang untuk perbuatan tidak senonoh, kata-kata kasar dan kotor, dan tentu saja wanita yang sedang menstruasi. Bahkan ada sejenis pandangan bahwa apabila ketentuan tersebut terlanggar, alam tidak akan segan-segan menunjukkan keperkasaannya, termasuk dengan laut yang tiba-tiba tenang lalu menjadi ganas. Sayangnya, karena tanah Lot sudah menjadi over terkomersialisasi, maka sulit menentukan batasan sejauh mana wanita datang bulan boleh masuk ke dalam kompleks pura mengingat sampai di depan pura pun, turis dapat berpijak. Lebih sulit lagi menilai kompleks pura karena selepas gerbang, anda masih akan menjumpai restoran maupun pedagang kaki lima menjajakan barang-barang mereka.
Jam enam ke atas adalah saatnya anda untuk bergegas kembali ke tempat peristirahatan anda. Para turis yang sudah puas menyaksikan sunset biasanya akan kembali selepas sunsetnya ditelan oleh ufuk barat. Segera, sesaat setelah itu, pedagang-pedagang menutup kiosnya dan tempat parkir beranjak sepi. Yah, sehubungan dengan lokasi wisata alam, maka Pura Tanah Lot memang ditutup selepas gelap. Saatnya kembali ke lokasi peristirahatan.

Tuesday, October 28, 2008

Belanja Di Pasar Sukawati Lama Di Guwang

Pasar Sukowati yang saat ini eksis sebenarnya berjumlah dua buah. Pasar Sukowati lama dan baru. Pasar Sukowati yang lama terletak di Guwang dan pasar yang baru terletak beberapa ratus meter dari yang lama ini ke arah utara, menuju Ubud. Namun, dalam persepsi masyarakat umum, apabila term Pasar Sukowati disebut, maka rujukannya ialah Pasar Sukowati yang berada di Guwang. Pasar Sukowati Guwang ini katanya jauh lebih tradisional dan lebih ethnik dibanding yang baru selain tentunya lebih murah dan harga yang dimilikinya bersaing. Saya sendiri, hampir tidak pernah berkunjung ke Pasar Sukowati baru sebab baik para tour guide maupun travel agent selalu singgah di lokasi ini. Selama tiga kali kunjungan saya ke Bali, Pasar Sukowati Guwang ini selalu tidak pernah luput dari kunjungan. Secara umum pun dapat dikatakan bahwa bentuk fisik dari kedua pasar ini berbeda. Pasar Sukowati baru sangat berciri pasar, terutama dengan plang nama besar dan bangunan utama yang menyebar di sisi kanan dan kiri serta berlantai dua. Sementara itu, Pasar Sukowati Guwang cenderung menyerupai deretan kios di dalam suatu kompleks (karena di depannya terdapat sebuah gapura pura).
Pasar Sukowati Guwang sebenarnya memiliki luas area yang cukup besar. Namun, terkadang begitu sampai di area depan saja, anda sudah dijejali dengan tawaran yang sangat-sangat menggoda dari para ning-ning SPG yang menawarkan produk mereka dengan harga sangat miring. Ya, kata kunci di pasar ini adalah "miring" dan "sangat miring"! Karena anda sudah dijejali oleh berbagai jenis produk, biasanya anda tidak akan berlanjut sampai ke areal belakang berhubung sebagian besar produk yang ditawarkan adalah produk yang sama. Sebagian besar produk yang ditawarkan adalah produk sandang seperti kaos, baju tidur, baju Barong yang sangat khas Bali, ikat kepala, sarung Bali, seprai, bed cover, selendang Bali, dan celana pantai hingga ke produk yang non-sandang namun tetap berciri Bali seperti lukisan pemandangan, topeng, minyak wangi, aromaterapi, ukiran-ukiran, pahatan, karya seni, karajinan tembikar dan tanah liat serta mainan anak-anak tradisional. Ya, Pasar Sukowati Guwang ini sangat memanjakan mata anda terlebih bagi anda yang gemar belanja akan produk murah dan menarik, dan tentunya tradisional dan etnik. Bagi anda yang membeli dalam jumlah besar, silahkan, jangan takut dan segan untuk menawar. Terlebih bagi anda yang berbudget pas-pasan, sesama budget traveller saya akan berbagi tips, bahwa produk tersebut bisa ditawar hingga mencapai 50% dari harga jualnya. Kuncinya adalah menekan terus dan tawar paling tidak sepertiga dari harga asli suatu produk. Memang cara ini tidak selalu tepat untuk semua varian produk, namun secara umum bisa. Misalnya Perangkat aromaterapi yang berharga RP. 45.000 bisa saya bawa pulang dengan harga Rp. 15.000 saja. Kuncinya dalkah sabar, sungguh-sungguh dan beberapa trik seperti pergi ketika harga yang diajukan tidak sesuai keinginan. Tetapi, tetap saja, jangan terlalu ekstrim menawar gila-gilaan, bisa bisa anda malah tidak diladeni oleh para ning tersebut. Untuk kaos dengan bahan biasa bercorak Bali, umumnya masih bisa didapat dengan harga Rp. 10.000 saja (dibuka dengan harga Rp. 12.000 - Rp. 20.000).
Telusuri bagian belakang pasar, maka anda mungkin akan mendapat barang-barang yang tidak anda duga duga dan unik serta bisa menjadi oleh-oleh yang menarik untuk rekan maupun sanak keluarga anda di rumah. Di depan areal kompleks sendiri adalah kompleks pangan dengan komoditi utama seperti buah-buahan (jeruk, salak, duku), kacang dan penganan khas Bali seperti brem dan makanan kecil lainnya. Kunci dari berbelanja di sini adalah sungguh-sungguh dalam menawar. Apabila memang tidak berniat membeli, sebaiknya hindari tawar menawar karena itu sama saja anda tidak menghormati para Ning dan Bli tersebut. Selesai membeli, harapannya ialah kedua belah pihak terpuaskan dengan traksaksi yang baru saja digagas. Segera, setelah para Ning dan Bli tersebut menerima uang anda, tak lupa mereka menepuk-nepukan uang mereka ke produk dagangan mereka dengan maksud agar laris dan laku. Suatu ritual yang unik! Mereka pun tidak segan-segan membagikan kartu nama mereka apabila anda ingin menjadi pendistributir produk mereka di Jakarta. Mereka akan terlihat sangat senang sekali apabila bertemu turis yang gemar belanja apalagi sampai merekomendasikan lokasinya kepada teman-temannya, syukur-syukur bisa menjadi distributor. Sedikit bocoran, harga produk yang sama akan berharga paling rendah di loaski ini dibanding beberapa pasar tradisional lain yang ada di seluruh Bali (saya sudah melakukan sedikit uji terhadap beberapa pasar tradisional di Bali). jadi, jangan lewatkan kesempatan ini apabila anda berada di Guwang. Segera parkir kendaraan anda dan ajaklah rekan anda beramai-ramai berbelanja di Sukowati!

Monday, October 27, 2008

Merindukan Babi Guling Chandra, Denpasar

Denpasar, ibu kota Bali, mungkin hanya akan menjadi pusat kegiatan jasa, perdagangan, dan bisnis serta pusat kegiatan lainnya dengan sedikit unsur pariwisata. Memang, dibanding dengan Kintamani, Kuta, Uluwatu, atau Tanah Lot, pesona Denpasar terasa kurang greget dibanding tempat lainnya untuk urusan pariwisata. Tentu tidak fair membandingkan museum-museum maupun galeri seni yang ada di Denpasar dengan bentangan alam menakjubkan di daerah lainnya. Denpasar mempunyai pasar turis tersendiri. Denpasar merupakan sebuah kota yang cocok untuk turis yang ingin mengenal pusat kegiatan dan sejarah Bali serta seni Bali. Hal lainnya, Denpasar cocok untuk pencinta kuliner Bali karena disinilah pusat dari berbagai produk makanan yang terkenal dari Bali berasal.
Salah satu lokasi yang akan saya kunjungi adalah Babi Guling Chandra. Selayaknya Pulau yang berbasiskan umat Hindu terbesar di Indonesia, maka Babi menjadi sesuatu yang halal disini. Maaf buat teman-teman yang muslim, namun sebaiknya teman-teman bertanya terlebih dahulu sebelum makan di area ini untuk memastikan bahwa makanan yang teman-teman konsumsi tidak mengandung daging ataupun olahan produk babi sama sekali. Ya, saya akan menuju ke Babi Guling Chandra di Denpasar atau tepatnya berada di Jl. Teuku Umar 140, telepon (0361)221278.
Sebenarnya, Babi Guling merupakan menu yang cukup umum ditemui di Bali. Banyak lokasi yang menyajikan makanan ini, tidak melulu di Denpasar. Akan tetapi, Babi Guling Chandra tampaknya cukup tersohor untuk menu ini, maka bolehlah kita mencicipinya.
Menu yang tersedia disini antara lain Babi Guling (tentu saja!), Ulam Karangan Babi/Ayam, Sate Lilit/Tusuk (Babi & Ayam), Rayunan Peranda dan Dayu, Ayam atau Bebek Betutu, Nasi Nasa dan snack a la Bali yang bisa dimasukkan dalam kotak, maupun nasi kotakan. Tanpa pikir panjang, tentu saya dan teman-teman langsung memesan Babi Guling yang menjadi favorit restoran sederhana ini (tampaknya restoran ini adalah modifikasi sebuah rumah gaya Bali yang dibentuk menjadi restoran). Sambil menunggu di dalam cahaya temaram karena bentuk rumah yang rapat dan ventilasi yang sedikit, kami melihat-lihat dinding yang dipenuhi dengan foto-foto artis yang pernah makan di restoran ini. Walaupun bentuk dari luarnya tidak meyakinkan, tapi restoran ini cukup OK juga.
Setelah agak lama, akhirnya pesanan datang. Akhirnya, nafsu buas kami membuat Babi Guling di piring tersebut tidak dapat berkutik dan menyerah menghadapi serbuan manusia karnivora yang lapar. Dalam satu porsi makanan tersebut, terdapat sepiring nasi, semangkuk sup kaki babi, dan sepiring penuh hasil olahan daging babi, mulai dari daging utama, sate, paru hingga bagian-bagian yang saya sendiri tidak mengerti namun rasanya tidak usah dipertanyakan lagi. Sedapppp!!!! Apabila anda penggemar chinese food, mungkin tidak akan terlalu asing lagi dengan makanan ini. Perbedaannya, Babi Guling Chandra hampir didominasi oleh babi dan disajikan dalam bentuk kering. Basahannya hanya berasal dari kuah sup kaki babi saja. Rasa bumbu a la chinese yang kuat yang biasanya tercium dan terasa di nasi campur pun tidak terasa di menu ini. Di menu babi guling ini, yang lebih kental terasa adalah rasa autentik daging itu sendiri dan sedikit rempah-rempah tradisional. Tak terasa, waktu sudah berlalu dan piring sudah tandas dan licin. Sudah saatnya bagi kami untuk berpisah dengan babi-babi ini. Tidak lupa, sebelum membayar, saya menyempatkan diri untuk melihat-lihat produk kerupuk babi yang dijual di restoran ini. Bentuk dan harganya cukup bervariasi dan tentunya sanggup membuat kami tidak rindu babi selama ada kerupuk ini di perjalanan dan di rumah. Tertarik?

Saturday, October 25, 2008

Splash! Jebur! at Waterbom Kuta

Siapa sich yang nggak tahu lokasi ini? terletak di salah satu jalan yang menjadi jantung kawasan Bali, Waterbom Bali terletak di Jalan Kartika Plaza, Tuban, tepat di depan Discovery Mall Bali. Untuk mencapai lokasi, hanya diperlukan sedikit usaha saja apabila anda berada di bagian lain Bali karena menuju ke lokasi cukup mudah. Hampir semua supir taksi atau ojek tahu mengenai sepotong jalan raya ini. Apabila anda berada di seputaran Kuta, maka anda justru mendapat privileges lebih untuk menuju kesini. Nikmatilah berjalan kaki dari arah Pantai Kuta atau Kuta Square ke arah selatan untuk mencapai Jalan Kartika Plaza. Jalan Kartika Plaza akan ditandai dengan sepotong jalan yang kurang lebih mirip sedikit dengan Legian, dimana di kanan dan kiri jalan terdapat pedagang berjualan souvenir, membuat tato, dan kemudian dilanjtkan dengan jejeran hotel, rumah makan dan pertokoan. Melaju lebih ke selatan lagi, anda akan menjumpai permainan slingshot di sebelah kiri anda, yap, anda sudah di jalur yang benar. Tak lama tentu sesudahnya, Waterbom Bali akan terlihat dengan jelas dan besar di depan anda di sebelah kiri sementara di sebelah kanan anda adalah Discovery Mall yang boleh anda jadikan tempat menghabiskan malam di Bali.
Tiket masuk Waterbom Bali secara umum dibedakan bagi turis asing dan lokal. Beruntunglah anda yang bermuka Indonesia, dan bisa berbahasa Indonesia tentunya. Tiket masuk seharga Rp. 130.000 dan untuk turis asing seharga $18.5 (waktu itu April 2007). Weeww...harga yang cukup mahal tentunya untuk masuk ke sebuah 'kolam renang' apabila dibandingkan dengan kolam renang yang biasa kita kunjungi? Yap, at first, saya juga merasa demikian, tapi setelah anda masuk, anda boleh berlega hati karena semua fasilitas dan kenyamanan yang anda nikmati disini, akan berharga lebih dari semua uang yang anda bayarkan! Tunggu....jangan buru-buru menceburkan diri anda terlebih dahulu! Anda harus menitipkan semua peralatan anda di locker (pakai koin) termasuk makanan yang juga harus dititipkan (tidak boleh membawa makanan maupun minuman dari luar area Waterbom). Alhasil, saya hanya membawa handuk, dan tentu saja kamera (dalam kondisi apapun, benda ini tidak boleh tertinggal!) hahahaha.....
Ya, akhirnya kami menghabiskan waktu kami kurang lebih sekitar 3 jam di dalam area guna mencoba berbagai permainan dengan nama nama yang asik dan seru juga. Hampir semua jenis luncuran kami naiki (berpusat di menara luncur), kolam arus dengan ban, dan kolam renang air mancur. Namun dari semuanya, tentu yang paling ultimate dan membuat antrian panjang (bayangkan!) adalah Boomerang! Ya, luncuran ini dibuat dengan tingkat ketegangan adrenalin yang bisa disamakan dengan roller coaster mini. Jadi, anda dapat memilih ban besar atau ban kecil guna dibawa ke atas kemudian menunggu giliran guna diterjunkan ke bawah. Pertama-tama, anda akan merasakan sejenis luncuran pada umumnya, namun tak lama kemudian luncuran tersebut menukik dengan sangat tajam dan anda akan terbanting ke bawah dan secara tiba-tiba lagi terbanting ke atas. Namun, anda tidak akan terbanting ke atas terus, gaya perlambatan gravitasi akan menarik anda kembali ke kolam paling bawah sebagai tempat perhentian terakhir anda. Jujur saja, lamanya antri tidak sebanding dengan keccepatan jatuhnya, namun tampaknya Boomerang inilah yang menjadi primadona di Waterbom ini karena tidak semua waterpark di Indonesia memiliki fasilitas luncuran yang menegangkan ini. Anda harus coba!
Uniknya Waterbom lainnya adalah sistem cashless yang diterapkan berkat gelang deposit uang yang akan anda bawa selama anda berkeliling taman. berkat gelang ini, anda bisa membeli berbagai makanan dan minuman maupun naik wahana seperti trampolin dengan gelang ini. Tentu saja, sisa uang yang tidak terpakai akan dikembalikan cash kembali ke anda di exit area nantinya. Satu lagi, desain kamar mandinya pun menarik. Setelah anda masuk kamar mandi, anda akan berjumpa dengan batu batuan penghias taman yang memisahkan anda dengan sungai kecil di sisi lain kamar mandi. Pemandangan menarik yang bisa dinikmati selama anda mandi. Boleh juga buat para penggemar mandi :)

Friday, October 24, 2008

Pasar Candi Kuning, Feel the Freshness

sekitar 48 KM dari arah Denpasar ke utara, dalam perjalanan menuju Danau Bratan, meninggalkan daerah panas di selatan Bali, mata anda akan dimanjakan dengan pemandangan cantik di sepanjang Jalan Raya dari Denpasar menuju Bedugul. Anda akan melewati Mengwi (Pura Taman Ayun) dan Baturiti sepanjang perjalanan ini. perlu diketahui bahwa jalan raya ini bukanlah daerah yang hectic dan ramai di Bali. Anda akan merasakan Bali yang lebih asli disini. Bahkan di salah satu sisi kanan jalan raya terdapat pabrik Coca Cola Bali.
Segera, setelah mencapai daerah berbukit bukit dan dataran tinggi Bedugul, anda akan terpesona oleh Danau Bratan yang cantik dan biasanya berkabut pada bulan bulan tertentu yang tentunya memberikan sebuah pemandangan magis yang biasanya hanya akan anda temui di kartu pos bertuliskan Bali. Perjalanan anda berikutnya adalah mengelilingi sisi barat daya Danau sebelum sampai di Pasar Candikuning yang kecil, namun asri dan apik. Biasanya, pasar ini menjadi lokasi perhentian sebelum mencapai Pura Ulun Danu di Danau Bratan yang tentunya menjadi tujuan wisata pula. Disini, manjakan semua indera anda dengan melihat-lihat produk jualan ning dan bli yang berjualan disini mulai dari buah-buahan segar daerah Bedugul, tanaman tanaman segar dan hidup, produk-produk makanan siap beli dengan harga ramah dan bersahabat, wartel dan money changer (bayangkan!). Buah buahan yang anda akan temukan disini antara lain berupa Jeruk kecil, salak, pisang dan berbagai buah-buahan yang umum seperti alpukat dan lainnya. Untuk tanaman, kebanyakan tanaman yang dijual disini adalah tanaman jenis herb dalam pot plastik seperti rosemary, mint dan sejenisnya. Indera penciuman anda turut dimanjakan pula bukan? Satu lagi menariknya berhenti di lokasi ini adalah udaranya yang sangat sejuk sehingga membuat kulit anda betah berlama-lama terjemur di tempat ini tanpa terkena sengatan matahari yang terlalu terik. Pada bulan April 2007 lalu, matahari tidak tampak bersinar terik dan suhu udara turun drastis. Kami yang mengenakan celana pendek dan kaus tipis menggosok-gosokkan lengan kami agar mendapatkan udara hangat siang itu.
Dari lokasi Pasar Candikuning, anda akan mudah untuk mencapai beberapa lokasi wisata yang terletak di sekitar area, mulai dari Bali Botanical Garden Bedugul yang terletak di barat daya lokasi, Pura Ulun Danu Beratan yang terletak di utara lokasi, Goa Jepang di sisi tenggara Danau Bratan. So, tunggu apalagi? explore donk Bedugul untuk merasakan lebih autentiknya Bali! Taste The Real Bedugul!

Wednesday, October 22, 2008

Pulang Dari Carita Menuju Jakarta

Yah...sudah dapat ditebak seperti kisah sebelumnya. Pulang tidak akan sama dengan pergi. Kesalahan serupa berkutat di bus Labuan - Kalideres tidak akan terulang untuk kedua ataupun ketiga ataupun keempat kalinya. Akhirnya, karena desperate, terpaksa mencari relasi dan kenalan ataupun cara agar bisa sampai di Jakarta tanpa harus melalui Jalan Raya Labuan. Sayangnya, tampaknya sekali lagi, tanpa bermaksud mendiskreditkan wilayah Carita, peradaban tampaknya berhenti sampai di Anyer saja. Selepas Anyer ke arah selatan, jangan harap bisa menemukan kendaraan yang dapat dikatakan layak untuk para budget traveller. Satu satunya angkutan umum yang dapat digunakan untuk menghubungkan antara Carita dengan Anyer adalah angkutan berwarna broken black yang tampilan fisik angkotnya pun broken juga dengan dempulan dan penyok sana sini. Sungguh tidak terbayang untuk melalui ruas sejauh 40 KMan dengan angkot plus barang bawaan yang dibawa serta keleahan tubuh seusai bermain-main di pantai. Jelas, untuk anda backpacker, mungkin ini adalah perjalanan yang menarik. Akan tetapi, para budget traveller menginginkan sesuatu yang lebih terjamin. Apakah itu?
Sekali lagi, peradaban tampaknya berhenti sampai di Anyer saja. Angkot hitam tadi yang berjalan dari Labuan ke Anyer, tidak sampai Kota Cilegon. Apabila anda menaiki angkot tadi, anda harus berganti satu kali angkot lagi yang menuju Cilegon. Dari Cilegon, anda baru dapat menaiki bus yang menuju Jakarta dan serunya, bus bus ini ber AC serta melewati tol. Namun, muncul kekhawatiran, apakah saya masih sanggup memalui jalanan Carita - Anyer dengan angkot hitam tersebut? Ruas jalan sejauh 40KMan tersebut harus dilalui kurang lebih selama sejam karena ruas jalan yang sempit, berkelok-kelok dan hanya dapat dilalui satu kendaraan per arah. Ketika tiba di Anyer, dapat dipastikan bahwa hari sudah menjelang malam apabila anda check out dari Carita sore hari.
Alternatif lain? alternatif lain adalah kereta api! hal ini tampaknya menjanjikan. Namun, permasalahan timbul ketika saya baru mengetahui bahwa stasiun terakhir di ujung utara Banten terletak di Krenceng, wilayah Anyer, bukan Carita. Artinya, saya tetap harus melewati Jalan Raya Carita - Anyer untuk menuju ke lokasi. Penderitaan yang sama akan saya alami apabila saya lakoni jalur ini. Tambahan lagi, tidak ada kereta eksekutif ataupun bisnis yang melewati jalur ini. Jalur Jakarta - Anyer hanya dilewati kereta kelas ekonomi yang sudah sangat terkenal akan rupa-rupanya baik rupa-rupa buah-buahan, hewan seperti kambing, pengasong, pedagang, pengamen dan sebagainya sehingga suasana di dalam kereta akan sangat hirukl pikuk dan tak ubahnya pasar di atas kereta. Beruntunglah, pada waktu tulisan ini diturunkan, Kereta Ekonomi baru sudah diresmikan Ibu Ratu Atut Chosiyah untuk melayani rute Jakarta - Anyer dengan tingkat kenyamanan yang berbeda dibanding pendahulunya. Kereta baru ini dikalim akan bebas dari segala hiruk pikuk, termasuk kambing dengan harga hanya Rp. 5.000 saja. Benarkah demikian? Saya sebaiknya menunggu meteran nyali saya terisi kembali saja.
Solusi terakhir adalah kendaraan carteran. Akhirnya, saking putus asanya tidak mau menaiki bus Labuan - Kalideres yang sama, saya mendapat kenalan warga Anyer yang bersedia menyewakan mobilnya berikut dirinya untuk menjadi supir yang akan mengantarkan saya kembali ke peradaban. Dengan harga Rp. 400.000 untuk pengantaran ini(2-3 jam), silahkan anda berpikir, apakah harga ini worth dibanding dengan berjejal dan merasa sebal di dalam bus Labuan - Kalideres(3-4 jam)?

Tuesday, October 21, 2008

Aurelia aurita, fauna unik Teluk Carita

Seperti biasa, kegiatan umum yang dilakukan di pantai adalah berjalan-jalan di tepi pantai atau berenang di pantai. Pagi itu, sesuatu yang berbeda tampak terlihat di bibir pantai bagian kanan atau sedikit lebih utara dari Lippo Carita. Tampak sejumlah benda berwarna bening dengan bentuk bulat terdampar di pasir dalam berbagai ukuran dan berdenyut-denyut. Apabila diamati, dalam beningnya benda bulat tersebut terdapat formasi sejenis tanda plus yang sisinya rounded. Ya, ubur-ubur menginvasi pantai Carita di pagi hari.
Ubur-ubur yang ditemukan pagi itu adalah ubur-ubur umum yang banyak di perairan di seluruh dunia, termasuk Indonesia untuk laut yang beriklim hangat dan tropis. Aurelia aurita dan variannya Aurelia sp. tampak di bibir pantai Teluk Carita, terdampar di pinggir pasir sambil berdenyut-denyut tanpa harapan untuk dapat kembali lagi ke laut karena air sedang surut sehingga mereka tinggal menunggu waktu kering saja dan mati di pinggir pasir. Walaupun dikenal tidak mematikan, namun Aurelia aurita memiliki sedikit bisa yang cukup membuat gatal ataupun perih di kulit saat terkena sengatnya. Beruntungnya, bagian yang tampak bening dan rata tersebut adalah bagian atas dari ubur-ubur dan tidak memiliki nematocyst sehingga manusia cenderung tidak terkena sengatnya apabila kebetulan menginjaknya karena fisik ubur-ubur ini kurang kasat mata sehubungan dengan warna beningnya. Bagian bawah dari ubur-ubur yang berbentuk tentakel dan mengandung nematocyst-lah yang berbahaya ketika bersentuhan dengan kulit manusia. Pada beberapa jenis ubur-ubur, seperti Kapal Perang Portugis, sengat dan racun yang dihasilkan mampu membunuh manusia!
Apabila Aurelia aurita dibalik, barulah anda melihat bagian sengatnya yang pada pagi itu sudah ternodai oleh pasir. Kehidupan masih ada di ubur-ubur tersebut karena ia masih berdenyut. Sangatlah tidak mungkin untuk mengembalikan ubur-ubur tersebut ke laut karena jumlahnya sangat banyak dan terdiri atas berbagai ukuran, mulai dari yang diamternya sekitar 1-2 senti saja hingga yang berukuran 10-15 senti yang cukup besar dan cenderung menakutkan. Di sisi lain, apabila anda pernah makan di restoran chinese, maka ubur-ubur adalah salah satu menu yang cukup menjadi andalan untuk disajikan, biasanya dengan, bebek peking, wijen dan minyaknya dan cabai merah.

Monday, October 20, 2008

Sepinya Carita Di Bulan Ramadhan

Berhubung wilayah ini masuk wilayah Pandeglang dan tampaknya sedikit jauh dari peradaban, maka sangat wajar lokasi yang dimaksud sungguh sepi dan tidak tampak adanya tanda tanda kegiatan atau aktifitas lain pada siang hari. Hal ini pun mencakup kegiatan pendukung pariwisata, mulai dari toko makanan hingga rumah makan. Ya, selama bulan puasa, anda akan menjumpai wilayah Carita akan sepi dari kegiatan atau aktifitas pariwisata, bahkan aktifitas penduduk. Kecuali menjelang Magrib, maka akan sukar sekali menemukan toko atau rumah makan yang buka di wilayah ini. Untuk menuju pusat keramaian, anda harus menuju Labuan, pusat keramaian di wilayah pesisir barat laut Pandeglang.
So, untuk mengantisipasi hal ini, selama berwisata di Carita, terutama bila anda berada pada bulan Ramadhan, selalu bawalah bekal. Segala macam produk makanan akan sangat baik untuk dibawa, mulai dari roti, mi instan, gorengan cepat saji seperti nugget atau sosis, dan bumbu bumbu instan yang mudah dimasak sehingga anda bisa dengan mudah memasak nasi goreng ataupun sejenisnya. Wisata di Teluk Carita umumnya didominasi oleh kalangan menengah hingga menengah ke atas sehingga buat anda dan saya yang berbudget pas-pasan, tentunya masalah budget adalah hal besar yang patut diperhitungkan. Tidak bisa begitu saja memesan makanan pada ibu ibu warga setempat untuk memasakkan makanan karena mindset yang ada adalah semua turis berduit sehingga harga masakannya cenderung agak tinggi. Apabila anda tidak menyetujui harga yang ditawarkan, sebaiknya tolak saja dengan halus penawaran tersebut dan mencari alternatif lain seperti makanan yang dibawa sendiri atau memanfaatkan beberapa kios makanan yang masih buka.
Berbeda kondisinya dengan anyer yang terletak di Serang, sekitar 40 Km jalan darat dari Carita. Anyer sungguh hidup dengan fasilitas pendukung pariwisata yang lebih baik mulai dari jejeran rumah makan dan minimarket. Tanpa bermaksud mendiskreditkan Carita, namun ada baiknya fasilitas pendukung pariwisata terus dikembangkan hingga target wisatawan bisa diperlebar, bukan hanya kalangan menengah dan atas saja tapi juga dari budget traveller dan backpacker.

Saturday, October 18, 2008

Berlabuh di Teluk Carita, Pandeglang

Berlokasi sekitar 42 kilometer dari Anyer, so, jalan menuju tempat ini sangat jauh dan seharusnya anda akan menempuh sekitar satu jam perjalanan lagi dengan mobil, melewati Karang Bolong. Bentuk pantainya yang membentuk cekungan memang khas. Jejeran hotel hotel, resort, dan tentunya pantai publik lengkap dengan tempat berjualan makanan memenuhi area pinggir pantai. Kontur pantainya sebagian berbatu karang walaupun sebagian besar adalah pantai tanpa karang sehingga cukup aman bermain-main air di wilayah ini. Ombaknya pun tidak bisa dikatakan tenang walaupun tidak bisa dikatakan besar juga. Namun, sebaiknya memang tetap menghindari air pasang dan malam hari karena anda tidak pernah tahu dan kapan memprediksi arus laut dalam yang berbahaya. Kondisi pantainya pun sering dikatakan jauh lebih asri, asli dan alami dibanding anyer yang cenderung agak 'kota'. Dibanding daerah Anyer yang masih berada di Serang, tentu, Carita yang berada di Pandeglang ini lebih 'ndeso' sehingga menawarkan situasi yang lebih nyaman untuk anda yang merencanakan hideaway dari kesibukan anda. Jalan Raya satu-satunya yang menghubungkan wilayah ini adalah Jalan Raya Anyer - Labuan.
kegiatan yang paling banyak dilakukan di Teluk carita adalah berenang, bersnorkeling, surfing, banana boat, memancing dan tentunya membuat istana pasir, hehe...ini favorit saya. Mencari makan bukan perkara sulit sebab ada beberapa ibu-ibu di pantai yang bersedia memasakkan adan hidangan sesuai dengan yang anda inginkan. Anda hanya harus bergerilya menawar agar harganya menjadi pantas. Selain itu, terdapat bapak penjual nasi atau makanan lain seperti minuman atau kalapa muda yang berjejer di pinggir pantai. Nggak lupa juga nikmati sensasi mencari kerang di pasir-pasir, siapa tahu anda menemukan kerang dengan corak atau cangkang yang unik. Anda hanya butuh keteguhan hati dan kemantapan hati untuk terus mencari tanpa kenal lelah, hitung-hitung olahraga. Apabila tidak berhasil, anda bisa membeli cangkang tersebut di salah satu stand penjual kerang dan hasil olahannya yang sudah diindustrialisasi sehingga bisa berbentuk pigura atau tempat untuk meletakkan sesuatu. Kalau sudah malas, berteduh lah di bawah pepohonan rindang sambil membuat istana pasir. Menikmati deburan ombak sambil menyantap makanan juga tentunya menjadi salah satu alternatif menarik yang dilakukan disini. Seperti kebanyakan pantai terkenal di Jawa, pantai ini akan ramai pada saat weekend dan akan sepi pada saat weekdays. So, buat anda yang avoid keramaian, mungkin anda bisa memilih weekdays untuk berkunjung ke pantai ini. Jangan kuatir, beberapa turis asing masih tampak di wilayah ini, terutama eropa dan asia.

Saturday, October 11, 2008

Lippo Carita Resort di Teluk Carita

akhirnya, setelah berjejal jejal di dalam bus Kalideres - Labuan, ditawarin angkot oleh calo calo terminal Labuan(*jurus menangkal serbuan nyamuk*), naik angkot hitam ke Pasar Labuan(Rp. 3.000), dan lanjut angkot lagi ke Jalan Raya Anyer - Labuan(Rp. 6.000, mestinya sich cuma Rp. 3.000 tapi kata si Abang, jaraknya kejauhan!), saya tiba di Lippo Carita. Akhirnya! So relieved sekali melihat bentuk fisik hotel ini. Hm... tampaknya saya akan bermalas-malasan saja.
Ya, akhirnya saya tiba di Lippo Carita, perasaan capai, lesu, lelah dan tidak bersemangat yang tadi hinggap pudar sudah. Sebenarnya dengan melihat deburan ombak pun, hati kecil ini sudah ingin berdansa dansa. Hotel ini secara umum bentuknya memanjang dari utara ke selatan, hampir menempati sebagian besar Teluk Carita. Di bagian utara adalah bangunan apartemen, sedangkan di bagian selatan yang menuju arah Tanjung Lesung adalah bangunan hotel. Perbedaannya keduanya tidak diketahui secara jelas oleh saya, namun saya mendapat tempat di apartemen. Bangunan fisiknya pun cenderung sama dari ujung-ujung ke ujung, bangunan gaya mediteranian dengan cat warna-warna pastel berlantai 4 (total kurang lebih ada sekitar 50 resort x 4 lantai x 4 flat).
Jalanan siang itu benar-benar sepi. Entah apabila tidak ada angkutan umum, mungkin jalan tersebut akan lenggang sama sekali. angkutan umum pun hanya sesekali melintas di jalan tersebut. Persis di depan hotel sedikit ke arah utara, terdapat Hotel Wira Carita yang tampaknya abandoned, tidak digunakan. SIsanya di arah selatan terdapat beberapa rumah makan yang tutup, taman bermain yang tutup, warung jualan yang buka (satu-satunya yang buka!). Entah saya tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya apabila tidak ada warung tersebut.
Diantara apartemen dan hotel terdapat sebuah kolam renang yang seharusnya merupakan komplimentari untuk 5 orang apabila saya memiliki kartu pemilik. Namun sayang, pemilik hanya memberikan sebuah kunci saja sehingga niat saya untuk bermain di kolam yang cantik tersebut sirna sudah (masuknya Rp. 25.000! Ogah, mendingan maen di depan pantai, gratis!) Penjagaan yang cukup baik tampak di depan area Lippo, terbukti dengan pintu masuk yang hanya ada satu di detiap hotel atau apartemen saja sehingga akses keluar masuk bisa terkontrol dengan baik. Berfoto-foto dengan deretan apartemen pun menjadi sesuatu yang menarik. Suasana mediterania akan terbangun begitu anda berfoto disini.
Kamar yang tersedia di setiap lantai pun berbeda-beda jenisnya. Namun secara umum, hanya ada dua jenis yakni Studio dan 2 bedroom. Penampakan fisik keduanya tidak jauh berbeda. Fasilitas di setiap kamar juga mencakup dapur, ruang tamu, ruang makan dan kamar mandi tentu saja, serta balkon untuk menikmati suasana pantai dari atas flat. Saluran TV mampu menampilkan siaran parabola dengan TV berlangganan. Bahkan, sebagai komplimen, terdapat satu buah galon aqua. Tidak lupa, kulkas pun tersedia di sisi dapur, mencakup piring-piringan, mangkok, gelas, sendok dan garpu. Sementara untuk kamar sendiri, peralatan yang disediakan cukup komplit, mulai dari lemari pakaian, meja rias, cermin, dan kasur yang menurut saya, cukup nyaman (jadi pengen bawa pulang!hehe...). Yah....jangan lama-lama di flat sich harusnya. Begitu matahari semakin tenggelam ke peraduan, segera kenakan pakaian pantai anda, dan siap siap memacu kaki anda menuju pantai. Yuk jebar jebur di Teluk Carita. (Di sepanjang pantai ada beberapa penjual makanan, cuma harus hati-hati agar tidak ditipu dengan membayar biaya makanan yang sangat mahal-terutama ibu-ibu yang berniat memasakkan makanan untuk anda)

Friday, October 10, 2008

Bus Kalideres - Labuan

Sungguh, siksaan 4 jam tersebut bermula dari sini. Pernah terbayang situasi yang sangat tidak menyenangkan sehingga kita gak mau mengalaminya untuk kedua kalinya? Naik bus jurusan Kalideres-Labuan via Serang mungkin adalah salah satu persitiwa tersebut.
Siksaan tersebut bermula ketika saya mencari bus tujuan Labuan di bagian belakang terminal Kalideres. Tiba-tiba seorang yang tampaknya bertitel kenek alias kenek preman menanyakan jurusan saya. "mau ke Labuan kan Mas?". Saya yang masih buta Kalideres langsung mengiyakan saja pertanyaan tersebut. Segera, ia menarik saya menuju bus yang agak di tengah, bukan di deretan terdepan bus bus yang akan berangkat. Sempat terpikir oleh saya untuk meloloskan diri dengan bertanya "saya mau cari yang AC". Wah, langsung ditangkis oleh mereka dengan "wah, Labuan gak ada yang AC mas!". Ya sudah, daripada berpusing-pusing ria, langsung saja saya naik bus ini. Dan siksaan bermula....
Seperti dugaan anda semua, bus ini TIDAK LANGSUNG JALAN. Ia mengantri terlebih dahulu agar bus bus di depannya berjalan baru perlahan lahan bus KOSONG yang saya tumpangi maju ke depan. Kurang lebih membutuhkan waktu satu jam setengah baru bus saya sampai ke barisan paling depan dan sekitar 15 menit lagi untuk ia melaju (akhirnya!). Sayangnya, siksaan belum berakhir. Bus tersebut berhenti dahulu di tengah terminal, mencari penumpang lagi sekitar 10 menit, berhenti di depan terminal, saya dimintai uang jasa terminal sebesar Rp. 500, berhenti lagi di halte depan terminal untuk menarik penumpang, dan berhenti berhenti lagi di banyak tempat guna menarik penumpang.
Sungguh, sangat menyebalkan karena meskipun bus tersebut sudah setengah terisi, mereka tetap saja terus menerus berhenti di tempat tempat manapun untuk mengambil penumpang. Yang menyebalkan bukan hanya itu, selama berada di dalam terminal, mengantri, ataupun berjalan, para pedagang asongan, makanan siap saji, kurma, minuman, tisu, mainan, elektronik, kopiah, buku-buku, pengamen, pengamen kasar, peminta sumbangan, majalah dan koran hingga pedagang buah-buahan dan donat masuk memberikan penawaran mereka. Mereka keluar masuk tanpa henti selama bus melaju di jalan raya, membuat geram karena suasana menjadi tidak menyenangkan selama mereka berada di dalam bus. Kehadiran mereka yang sangat mengganggu tersebut juga berkaitan dengan aksi mereka yang memaksa sehingga kita harus menggunakan sedikit urat untuk menyingkirkan mereka dari pandangan.
Siksaan bertambah lagi sesampainya di Terminal Poris Plawad, terminal kedua setelah Kalideres. SIksaan baru berhenti setelah bus hampir akan mencapai jalan tol. Bahkan sebelum masuk tol pun, ada pengamen yang meluncurkan aksinya. Sungguh menyebalkan. Untungnya, perjalanan selama kurang lebih dua jam di jalan tol cukup mulus walaupun di beberapa bagian jalan berlubang-lubang sehingga bus yang saya naiki melonjak lonjak. Akhirnya, setelah suasana tenang didapatkan, tibalah siksaan jilid 2 ketika bus harus keluar di Pintu Tol Serang Timur. Perlahan, bus kota melambatkan kecepatannya dan bergerak menuju terminal Serang. Disinilah siksaan versi dua berlanjut. Hampir serupa dengan apa yang terjadi di Kalideres, namun berhubung saya sudah mendengar ocehan serupa selama beberapa lama waktu sebelumnya, maka tingkat toleransi saya sudah jauh berkurang dibanding sebelumnya. Jumlah yang masuk ke bus menggila dan bahkan ditambahi dengan para peminta sumbangan yang tidak habis-habisnya keluar masuk bus. Maaf, saya bukan anti sumbangan, tapi saya mau berlibur, saya tidak berniat merusak mood berlibur saya dengan ocehan ocehan tersebut. Sempat bus berhenti di terminal Serang cukup lama sampai akhirnya datang bus penyelamat jurusan Labuan yang menyundul bus saya sehingga bus yang saya tumpangi pun maju dan berjalan kembali. Disinilah siksaan tanpa henti mendera bus ini. Sepanjang perjalanan dari Serang, Lebak, hingga Pandeglang dan Labuan kurang lebih dua jam lebih, saya terus menerus disuguhi oleh pedagang tanpa henti. Berhubung jalan yang saya lalui bukanlah jalan tol, namun jalan kabupaten (di kana kiri ditanami sawah dan kebun), maka para pedagang dan pengamen serta peminta sumbangan tersebut dapat leluasa masuk ke dalam bus dan menawarkan jasa mereka atau menunjukkan atraksi mereka. Sungguh, lelah sekali menghadapi mereka. Perjalanan yang menurut saya menyenangkan terutama karena alam Lebak dan Pandeglang yang cenderung berbukit bukit serta gunung, langsung amblas karena kedatangan pengganggu pengganggu tersebut. Beberapa penumpang lain bahkan sudah tidak berminat mengurusi mereka dengan tidak melihat sama sekali barang yang ditawarkan. Untungnya, sepanjang perjalanan saya beberapa kali menjumpai warga Pandeglang dan Lebak yang naik bus yang saya tumpangi. Mereka ramah dan baik serta informatif dengan memberitahu bahwa Labuan terletak di ujung dari rute ini dan masih jauh adanya. Syukurlah, begitu melewati daerah Cimanuk-Cipeucan, berangsur angsur penumpang semakin berkurang dan pedagang juga semakin berkurang. Alhasil pemandangan indah yang harusnya dapat saya nikmati di wilayah Saketi menjadi buyar dan tidak menarik lagi karena saya sudah letih mental oleh serbuan pedagang tersebut. Sisa perjalan yang masih sekitar sejam jauhnya menjadi siksaan juga bagi saya karena saya ingin agar segera sampai dan merefresh kembali energi. Upss...jangan senang dahulu...begitu sampai di pintu terminal Labuan, segera sekitar segerombolan orang menaiki bus dan mendekati penumpang penumpang yang tersisa. Mereka menawarkan jasa angkutan, baik angkot maupun angkutan sewa yang tentu saja mahal (mencapai ratusan ribu). Argghhh..letih sudah saya menerima tawaran mereka. Dengan sopan tetap saya katakan "Kang, maaf, saya sudah dijemput". Walaupun demikian itu tidak menyurutkan niat para penawar lain untuk menawarkan jasa mereka. Keterlaluan.
Untungnya, begitu menaiki angkot warna abu abu dari terminal ke Pasar Labuan, siksaan tersebut barulah secara resmi dapat dikatakan berhenti. Dengan membayar Rp. 3.000 maka saya berhenti di Pasar Labuan dan berganti angkot menuju Anyer untuk turun di Teluk Carita. Siksaan terakhir disini sebelum dapat bersenang senang adalah harus melewati Pasar Labuan yang sempit, amis, dan tentu saja membuat perjalanan menjadi semakin lama (kalau saya segar bugar dan masih full of energy, kunjungan ke pasar pasti akan menjadi sesuatu yang menarik!). Akhirnya, sekurangnya 20 menit kemudian, sampailah saya di Teluk carita dengan membayar Rp. 5.000. Selamat datang di Carita dengan kuyu dan lemas.
Untuk informasi saja, ada jalur kereta dari Jakarta menuju Pantai Barat Banten. Jalur kereta yang paling umum adalah Jakarta - Anyer dan Jakarta - Labuan. Sayang sekali, untuk yang mendambakan kenyamanan tampaknya kedua jalur ini bukanlah jalur yang dapat diandalkan. Kedua jalur ini dilayani dengan kereta jenis ekonomi. Apabila mau mencari angkutan umum, berharaplah hanya pada angkutan desa warna hitam yang melintasi Jalan Raya Anyer-Carita selama kurang lebih satu jam. Tidak ada bus sama sekali yang melintasi daerah ini selain bus carteran. Bus umum yang sampai di pantai barat hanya sejauh Cilegon di utara atau Labuan di tengah. Saya sarankan, ambillah Cilegon untuk mendapatkan kenyamanan dengan AC karena bus yang menuju Cilegon dari Jakarta kebanyakan ber AC. Bus dari Jakarta menuju Labuan tidak ada yang ber AC. Untuk harga Rp. 25.000, silahkan pikir-pikir terlebih dahulu untuk menuju carita dengan angkutan umum seperti itu. Sangat tidak disarankan kecuali anda kebanyakan energi dan ingin disalurkan.

Tuesday, October 07, 2008

Terminal Di Ujung Barat Jakarta : Kalideres

Disebut-sebut sebagai terminal terbaik di Jakarta, terminal yang terletak di ujung paling barat Kota Jakarta ini adalah terminal yang sangat sibuk dalam menangani arus transportasi penduduk. Terletak di Jalan Raya Daan Mogot, berbatasan langsung dengan Kota Tangerang, terminal ini juga merupakan halte terakhir dari busway koridor 3 yang melayani rute Harmoni - Kalideres. Banyak sekali jumlah bus yang berakhir di terminal ini, sebut saja diantaranya bus dalam kota 88 yang berasal dari Slipi dengan tujuan akhir Kalideres. Selain terminal bagi bus dalam kota, terminal ini juga menjadi tempat berlabuhnya bus antar kota dengan mayoritas diisi oleh bus-bus pantai barat Jawa Barat mulai dari Labuan, Merak, Serang, Rangkasbitung, Cilegon dan Tangerang. Disinilah saya akan bertolak dari Jakarta menuju Carita, Labuan, Pandeglang, Banten. Terminal bus yang besar selain Grogol, Blok M, Lebak Bulus dan Kampung Rambutan serta Pulo Gadung ini memang besar. Selain dilengkapi dengan kios kios penjualan makanan ringan, disini juga terdapat areal food court yang tepat terletak di tengah-tengah terminal. Sayangnya, siang itu entah saya kepagian atau bagaimana yang jelas banyak kios belum buka. Untuk menuju ke terminal ini anda bisa menggunakan busway koridor 3 dari arah Harmoni atau Kopaja 88 dari Slipi. Untuk melihat arah tujuan anda, berjalanlah ke bagian belakang terminal. Disini, anda akan menjumpai bus bus besar berderet deret sesuai dengan arah tujuan kota masing-masing. Apabila anda tidak yakin, akan selalu tersedia banyak kenek yang membantu anda menaikkan anda ke bus mereka, yang menurut saya bahkan cenderung agak kasar dan memaksa. Oh yah, jangan lupa bayar retribusi Rp. 500 per orang untuk pengguna bus di dalam terminal. Sayangnya, seperti terminal bus pada umumnya
Bus Kalideres - Labuan. Yah, seperti layaknya terminal terminal besar maupun kecil di Jakarta dan sekitarnya, banyak hal yang kurang layak apabila terminal ini mau disebut bagus. Selain kenek yang bertugas menawarkan bus mereka dengtan memaksa dan bahkan kasar, pedagang asongan 'terlalu' banyak di lokasi ini. Yah, sekali lagi ini mungkin berkaitan dengan perekonomian yang morat marit di Jakarta maupun Indonesia, namun setidaknya, jumlah pedagang asongan harus ditekan agar kenyamanan pengunjung yang ingin bepergian tetap terjaga. Beberapa pedagang asongan maupun pernak pernik terlihat agak memaksa terlebih apabila anda bepergian sendiri. Diiringi dengan jumlah pedagang yang terlalu-amat-sangat banyak, para pengamen pun tak hentinya memadati bus ini. Sungguh, masih jauh dari perjalanan, kata 'nyaman' akan dicapai.

Saturday, October 04, 2008

Peta Palangka Raya

Dengan luasan 2.400 Km², Palangka Raya mungkin tidak terpetakan dalam gambar di sebelah ini. Meliputi hutan di selatan dan hutan di utara, wajah Palangka Raya yang berupa kota hanyalah sebagian kecil saja, di dekat Tangkiling, di tepi aliran Sungai Kahayan, atau tepatnya di area Palangka, Pahandut dan Langkai. Dengan dua bundaran utama, Palangka Raya cukup mudah dijelajahi, bahkan dengan menggunakan kaki saja. Wajah utama kota ini berupa Gedung-gedung pemerintahan yang tersebar hampir di sejumlah area besar, terutama daerah Palangka Raya lama (dekat Achmad Yani) menyebar hingga ke Yos Sudarso dan RTA Milono. Urusan makan? jangan kuatir, Sepanjang Achmad Yani atau Yos Sudarso malam hari adalah pusat jajanan yang enak dan bisa memuaskan indra pencecap anda. Kalau siang hari? Coba dech ke Kinibalu atau Palangka Raya lama. Siapkan energi anda karena Palangka Raya tidak tidur hingga pukul 1 dini hari.

Friday, October 03, 2008

Taste The Real Spicy with Mandarin Spice

Pengalaman makan di Mandarin Spice, Senayan City pada hari minggu lalu, 24 Agustus 2008 benar-benar ‘mengesankan’! Dengan maksud mentraktir papa dan mama dalam rangka ulang tahun saya, plus memanfaatkan diskon Bank Mega 50%, jadilah saya dan kedua orang tua melaju menuju Senayan City guna memanfaatkan program 50% ini. Kebetulan, mandarin spice menyajikan chinese food, sesuatu yang bisa diterima oleh lidah kedua orang tua saya.
Ruangannya memang sungguh apik. Pada minggu siang itu, suasana cukup ramai kami dapatkan. Bahkan untuk beberpa pengunjung yang membawa rombongan sejumlah 10 atau 15 orang harus mendaftar terlebih dahulu untuk waiting list. Untung saja keluarga saya bukan keluarga besar, alhasil, dengan segera kami mendapat tempat did alam restoran untuk 3 orang. Memang, dari segi interior dan arsitektur, Mandarin Spice cukup unik dan mengesankan. Dinding luarnya sendiri terdiri atas bata merah disusun dengan sangat rapi dan sebagian lainnya menggunakan dinding. Untuk sekat bagian dalam, Mandarin Spice menggunakan susunan kayu panjang dan bulat yang manis, kaca bening, kaca berukir dan bermotif, hingga gorden elegan. Sungguh, dilihat sekilas bukanlah tempat makan yang murah meriah.
Para pelayannya memang sangat ramah dan patut diacungi 5 jempol. Saya suka dengan kearamahan a la Mandarin Spice. Ramah tanpa berkesan terlalu dibuat-buat dan terlalu menjilat. Ramah apa adanya. Sayangnya, entah berhubung staff personel mereka terlalu sedikit maka tidak dengan cepat saya dapat dilayani. Untuk pemesanan makanan saja, yang bersangkutan baru tiba setelah sekian menit kami menunggu, padahal sebelumnya pencatat menu minuman sudah selesai mencatat pesanan kami. Mungkin orang yang mencatata makanan dan minuman adalah hal yang berbeda barangkali?
Beberapa saran yang saya dapatkan di internet, Mandarin Spice adalah tempat yang sangat layak dijadikan lokasi bersantai karena kekhasan interior, keramahan pelayanan dan kecepatan penyajian. Mari kita lihat, apakah semua elemen dasar ini sudah terpenuhi….
Buku hidangan yang khusu untuk menu promosi disajikan. Sayangnya, nasi putih dan chinese tea tidak termasuk dalam menu promosi. Alhasil, kami memesan lemon tea dan jus mangga. Untuk makanannya sendiri, berhubung hanya menu promosi yang dijasikan, maka tidak banyak pilihan yang dapat dipilih. Menunya antara lain ayam, ikan, sapi, sayur dan sejenisnya dengan penyajian beberapa jenis. Kami sendiri memesan bebek dengan irisan ubur-ubur, kailan cah ikan asin, ikan kerapu goreng a la thai. Sambil menunggu, saya dan mama memakan kacang merah (atau kacang tanah) yang disajikan dalam mangkuk kecil. Cukup unik. Sementara itu, papa menunggu karena asam urat tidak memperbolehkan ia mengkonsumsi jenis kacang-kacangan.
TENG! Waktu yang ditoleransi untuk kadar cepat sudah berlalu. Pelayanannya tidak terlalu cepat dalam hal penyajian. Ini mungkin berkaitan dengan banyaknya tamu yang datang pada siang itu sehingga proses memasak menjadi agak terhambat. Satu persatu pesanan kami datang, mulai dari bebek dengan irisan ubur-ubur, kailan cah ikan asin (sedikit sekali porsinya!) dan yang agak lama adalah ikan kerapu (ehem…ikan kerapu tidak tercantum harganya. Satu-satunya kata yang menggambarkan harga hanyalah tulisan MARKET PRICE. Artinya mengikuti harga pasar bukan?). saya mulai memakan satu persatu makanan tersebut. Bebek dengan irisan ubur-uburnya terlalu spicy dan cenderung asam. Tidak gurih seperti yang saya expected. But overall, menu ini cukup menarik dan acceptable. Sayangnya, bebeknya tidak terlalu berasa.
Next, saya makan nasi dengan kailan (oh yah, nasinya harus direquest lagi, baru diambilkan). Untuk kailan dengan porsi sesedikit itu, (anda semua pasti mengira bahwa saya sedang melakukan fine dining atau sebangsanya) saya harus mengakui bahwa menu ini gurih dan enak. Akhirnya, bisa menemukan cita rasa gurih lagi dalam makanan Cina. Beruntungnya, kailannya cukup besar sehingga cukup terasa di lidah sebelum meluncur masuk ke kerongkongan saya.
Last, menu yang datang agak terlambat (menurut standard saya) yakni ikan kerapu goreng a la thai (kami memilih ini karena disarankan oleh waiter-nya) memang membuat kami tercengang.*gleg*. Ukurannya besar sekali dan terlihat begitu mewah. Berhubung saya sudah tidak ingat soal MARKET PRICE tadi, saya sudah girang saja melihat ikan yang fantastis ini. Jreng, begitu dibelah-belah, ikan ini mengeluarkan uap panas dari sela-sela dagingnya yang lembut dan juicy. Ikan kerapu ini digoreng dan dilumuri saus asam tomat serta irisan mangga muda. Cenderung Thailand eh?
Soal rasa, inilah menu terbaik hari ini. Saya sangat suka rasanya walaupun memang jadinya tidak seperti makanan chinese yang saya kenal dengan gurihnya. Rasanya cenderung spicy, asin dan sedikit asam. But overall, ikan ini enak. Apalagi ukurannya maha dashyat dan memuaskan. Hmm…saya jadi berpikir mengenai China selatan dan tenggara. Tampaknya, lokasi yang berdekatan dengan asia tenggara membuat kultur makanan ini menjadi seperti ini, asam dan pedas.
Setelah cukup puas makan (nggak juga, sich, rasanya seperti baru makan fine dining yang nggak boleh terlalu kenyang), saya meminta bill. Barulah horror terbesar dimulai. Saya sudah memperhitungkan, bahwa menu ini akan menghabiskan dana sekitar 200ribu, yakni batasan minimum sebelum pajak agar bisa dikurangi 50% oleh Bank Mega. Total minuman sekitar 40ribuan, bebek 50ribuan, kailan 50ribuan dan saya pikir ikan pasti mengisi sisanya agar mencapai 200ribu. Ah, ternyata total 360ribu. Fiuh, masih sesuai harapan saya. Namun, sebentar…apa itu di atasnya? Tertulis diskon Bank Mega 300sekian ribu rupiah! *gleg* jadi, 360ribu sudah termasuk diskon? *gleg* lagi-lagi saya tercekat. Saya telusuri, harga ikannya sendiri dengan berat dalam hitungan 11 (nggak tahu pakai satuan berat apa) berharga 411ribuan. Ya ampun. Mahal sekali! Alhasil, saya harus bisa menyembunyikan keterkejutan saya dengan membayar 360ribu tersebut. Seandainya saya tahu dan ikannya belum digoreng ataupun dimasak, pasti saya tidak akan sebegitu nekadnya mencoba menu ini. But, sayang sekali, menunya sudah di perut. Dan tidak ada gunanya disesali, walaupun untunglah saya mensyukurinya sekarang, saya membayar seharga tersebut. Cukup tahu saja bahwa seperti itulah Mandarin Spice, tapi yang jelas saya mungkin akan berpikir dua kali sebelum datang ke restoran tersebut dan kembali memesan menu yang sama. Mungkin dimsumnya yang harganya masih bisa diterima dengan akal sehat akan membuat saya kembali ke restoran ini. But, untuk ikan, daging dan lain-lain yang market price? Kayaknya nggak dech. Makasih. (kecuali dibayarin, ini tentu bakalan jadi blog lain…=)

Thursday, October 02, 2008

Peta Banjarmasin Tengah

Banjarmasin sebenernya merupakan sebuah kota yang cukup besar, malah terbesar di daratan Kalimantan. Peta yang akan ditampilkan ini tidak relevan dengan kondisi Banjarmasin berikut perkembangannya yang melebar ke berbagai arah, timur, utara, selatan dan barat ini. Peta yang ditampilkan disini adalah Banjarmasin Tengah yang memang telah menjadi cikal bakal Kota Banjarmasin dari jaman dahulu kala. Jadi, anda tidak akan menemukan wilayah Kuin, atau Pelabuhan, atau Duta Mall di peta ini. Peta buatan saya sendiri ini *bangga* hanya menunjukkan lokasi jelajah saya selama saya berada di Kota Sungai itu. Jadi, yah, anda bisa lihat wilayah yang ditampilkan hanya seputaran Lambung Mangkurat, Pangeran Samudera, Sabillal Muqtadin dan liran Sungai Martapura saja. Mudah-mudahan peta ini bisa berguna apabila ada yang butuh referensi menuju Banjarmasin.