Yap! Dosis Anti-Malaria saya sudah keluar. Akhirnya, setelah penantian panjang, saya berhasil bertemu dengan dokter yang akan memberikan saya resep obat anti malaria. Sebelumnya, proses ini memang harus melewati pemeriksaan fungsi hati terlebih dahulu atau yang lebih dikenal dengan nama SGOT/SGPT. Apabila diketahui fungsi hatinya baik (kisaran 0-37 U/L untuk SGOT/AST dan 0-45 U/L untuk SGPT/ALT) maka, pemberian obat akan tidak mengalami banyak hambatan. Mengapa pemberian anti-malaria harus melalui pemeriksaan fungsi liver sich? cukup merepotkan yach? Ternyata begini, plasmodium (hewan bersel satu sang parasit malaria) ini hidup di dalam hati manusia. Obat malaria akan bekerja di hati sehingga harus diketahui terlebih dahulu apakah hati yang akan mencerna racun (Hati memang berfungsi untuk mencerna racun dalam tubuh) dari obat masih dalam kondisi baik. Apabila tidak baik, maka akan dibutuhkan pengobatan lain untuk memperbaiki hati (hepatica), baru mengkonsumsi obat anti-malaria, apabila sangat terpaksa.
Obat malaria pun sangat beragam. Dimulai dari kina yang paling umum hingga artemisinin yang paling modern, diklaim sebagai bebas mual dan baru tersedia dalam bentuk injeksi. Kelemahan obat anti malaria memang hanya satu, reaksi yang sangat kuat bisa berakibat pada mual bagi si pengkonsumsi obat. Namun, reaksi ini bervariasi, dan ditunjang juga dengan kondisi lambung pasien yang bersangkutan. Apabila memang lambungnya bermasalah dan mempunyai riwayat Maag, maka obat-obatan 'penyelamat' maag harus diterjunkan terlebih dahulu, baru mengkonsumsi kina dan turunannya agar bisa mengurangi efek samping dari obat ini. Kina sendiri memiliki harga Rp. 500 per butir dan artemisinin tentu memiliki harga termahal (karena baru tersedia dalam bentuk injeksi). Untuk saran, dokter menganjurkan saya mengkonsumsi Fansidar (merupakan obat anti malaria dengan komposisi kina dan dipadu dengan obat-obatan lain yang mampu melawan plasmodium dalam beberapa fase--ingat, masa inkubasi malaria kurang lebih 7-14 hari). Kina diklaim kurang mampu menghadapi plasmodium dalam beberapa fase, selain fase dewasa. Oleh karena itu Fansidar menjadi jalan keluar lain untuk pengobatan anti-malaria yang lebih ampuh. Dosis pemakaian obat anti malaria adalah seminggu sebutir dan dikonsumsi selama 4 minggu sebelum keberangkatan dan 6 minggu setelah kepulangan (ingat, sekali lagi, masa inkubasi malaria cukup panjang). Apabila anda berada di sana cukup lama, pastikan selama di daerah endemis, anda tetap mengkonsumsi obat anti-malaria seperti ketentuan umum untuk menjaga anda dari penyakit tropis ini (selain dengan mengoleskan lotion anti nyamuk ke kulit dan berpakaian agak tertutup selama di daerah tersebut). Syukurlah, saya hanya berada disana sekitar 5 hari sehingga tidak dibutuhkan aturan yang terlalu ketat mengenai obat ini. Terlebih, apabila anda berada hanya di wilayah perkotaan, maka ancaman penyakit ini menurun secara signifikan walaupun masih terdapat sejumlah ancaman. Mencegah adalah jauh lebih baik daripada terkena malaria yang mampu menurunkan produktivitas hingga menimbulkan kematian.
Wednesday, December 31, 2008
Tuesday, December 30, 2008
Waiting For Tonight at Kuta Square and Starbucks Kuta
Asyik juga menunggu detik-detik pergantian tahun di Bali. Tentu, Kuta adalah magnet dan juga pusat acara pergantian tahun di Bali dan mungkin juga di Indonesia Tengah? Buat yang mau ngerayain ganti tahun di Kuta dan sekitarnya, sebaiknya mulai jalan dech ketika matahari mulai condong ke arah barat dan siap untuk terbenam. Siap-siap aja untuk terjebak macet di Simpang Siur (actually, mulai dari siang pun bisa dip
astikan semua orang akan terjebak macet di persimpangan ini). Segala macam taksi, kendaraan dan orang akan lalu lalang memenuhi daerah ini. Siap-siap aja merasakan histeria dan denyut spirit perayaan masyarakat Bali dan warga Dunia (lihat aja yang berseliweran, malah didominasi oleh warga kaukasian, hispanik dan asia timur). Nah, lalu, setelah sampai di Kuta, gak usah bingung buat ngabisin waktu. Yakin dech, 6-7 jam menunggu disini gak akan membuat satu detik pun elo akan mati gaya. Terlalu banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Kuta dan Legian selama menunggu. Kalau jadwal gue, ketika matahari mulai terbenam, mulai dari pukul 5 hingga 6 bahkan 7 (terkadang, pukul 7 di Bali masih lumayan terang) adalah menyambangi Pnati Kuta dan membaur dengan ratusan (ribuan?) turis lokal dan dunia untuk bersantai di bibir laut tersebut. Nikmati Tato temporer, kepang rambut, dan kalau sempat, bermain dengan ombak-ombak yang berkejaran berbarengan dengan turis-turis lainnya. Inget aja, anginnya bakalan kenceng banget!
Nah, seusai matahri terbenam, berbondong-bondong turis akan meninggalkan pantai dan memenuhi pusat hiburan lain di seputaran Kuta. Ngisi perut dulu donk! Banyak café dan restoran baik bintang lima hingga kaki lima yang tersebar di Kuta dan Legian. Mau makanan murah-meriah, coba dech cari di dalam gang-gang poppies yang hangat hingga ke Kuta Square. Mau cari yang sedikit berkelas? Jelajahi Kuta Square, Kartika Plaza hingga Discovery Mall untuk memenuhi teriakan perut anda yang minta diisi. Pilihan malam itu jatuh ke Dulang Café yang berada tepat di tengah-tengah Kuta Square. Dulang Café menyediakan ragam menu internasional dan cenderung agak oriental. Menu Ayam Kung Pao-nya boleh dicoba.
Makan nggak sampai 1 jam donk? Selepas makan malam, anda punya dua pilihan, berkunjung ke dalam mall Discovery atau menikmati histeria di seputaran Legian. Saya memilih keduanya! Selama kaki masih asyik untuk diajak berjalan, saya rela melakukan keduanya. Khusus di Legian, Monumen Bom Bali cukup diterangi cahaya dan masih banyak turis berfoto di lokasi sehingga masih masuk daftar lokasi yang wajib dikunjungi sekaligus mendoakan korban bom yang tewas pada malam 12 Oktober 2002 lalu. Nggak lupa untuk cuci mata dengan club-club di pinggiran Legian yang hip banget sampai vintage banget, kemudian masuk keluar distro-distro pantai yang terkadang malahan meng-garage sale produk mereka. Nggak kalah dengan produk luar, toko-toko souvenir di sepanjang Legian juga cukup unik untuk disambangi. Bisa nich sekalian sambil melihat-lihat produk kerajinan tangan seperti miniatur alat musik yang lucu.
Nah, sudah jam 10. Tentu, denyut kehidupan Bali terutama Kuta di saat malam pergantian tahun tidak berhenti di waktu ini. Setelah capai berjalan kaki, saatnya untuk duduk dan meregangkan kaki yang berjasa selama perjalanan di Bali. Café untuk leyeh-leyeh menjadi tujuan utama untuk duduk dan bersantai. Sudah pasti, ngomongin kopi, pasti langsung keluar satu nama : Starbucks. Ya, ada Starbucks di Kuta Square. Lokasi di depan Starbucks cukup lucu untuk dijadikan arena berfoto. Disini, terdapat sejumlah papan surfing yang menarik dan dapat diabadikan. Meregangkan kaki cukup sekitar satu hingga satu setenga
h jam. Jangan sampai anda melewatkan detik-detik pergantian tahun karena terkungkung di dalam café. Saya memesan Double Shot Espresso Macchiato. Agak keras dan tampaknya saya salah memilih untuk menemani malam saya. Tidak apa-apa, sofa empuk, majalah, dan teman-teman yang ramai cukup membantu memeriahkan suasana. Agak sedikit sukar mendapatkan kursi di jam-jam seperti ini. Pastikan bahwa rombongan anda mendapatkan tempat di Starbucks. Semua orang memiliki pikiran yang sama pada malam ini, bersantai sebelum keluar dan menikmati detik pergantian tahun.
Sudah beli terompet untuk dibunyikan? Kalau sudah, silahkan keluar dan bergabung bersama ratusan (ribuan?) orang warga lokal, turis lokal, dan turis mancanegara untuk merayakan pesta pergantian tahun di Bali dan Indonesia Tengah. Silahkan pilih spot termenarik yang menurut anda layak untuk anda pantengin hingga Tahun Baru tiba. Nikmati tarian Bali dan gamelan, konser musik, hingga pesta kembang api di lepas pantai. Siapkan tangan anda untuk menyambut ucapan selamat tahun baru dari turis-turis yang melintas. Selamat Tahun Baru!
Nah, seusai matahri terbenam, berbondong-bondong turis akan meninggalkan pantai dan memenuhi pusat hiburan lain di seputaran Kuta. Ngisi perut dulu donk! Banyak café dan restoran baik bintang lima hingga kaki lima yang tersebar di Kuta dan Legian. Mau makanan murah-meriah, coba dech cari di dalam gang-gang poppies yang hangat hingga ke Kuta Square. Mau cari yang sedikit berkelas? Jelajahi Kuta Square, Kartika Plaza hingga Discovery Mall untuk memenuhi teriakan perut anda yang minta diisi. Pilihan malam itu jatuh ke Dulang Café yang berada tepat di tengah-tengah Kuta Square. Dulang Café menyediakan ragam menu internasional dan cenderung agak oriental. Menu Ayam Kung Pao-nya boleh dicoba.
Makan nggak sampai 1 jam donk? Selepas makan malam, anda punya dua pilihan, berkunjung ke dalam mall Discovery atau menikmati histeria di seputaran Legian. Saya memilih keduanya! Selama kaki masih asyik untuk diajak berjalan, saya rela melakukan keduanya. Khusus di Legian, Monumen Bom Bali cukup diterangi cahaya dan masih banyak turis berfoto di lokasi sehingga masih masuk daftar lokasi yang wajib dikunjungi sekaligus mendoakan korban bom yang tewas pada malam 12 Oktober 2002 lalu. Nggak lupa untuk cuci mata dengan club-club di pinggiran Legian yang hip banget sampai vintage banget, kemudian masuk keluar distro-distro pantai yang terkadang malahan meng-garage sale produk mereka. Nggak kalah dengan produk luar, toko-toko souvenir di sepanjang Legian juga cukup unik untuk disambangi. Bisa nich sekalian sambil melihat-lihat produk kerajinan tangan seperti miniatur alat musik yang lucu.
Nah, sudah jam 10. Tentu, denyut kehidupan Bali terutama Kuta di saat malam pergantian tahun tidak berhenti di waktu ini. Setelah capai berjalan kaki, saatnya untuk duduk dan meregangkan kaki yang berjasa selama perjalanan di Bali. Café untuk leyeh-leyeh menjadi tujuan utama untuk duduk dan bersantai. Sudah pasti, ngomongin kopi, pasti langsung keluar satu nama : Starbucks. Ya, ada Starbucks di Kuta Square. Lokasi di depan Starbucks cukup lucu untuk dijadikan arena berfoto. Disini, terdapat sejumlah papan surfing yang menarik dan dapat diabadikan. Meregangkan kaki cukup sekitar satu hingga satu setenga
Sudah beli terompet untuk dibunyikan? Kalau sudah, silahkan keluar dan bergabung bersama ratusan (ribuan?) orang warga lokal, turis lokal, dan turis mancanegara untuk merayakan pesta pergantian tahun di Bali dan Indonesia Tengah. Silahkan pilih spot termenarik yang menurut anda layak untuk anda pantengin hingga Tahun Baru tiba. Nikmati tarian Bali dan gamelan, konser musik, hingga pesta kembang api di lepas pantai. Siapkan tangan anda untuk menyambut ucapan selamat tahun baru dari turis-turis yang melintas. Selamat Tahun Baru!
Saturday, December 27, 2008
Discovery Mall, Mall di Kartika Plaza dengan Konsep Pantai
Isi dari mall ini tentu saja tidak begitu menarik untuk dibicarakan. Hampir serupa dengan mall-mall yang ada di
Friday, December 26, 2008
Ayo, Jalan-Jalan Ke Dreamland, Si Pantai Pecatu, Uluwatu
Ini dia, si Kuta Baru atau Pantai Pecatu yang ramai dibicarakan orang-orang karena sempat dikenal sebagai pantai topless. Terletak di Jalan Raya Uluwatu, selepas GWK, Ungasan, sebelum Uluwatu, pantai ini memang tidak terlihat dengan jelas dan tidak akan menarik banyak orang apabila anda belum pernah mendengarnya. APabila anda berjalan dari arah Ungasan ke selatan menuju Uluwatu, maka di sebelah kanan anda nantinya akan terlihat seperti sebuah kompleks perumahan besar, lengkap dengan patung-patung besar khas Bali (salah satunya Garuda Wishnu Kencana) namun sangat jelas terlihat bahwa perumahan tersebut terlantar. Hal ini terlihat dengan jelas dari kondisi dinding perumahan tersebut yang tidak dicat, tidak tampak adanya progress pembangunan di dalam kompleks dan juga bagain dalam kompleks yang terlihat jelas lebih didominasi oleh tanaman dan rumput liar dibanding perumahan.
Alkisah, waktu jaman kekuasaan Presiden Soeharto pada masa itu, anak beliau yakni Tommy Soeharto hendak membangun sebuah kompleks perumahan mewah yang disebut-sebut sebagai Dreamland di daerah Pecatu. Maka, daerah y
ang anda lihat tadi adalah lokasi dimana pembangunan perumahan tersebut berdiri. Sayangnya, ketika masih dalam tahap awal pembangunan kompleks tersebut, Indonesia diterpa krisis dan Presiden Soeharto digulingkan dari kekuasaan. Maka, berakhirlah kekuasaan Presiden Soeharto kala itu dan berakhirlah pula proyek-proyek pembangunan yang ada di seluruh Indonesia, terutama yang dikerjakan oleh anak-anak dan kerabatnya, salah satunya adalah Kompleks Perumahan Mewah Dreamland yang disebut-sebut ini. Kompleks ini, direncakan akan sangat mewah karena akan digunakan sebagai resort pantai dengan segala fasilitas bintang lima dan tidak ketinggalan club dan, konon, kasino. Pokoknya, kompleks ini direncakan sebagai lokasi peristirahatan sekaligus hiburan bagi kaum berpunya. Sayangnya, kompleks ini tidak pernah terwujud dan tidak akan pernah terwujud, setidaknya hingga saat ini. Kompleks tersebut masih sama kondisinya seperti waktu pertama kali ditinggalkan, mungkin lebih parah dengan hancurnya beberapa bagian dan tanaman liar yang semakin tumbuh banyak.
Namun, akses perumahan Dreamland menuju Pantai Pecatu yang juga disebut-sebut sebagai Kuta Baru, tempat kaum jet set bersantai tetap terbuka. Lokasi Pantai Pecatu ini terletak cukup jauh dari bibir gerbang pintu masuk. Sangat masuk akal untuk menjelaskan mengapa pantai ini tidak terlalu tenar. Anda harus berputar-putar di dalam kompleks sambil menyaksikan proses pembangunan yang terhenti. Namun, selang beberapa lama kemudian, ada sebuah pos jaga yang bertuliskan tiket masuk. Tiket masuk ke pantai ini cukup murah, hanya Rp. 5.000 per orang dan kendaraan Rp. 5.000. Tidak beberapa lama lagi, anda akan sampai di lokasi parkiran yang berhadapan langsung dengan pantai spektakuler ini. Pantai ini terletak jauh di bawah lokasi parkiran. Satu-satunya akses menuju pantai adalah ratusan anak tangga alami yang dapat anda turuni hingga mencapai bibir pantai. Beberapa restoran dan penginapan kecil-kecilan dapat anda temui di sisi pantai. Selepas itu, sampailah anda di Pantai Pecatu.
Ya, saya tidak bohong. Pemandangan pantai ini sungguh luar biasa. Pasirnya putih dan sangat tebal hingga membuat sukar berjalan, fondasi batu karang besar di pinggir pantai mengingatkan kita bahwa kita berada tidak jauh dari pantai tebing Uluwatu. Formasi batu-batu karang besar juga menghiasi bibir pantai, menghadirkan pemandangan unik yang menarik. Para pelancong yang sampai ke tempat ini kebanyakan melakukan kegiatan berjemur dan bermain air. Sayang sekali, isu turis topless ternyata sudah ketinggalan jaman. Turis tersebut topless ketika pantai ini belum terlalu dikenal orang. Sekarang, setelah Pantai Pecatu mulai naik pamor, semakin sedikit turis yang bertopless ria. Namun, konon, katanya
anda bisa berjumpa dengan turis yang topless saat pagi-pagi atau saat sepi lainnya. Berminat barangkali?
Kebanyakan turis yang sampai ke tempat ini justru didominasi oleh anak muda lokal Bali. Jarang diantara turis yang berkunjung menggunakan mobil. Kebanayakn justru menggunakan sepeda motor berboncengan dengan temannya guna sampai ke pantai ini. Walaupun demikian, sejumlah turis asing - walaupun tidak sebanyak Kuta- akan dengan mudah anda temui di pantai ini. Satu lagi, pantai ini katanya terkenal dengan keindahan sunsetnya sehubungan dengan lokasi yang menghadap arah barat. Sayangnya, ketika saya berada disana, awan tebal menutup matahari sehingga saya tidak bisa memutuskan apakah sunsetnya indah atau tidak. Buat anda yang ingin berkunjung ke Pantai Pecatu atau Pantai Kuta Baru atau Pantai Dreamland (umumnya nama ini yang paling terkenal), jangan lupa perhatikan jalan ketika anda sudah melewati Ungasan, sebelum sampai di Uluwatu, ketika berada di daerah Desa Pecatu. Patung Garuda Wishnu Kencana kecil (tidak sebesar yang di GWK) akan menyambut anda di pintu gerbang perumahan Dreamland.
Alkisah, waktu jaman kekuasaan Presiden Soeharto pada masa itu, anak beliau yakni Tommy Soeharto hendak membangun sebuah kompleks perumahan mewah yang disebut-sebut sebagai Dreamland di daerah Pecatu. Maka, daerah y
Namun, akses perumahan Dreamland menuju Pantai Pecatu yang juga disebut-sebut sebagai Kuta Baru, tempat kaum jet set bersantai tetap terbuka. Lokasi Pantai Pecatu ini terletak cukup jauh dari bibir gerbang pintu masuk. Sangat masuk akal untuk menjelaskan mengapa pantai ini tidak terlalu tenar. Anda harus berputar-putar di dalam kompleks sambil menyaksikan proses pembangunan yang terhenti. Namun, selang beberapa lama kemudian, ada sebuah pos jaga yang bertuliskan tiket masuk. Tiket masuk ke pantai ini cukup murah, hanya Rp. 5.000 per orang dan kendaraan Rp. 5.000. Tidak beberapa lama lagi, anda akan sampai di lokasi parkiran yang berhadapan langsung dengan pantai spektakuler ini. Pantai ini terletak jauh di bawah lokasi parkiran. Satu-satunya akses menuju pantai adalah ratusan anak tangga alami yang dapat anda turuni hingga mencapai bibir pantai. Beberapa restoran dan penginapan kecil-kecilan dapat anda temui di sisi pantai. Selepas itu, sampailah anda di Pantai Pecatu.
Ya, saya tidak bohong. Pemandangan pantai ini sungguh luar biasa. Pasirnya putih dan sangat tebal hingga membuat sukar berjalan, fondasi batu karang besar di pinggir pantai mengingatkan kita bahwa kita berada tidak jauh dari pantai tebing Uluwatu. Formasi batu-batu karang besar juga menghiasi bibir pantai, menghadirkan pemandangan unik yang menarik. Para pelancong yang sampai ke tempat ini kebanyakan melakukan kegiatan berjemur dan bermain air. Sayang sekali, isu turis topless ternyata sudah ketinggalan jaman. Turis tersebut topless ketika pantai ini belum terlalu dikenal orang. Sekarang, setelah Pantai Pecatu mulai naik pamor, semakin sedikit turis yang bertopless ria. Namun, konon, katanya
Kebanyakan turis yang sampai ke tempat ini justru didominasi oleh anak muda lokal Bali. Jarang diantara turis yang berkunjung menggunakan mobil. Kebanayakn justru menggunakan sepeda motor berboncengan dengan temannya guna sampai ke pantai ini. Walaupun demikian, sejumlah turis asing - walaupun tidak sebanyak Kuta- akan dengan mudah anda temui di pantai ini. Satu lagi, pantai ini katanya terkenal dengan keindahan sunsetnya sehubungan dengan lokasi yang menghadap arah barat. Sayangnya, ketika saya berada disana, awan tebal menutup matahari sehingga saya tidak bisa memutuskan apakah sunsetnya indah atau tidak. Buat anda yang ingin berkunjung ke Pantai Pecatu atau Pantai Kuta Baru atau Pantai Dreamland (umumnya nama ini yang paling terkenal), jangan lupa perhatikan jalan ketika anda sudah melewati Ungasan, sebelum sampai di Uluwatu, ketika berada di daerah Desa Pecatu. Patung Garuda Wishnu Kencana kecil (tidak sebesar yang di GWK) akan menyambut anda di pintu gerbang perumahan Dreamland.
Wednesday, December 24, 2008
Cek SGOT/SGPT Sebelum Masuk Wilayah Endemik Malaria
Kunjungan ke wilayah endemik penyakit tertentu memang bukan sesuatu yang cenderung mudah untuk dilakukan. Diperlukan kesadaran bagi kita, sang traveller untuk mempersiapkan segalanya sedini mungkin sebelum terjun ke wilayah endemik. Sebelum berkunjung ke Timor Barat, wilayah Ntt yang tentunya masih endemik malaria, maka saya perlu melakukan beberapa persiapan terlebih dahulu.
Tentunya, pertama tama saya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk meminta dosis obat anti malaria. Berdasar informasi yang pernah saya dapatkan, obat malaria itu ada berbagai macam jenis, mulain dari yang paling standard dikenal orang seperti kina, hingga yang agak asing seperti melfoquinine dan yang terbaru artemisinin. Nah, saya baru dapat info dari dokter bahwa obat anti malaria memiliki efek samping yang agak kurang baik bagi tubuh terutama untuk orang-orang yang daya resisten terhadap obat tidak begitu bagus. Obat anti malaria memiliki efek mual dan bahkan muntah. Hal ini tergantung kondisi tubuh seseorang yang mengkonsumsi obat ini. Pada beberapa kasus bahkan obat malaria tidak berefek mual sama sekali, sungguh menyenangkan! Berdasarkan info, artemisinin adalah obat anti malaria terbaru yang konon bisa menghilangkan efek muntah sama sekali, namun tetap ampuh dalam memerangi malaria.
Nah, berdasarkan info general juga, obat anti malaria ini harus dikonsumsi setidaknya sebulan sebelum memasuki daerah endemik, dan beberapa minggu sesudahnya setelah keluar dari daerah endemik untuk memastikan bahwa saya benar-benar kebal terhadap malaria.
Nah, berhubung sang dokter tidak memiliki medical record sama sekali terhadap saya, maka saya dianjurkan untuk tes liver dengan tes SGOT/SGPT ke Lab. Saya memilih lab mahakam karena hasilnya bisa diperoleh dengan cepat apabila tes dilakukan pada pagi hari. Sayangnya, saya jarang mengambil darah, oleh karena itu saya begitu tegang pada saat pengambilan yang mengakibatkan lengan saya sakit ketika alat suntiknya mulai menembus lengan saya "ouch!". Tes seharga Rp. 48.000 (untuk dua tes yakni SGOT dan SGPT) tersebut tampaknya cukup baik. Hasil SGOT/SGPT saya masih di dalam range yang wajar. Untuk obatnya, saya tinggal menunggu anjuran dokter saja. Mudah-mudahan, obat yang dikonsumsi tidak akan membuat mual yach.
Tentunya, pertama tama saya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk meminta dosis obat anti malaria. Berdasar informasi yang pernah saya dapatkan, obat malaria itu ada berbagai macam jenis, mulain dari yang paling standard dikenal orang seperti kina, hingga yang agak asing seperti melfoquinine dan yang terbaru artemisinin. Nah, saya baru dapat info dari dokter bahwa obat anti malaria memiliki efek samping yang agak kurang baik bagi tubuh terutama untuk orang-orang yang daya resisten terhadap obat tidak begitu bagus. Obat anti malaria memiliki efek mual dan bahkan muntah. Hal ini tergantung kondisi tubuh seseorang yang mengkonsumsi obat ini. Pada beberapa kasus bahkan obat malaria tidak berefek mual sama sekali, sungguh menyenangkan! Berdasarkan info, artemisinin adalah obat anti malaria terbaru yang konon bisa menghilangkan efek muntah sama sekali, namun tetap ampuh dalam memerangi malaria.
Nah, berdasarkan info general juga, obat anti malaria ini harus dikonsumsi setidaknya sebulan sebelum memasuki daerah endemik, dan beberapa minggu sesudahnya setelah keluar dari daerah endemik untuk memastikan bahwa saya benar-benar kebal terhadap malaria.
Nah, berhubung sang dokter tidak memiliki medical record sama sekali terhadap saya, maka saya dianjurkan untuk tes liver dengan tes SGOT/SGPT ke Lab. Saya memilih lab mahakam karena hasilnya bisa diperoleh dengan cepat apabila tes dilakukan pada pagi hari. Sayangnya, saya jarang mengambil darah, oleh karena itu saya begitu tegang pada saat pengambilan yang mengakibatkan lengan saya sakit ketika alat suntiknya mulai menembus lengan saya "ouch!". Tes seharga Rp. 48.000 (untuk dua tes yakni SGOT dan SGPT) tersebut tampaknya cukup baik. Hasil SGOT/SGPT saya masih di dalam range yang wajar. Untuk obatnya, saya tinggal menunggu anjuran dokter saja. Mudah-mudahan, obat yang dikonsumsi tidak akan membuat mual yach.
Tuesday, December 23, 2008
Ulos, Nafas Kasih dan Kehangatan Masyarakat Batak
Ulos, kain adat tradisional dari Sumatera Utara, terutama suku Batak, adalah suatu maha karya. Selain komoditas berupa pariwisata dan minyak sawit, Ulos adalah komoditi unggulan SUmatera Utara dan telah terkenal hingga ke mancanegara.
Ulos sendiri secara harafiah memiliki maksa kasih dan hangat. Kehangatan yang dibuat dari kain tenunan ini, dapat diartikan sebagai kasih sayang dan kehangatan orang tua untuk anaknya. Secara turun termurun, Ulos memang diwariskan dari g
enerasi terdahulu kepada generasi sekarang.
Dalam pameran Sumut Expo 2008 di Balai Kartini, Ulos yang ditampilkan sungguh beragam. Apabila Ulos yang kita kenal umumnya digunakan sebagai selendang atau penutup tubuh, maka disini anda akan melihat ragam ulos mulai dari kain bahan pembuat pakaian, tutup kepala, tudung kepala, rok, hingga bermacam macam jenis pakaian dan garmen dari sarung bantal hingga perkakas rumah. Ulos pun banyak ragamnya, tergantung dari tiap suku Batak yang ada. Setiap suku Batak yang ada di Sumatera Utara memiliki corak dan ciri khas tersendiri, mulai dari Karo, Simalungun, Samosir, Tapanuli Utara, Tengah, Selatan, Pakphak Bharat, Dairi, Toba dan banyak lainnya.
Ulos sendiri memiliki proses pembuatan yang lama, dan rata-rata memakan waktu satu bulan serta bisa lebih lama lagi apabila kain yang ditenunnya besar. Keunikan Ulos adalah proses menenun dan merangkai motif dari antara benang-benang (bahkan terkadang diselipkan benang emas dan benang dari jenis serta kasar-sehingga memperlihatkan keindahan ulos secara utuh). Sehubungan dengan lamanya waktu tenunan, satu ulos bisa berharga ratusan ribu rupiah hingga jutaan (untuk yang bermotif sulit dan purba, bahkan bisa dihargai puluhan juta dan hanya diberikan kepada tamu kehormatan).
Uniknya ulos adalah motifnya yang cenderung sederhana namun tetap terasa nilai keindahannya. Beberapa suku Batak memiliki ulos dengan warna warna yang umum ditemui seperti abu-abu, hitam, biru tua dan warna gelap lainnya. Namun, beberapa suku memiliki warna yang jauh lebih meriah seperti merah, kuning, oranye hingga kreme sehingga terkadang tampak sekilas seperti songket. Ulos sendiri secara umum terbagi menjadi dua, ulos asli dan ulos modifikasi. Pertama-tama, saya bingung, apa itu ulos modifikasi. Namun, setelah diberi penjelasan, saya mengerti. Ulos modifikasi adalah ulos yang pengerjaannya dipadu dengan hiasan lainnya sehingga tidak lagi murni tenunan. Ulos sendiri umumnya berupa tenunan biasa saja dan bahkan rumbai-rumbainya terkadang masih ada yang tidak beraturan sehingga perlu bagi kita untuk memotongnya sendiri. Ulos yang sudah dimodifikasi umumnya memiliki hiasan berupa bordiran, tambahan renda, sulaman, manik-manik, roncean mote dan lain sebagainya, sehingga hasil pekerjaan ulos tersebut tidaklah murni dengan tenun alat saja. Ulos modifikasi ini dipercaya akan lebih menarik minat kawula muda untuk mengenakan ulos sehingga kekayaan budaya batak tidak hilang begitu saja di generasi muda. Beberapa Ulos memiliki motif yang teramat rumit san tidak dijual kepada umum. Ulos tersebut hanya untuk dipajang semata karena motifnya terlalu sukar dan belum ada penenun dari generasi sekarang yang mampu mengikuti motif tenunan tersebut. Konon, ulos tersebut telah berusia 20 tahunan. SUngguh, suatu maha karya yang indah.
Namun, keberuntungan saya juga, bahwa saya bisa menemukan sehelai ulos khas Phakpak yang berwarna khas Ulos Batak dan dapat digunakan sebagai selendang dengan harga RP. 40.000 saja. Tanpa pikir panjang, saya pun membeli ulos tersebut. Anda tertarik? mungkin bisa mencoba berkunjung ke SUmut Expo guna membeli berbagai macam bentuk Ulos dengan harga pengrajin tentunya.
Ulos sendiri secara harafiah memiliki maksa kasih dan hangat. Kehangatan yang dibuat dari kain tenunan ini, dapat diartikan sebagai kasih sayang dan kehangatan orang tua untuk anaknya. Secara turun termurun, Ulos memang diwariskan dari g
Dalam pameran Sumut Expo 2008 di Balai Kartini, Ulos yang ditampilkan sungguh beragam. Apabila Ulos yang kita kenal umumnya digunakan sebagai selendang atau penutup tubuh, maka disini anda akan melihat ragam ulos mulai dari kain bahan pembuat pakaian, tutup kepala, tudung kepala, rok, hingga bermacam macam jenis pakaian dan garmen dari sarung bantal hingga perkakas rumah. Ulos pun banyak ragamnya, tergantung dari tiap suku Batak yang ada. Setiap suku Batak yang ada di Sumatera Utara memiliki corak dan ciri khas tersendiri, mulai dari Karo, Simalungun, Samosir, Tapanuli Utara, Tengah, Selatan, Pakphak Bharat, Dairi, Toba dan banyak lainnya.
Ulos sendiri memiliki proses pembuatan yang lama, dan rata-rata memakan waktu satu bulan serta bisa lebih lama lagi apabila kain yang ditenunnya besar. Keunikan Ulos adalah proses menenun dan merangkai motif dari antara benang-benang (bahkan terkadang diselipkan benang emas dan benang dari jenis serta kasar-sehingga memperlihatkan keindahan ulos secara utuh). Sehubungan dengan lamanya waktu tenunan, satu ulos bisa berharga ratusan ribu rupiah hingga jutaan (untuk yang bermotif sulit dan purba, bahkan bisa dihargai puluhan juta dan hanya diberikan kepada tamu kehormatan).
Uniknya ulos adalah motifnya yang cenderung sederhana namun tetap terasa nilai keindahannya. Beberapa suku Batak memiliki ulos dengan warna warna yang umum ditemui seperti abu-abu, hitam, biru tua dan warna gelap lainnya. Namun, beberapa suku memiliki warna yang jauh lebih meriah seperti merah, kuning, oranye hingga kreme sehingga terkadang tampak sekilas seperti songket. Ulos sendiri secara umum terbagi menjadi dua, ulos asli dan ulos modifikasi. Pertama-tama, saya bingung, apa itu ulos modifikasi. Namun, setelah diberi penjelasan, saya mengerti. Ulos modifikasi adalah ulos yang pengerjaannya dipadu dengan hiasan lainnya sehingga tidak lagi murni tenunan. Ulos sendiri umumnya berupa tenunan biasa saja dan bahkan rumbai-rumbainya terkadang masih ada yang tidak beraturan sehingga perlu bagi kita untuk memotongnya sendiri. Ulos yang sudah dimodifikasi umumnya memiliki hiasan berupa bordiran, tambahan renda, sulaman, manik-manik, roncean mote dan lain sebagainya, sehingga hasil pekerjaan ulos tersebut tidaklah murni dengan tenun alat saja. Ulos modifikasi ini dipercaya akan lebih menarik minat kawula muda untuk mengenakan ulos sehingga kekayaan budaya batak tidak hilang begitu saja di generasi muda. Beberapa Ulos memiliki motif yang teramat rumit san tidak dijual kepada umum. Ulos tersebut hanya untuk dipajang semata karena motifnya terlalu sukar dan belum ada penenun dari generasi sekarang yang mampu mengikuti motif tenunan tersebut. Konon, ulos tersebut telah berusia 20 tahunan. SUngguh, suatu maha karya yang indah.
Namun, keberuntungan saya juga, bahwa saya bisa menemukan sehelai ulos khas Phakpak yang berwarna khas Ulos Batak dan dapat digunakan sebagai selendang dengan harga RP. 40.000 saja. Tanpa pikir panjang, saya pun membeli ulos tersebut. Anda tertarik? mungkin bisa mencoba berkunjung ke SUmut Expo guna membeli berbagai macam bentuk Ulos dengan harga pengrajin tentunya.
Friday, December 19, 2008
Sumut Expo 2008 Digelar di Balai Kartini 18 - 21 Desember 2008
Sumut Expo digelar lagi pada tahun 2008 ini setelah sebelumnya digelar pada tahun 2007. Berbeda dengan sebelumnya yang digelar di Semanggi Expo, kali ini Sumut Expo digelar di Balai Kartini selama 4 hari saja (18-21 Desember 2008). Tentu saja, pameran ini gunanya adalah memamerkan kebudayaan sumut, potensi daerah, seni, pariwisata dan sekaligus memasarkan produk-produk andalan daerah mereka masing-masing.
Sayangnya, kamis sore, 18 Desember 2008 ketika saya menjejakkan kaki di Balai Kartini, pengunjung yang datang sangat sedikit. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Cukup sedih melihat situasi pameran seperti ini. Para penjaga stand pun tampak ogah-ogahan menjaga stand mereka, walaupun beberapa diantaranya ada yang memakai pakaian adat full dan tetap dengan anggun
menawarkan brosur dan sanggup melayani pertanyaan pertanyaan dari saya. Namun, sisanya, kebanyakan berupa bapak-bapak yang asik sendiri dengan urusan mereka (mungkin bisnis) dan ketika ada pengunjung yang masuk standnya pun, tidak terlalu digubris oleh mereka. Saya cukup senang berkunjung ke pameran ini, terutama dengan banyaknya brosur - brosur yang dibagikan yang terutama memberikan banyak informasi tentang potensi daerah mereka terutama di bidang pariwisata dan seni dan budaya. Walaupun beberapa dari brosur tersebut dibuat sangat sederhana dan apa adanya, namun usaha dari pemkab kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Utara ini cukup patut diacungi jempol. Pemkab Labuhan Batu, bahkan memberikan saya VCD potensi daerah mereka. Pemkab Tapanuli Selatan, rela membongkar koper besar mereka untuk menunjukkan koleksi ulos-ulos mereka yang tidak dipajang di stand. Pemkab Toba Samosir yang paling berhias dengan hiasan ulos di dinding mereka, membagikan Batak Pos, miniatur rumah-rumah Bolon dan hiasan ala Batak Samosir di plafon stand mereka. Pemkab Pakphak Bharat, menjual ragam ulos dan pakaian adat dengan harga bersaing. Ketika membeli, saya bahkan diberi sebuah minyak Nilam (Patchouli) oleh Ibu penjaga stand. Pemkab Tapanuli Tengah juga cukup berhias dan bahkan memperkenalkan tehnik membatik yang baru saja diperkenalkan di Sibolga, terutama dengan batik khas pesisirnya yang unik.
Di luar itu, beberapa stand tampak sangat seadanya menampilkan kekayaan daerah mereka. Sungguh sayang memang. Beberapa stand bahkan ada yang belum buka, kosong sama sekali atau ditutup terlalu dini. Pemkot Pematang Siantar cukup mewah, mereka bahkan mendatangkan Betor BSA khas Siantar dan membagi bagikan rokok marcopolo gratis kepada pengunjung. Rokok Marcopolo ini memang khas Pematang Siantar.
Selain berupa pembagian-bagian brosur, kain-kain khas daerah masing-masing, kerajinan tangan, perhiasan, makanan khas daerah dan produk unggulan tambang daerah, anda juga bisa menyaksikan beberapa stand lain non-daerah seperti stand dari departemen tertentu, otorita Asahan, hingga Bank Sumut (standnya kosong!). Panggung besar yang berdiri megah di sisi ruang pameran pun tampak kosong dengan ketiadaan atraksi sama sekali pada hari kunjungan saya. Sungguh sayang. Informasi mengenai pameran ini sendiri saya dapatkan dari running text yang ada di Mtero TV. Seandainya saya tidak melihat running text tersebut, mungkin saya juga tidak akan berkunjung ke pameran ini.
Yah, diluar dari kelebihan atau kekurangan yang ada, ada baiknya kita sebagai sesama Bangsa Indonesia, turut support dalam kegiatan pemkab daerah lain di Indonesia. Apabila ada waktu, anda bisa mengunjungi pameran kebudayaan Sumut ini. Bisa jadi juga, anda malah tertarik untuk berkunjung ke Sumatera Utara sudatu saat nanti. Kalau sudah pulang, jangan lupa untuk berfoto di depan expo beserta batu granit Nias buatan yang bertuliskan Sumut Expo 2008. Dijamin, unik dan menarik. Sayangnya, saya nggak bawa kamera pada malam itu.
Sayangnya, kamis sore, 18 Desember 2008 ketika saya menjejakkan kaki di Balai Kartini, pengunjung yang datang sangat sedikit. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Cukup sedih melihat situasi pameran seperti ini. Para penjaga stand pun tampak ogah-ogahan menjaga stand mereka, walaupun beberapa diantaranya ada yang memakai pakaian adat full dan tetap dengan anggun

Di luar itu, beberapa stand tampak sangat seadanya menampilkan kekayaan daerah mereka. Sungguh sayang memang. Beberapa stand bahkan ada yang belum buka, kosong sama sekali atau ditutup terlalu dini. Pemkot Pematang Siantar cukup mewah, mereka bahkan mendatangkan Betor BSA khas Siantar dan membagi bagikan rokok marcopolo gratis kepada pengunjung. Rokok Marcopolo ini memang khas Pematang Siantar.
Selain berupa pembagian-bagian brosur, kain-kain khas daerah masing-masing, kerajinan tangan, perhiasan, makanan khas daerah dan produk unggulan tambang daerah, anda juga bisa menyaksikan beberapa stand lain non-daerah seperti stand dari departemen tertentu, otorita Asahan, hingga Bank Sumut (standnya kosong!). Panggung besar yang berdiri megah di sisi ruang pameran pun tampak kosong dengan ketiadaan atraksi sama sekali pada hari kunjungan saya. Sungguh sayang. Informasi mengenai pameran ini sendiri saya dapatkan dari running text yang ada di Mtero TV. Seandainya saya tidak melihat running text tersebut, mungkin saya juga tidak akan berkunjung ke pameran ini.
Yah, diluar dari kelebihan atau kekurangan yang ada, ada baiknya kita sebagai sesama Bangsa Indonesia, turut support dalam kegiatan pemkab daerah lain di Indonesia. Apabila ada waktu, anda bisa mengunjungi pameran kebudayaan Sumut ini. Bisa jadi juga, anda malah tertarik untuk berkunjung ke Sumatera Utara sudatu saat nanti. Kalau sudah pulang, jangan lupa untuk berfoto di depan expo beserta batu granit Nias buatan yang bertuliskan Sumut Expo 2008. Dijamin, unik dan menarik. Sayangnya, saya nggak bawa kamera pada malam itu.
Thursday, December 18, 2008
Menyebrang ke Pulau Penyu dari Tanjung Benoa
Sudah seperti keharusan, walaupun kunjungan kali terakhir saya nggak sampai ke lokasi ini, Pulau Penyu adalah bagian dari wilayah Tanjung Benoa, tempatnya water sporting. Kunjungan ke pulau (katanya sich pulau, tapi sebenarnya ini merupakan wilayah daratan yang memang lebih sukar dicapai dari daratan Bali) memakan waktu kurang lebih sekitar 15 hingga 30 menit dengan speed boat glass bottomed yang berkapasitas 8 hingga 10 orang. Biaya perjalanan cukup bervariasi, namun pada umumnya, penyewaan perahu ini tergolong cukup murah karena dapat ditanggung beramai-ramai. Apabila anda pergi sendirian, yach berharaplah ada serombongan turis yang masih kelebihan sisa space tempat duduk di kapal :)
Jadi,
selain water sporting, buat anda yang tidak mau berbasah-basah ria, boleh deh cobain Pulau Penyu ini. Ya, kegiatan ini hampir bisa dipastikan akan membuat anda terbebas dari air, kecuali paling jauh air semata kaki anda yang akan anda jumpai saat naik ataupun mendarat di pantai. Hampir semua operator di Tanjung Benoa menawarkan jasa ini. Sudah tentu, berbeda operator, berbeda pula lokasi penangkaran penyu yang akan disambangi di pulau tersebut. Namun, perbedaan operator tersebut tidak akan membuat kunjungan anda menjadi sedikit lebih seru atau sedikit kurang seru. Hampir semua lokasi penangkaran memiliki fasilitas serupa. Jadi, tidak masalah apabila tidak ke tempat penangkaran A, karena tempat penangkaran B juga memiliki fasilitas tersebut.
Perjalanan dimulai pada umumnya setelah glass bottomed speed boat tersebut penuh. Speed boat tersebut dirancang berdasar kaca guna penumpang dapat melihat bagian bawah air yang katanya, menawarkan keindahan biota laut (sayang sekali, tiga kali sampai di Tanjung Benoa, dua kali naik speed boat ini, dua kali pula saya tidak melihat warna warni kehidupan laut di Tanjung Benoa ini. Yang terlihat hanyalah sejumput ikan berukuran sedang berwarna hitam, putih dan sedikit yang berwarna, tanpa karang, memakan roti yang kami bagikan (roti akan dibagikan oleh operator). Entah apakah ini karena airnya keruh atau memang Tanjung Benoa sudah cukup rusak, who knows?!). Ya, anda dan rekan-rekan akan berhenti di tengah-tengah perjalanan untuk melihat kondisi alam bawah air di seputar Tanjung Benoa. Puas melihat-lihat dan memberi makan, speed boat pun dipacu kencang lagi guna mencapai Pulau Penyu.
Ya, turun dengan hati-hati dan siap-siap meminta bantuan Bli yang bertugas untuk menurunkan anda. Hampir di semua lokasi penangkaran, hewan yang ditangkarkan umumnya seragam, mulai dari yang standard seperti penyu (tentu saja! namanya saja Pulau Penyu!), kura-kura, ular, burung rangkong (hornbilled), beberapa jenis burung-burungan, buaya kecil dan sejumlah mamalia aneh yang mungkin agak jarang anda dapatkan. Seusai melihat-lihat dan berfoto (hati-hati, jangan pernah mencoba mengangkat tukik (anakan penyu) karena ini dapat mengancam kehidupan mereka) anda akan sampai di bagian akhir tempat konservasi yang berupa rumah makan plus tawar
an lagi untuk berfoto bebas dengan burung-burungan, ular (mulutnya disolasi) dan beberapa jenis hewan lainnya. Seusai berfoto dengan hewan-hewan tersebut, silahkan lepaskan penat dengan memandang ke arah laut lepas sambil menikmati minuman segar (tentu saja, kelapa muda yang seharusnya jadi pilihan). Harga makanan dan minuman di lokasi cukup bersaing dan tidak terlampau mahal. Jangan lupa, seusai anda berjalan-jalan di Pulau Penyu, sisihkan sebagian budget jalan-jalan anda untuk memberi bantuan dana pada lokasi konservasi ini (terdapat kotak sumbangan di pintu keluar) karena, tentunya mengharapkan tiket masuk dan penyewaan speed boat saya tidak akan terlalu banyak membantu tempat konservasi ini. Apabila anda masih ingin melihat hewan-hewan ini pada kali berikutnya kunjungan anda, sebaiknya anda membantu dengan menyumbang demi terciptanya kelangsungan hidup mereka.
Sudah selesai? tunggu dahulu, hiburan belum berakhir. Waktu satu jam yang anda habiskan di pulau akan ditambah lagi guna berhenti di lautan lepas. Sama seperti kedatangan, anda akan menikmati ikan-ikan yang berlarian bebas di bawah kapal sambil berebutan roti yang anda bagikan. Cukup asyik juga untuk anda yang tidak puas membagi roti ke ikan pada saat kedatangan. (Walaupun lapar, jangan coba coba mengkonsumsi roti yang dibagikan ke ikan-ikan tersebut. Tampaknya rotinya memang hanya untuk konsumsi ikan, bukan manusia). Sedikit saran lainnya adalah jangan lupa untuk mengenakan sunblock agar kulit anda terhindar dari sinar matahari dan sinar UV yang merusak selama kunjungan di Pulau Penyu. Nah, hati riang, kulit pun tetap terjaga.
Jadi,
Perjalanan dimulai pada umumnya setelah glass bottomed speed boat tersebut penuh. Speed boat tersebut dirancang berdasar kaca guna penumpang dapat melihat bagian bawah air yang katanya, menawarkan keindahan biota laut (sayang sekali, tiga kali sampai di Tanjung Benoa, dua kali naik speed boat ini, dua kali pula saya tidak melihat warna warni kehidupan laut di Tanjung Benoa ini. Yang terlihat hanyalah sejumput ikan berukuran sedang berwarna hitam, putih dan sedikit yang berwarna, tanpa karang, memakan roti yang kami bagikan (roti akan dibagikan oleh operator). Entah apakah ini karena airnya keruh atau memang Tanjung Benoa sudah cukup rusak, who knows?!). Ya, anda dan rekan-rekan akan berhenti di tengah-tengah perjalanan untuk melihat kondisi alam bawah air di seputar Tanjung Benoa. Puas melihat-lihat dan memberi makan, speed boat pun dipacu kencang lagi guna mencapai Pulau Penyu.
Ya, turun dengan hati-hati dan siap-siap meminta bantuan Bli yang bertugas untuk menurunkan anda. Hampir di semua lokasi penangkaran, hewan yang ditangkarkan umumnya seragam, mulai dari yang standard seperti penyu (tentu saja! namanya saja Pulau Penyu!), kura-kura, ular, burung rangkong (hornbilled), beberapa jenis burung-burungan, buaya kecil dan sejumlah mamalia aneh yang mungkin agak jarang anda dapatkan. Seusai melihat-lihat dan berfoto (hati-hati, jangan pernah mencoba mengangkat tukik (anakan penyu) karena ini dapat mengancam kehidupan mereka) anda akan sampai di bagian akhir tempat konservasi yang berupa rumah makan plus tawar
Sudah selesai? tunggu dahulu, hiburan belum berakhir. Waktu satu jam yang anda habiskan di pulau akan ditambah lagi guna berhenti di lautan lepas. Sama seperti kedatangan, anda akan menikmati ikan-ikan yang berlarian bebas di bawah kapal sambil berebutan roti yang anda bagikan. Cukup asyik juga untuk anda yang tidak puas membagi roti ke ikan pada saat kedatangan. (Walaupun lapar, jangan coba coba mengkonsumsi roti yang dibagikan ke ikan-ikan tersebut. Tampaknya rotinya memang hanya untuk konsumsi ikan, bukan manusia). Sedikit saran lainnya adalah jangan lupa untuk mengenakan sunblock agar kulit anda terhindar dari sinar matahari dan sinar UV yang merusak selama kunjungan di Pulau Penyu. Nah, hati riang, kulit pun tetap terjaga.
Wednesday, December 17, 2008
Nyeni di Pasar Ubud
Terus terang, gue bukan orang yang sangat berseni. Maka dari pada itu, Ubud mungkin gak masuk dalam list kunjungan yang harus dicapai saat gue ke Bali. Ya, cer
ita mengenai Ubud memang selalu berkaitan dengan tempat paling 'nyeni' di Bali. Mulai dari arsitektur rumahnya, galeri seni, pusat kerajinan tangan, hingga villa villa kaya yang dibangun di Ubud. Ya, Ubud is not for me, I have said to myself.
Namun, berhubung lokasinya di Bali tengah, pusat dari segala arus lalu lintas yang mau ke lokasi-lokasi wisata lain di Bali. Kayaknya mau nggak mau, Ubud pun pasti akan terlewati juga. Mau ke Timur atau Barat, umumnya lewat Ubud. Mau ke Gunung Agung, Gunung Batur, atau Danau Bratan, pasti lewat Ubud. Yah, walaupun ada jalan lain, tapi Ubud ini yang kayaknya paling umum untuk dilalui dech.
Oleh karena itu, daripada penasaran, akhirnya kita turun juga dech di Ubud (berhubung juga anggota rombongan mau ke Ubud). Tujuan kami di Ubud bukanlah galeri seni, villa mahal dan mewah ataupun lokasi pusat kerajinan tangan. Kami menuju Pasar Ubud, selepas berkunjung ke SUkawati. Yach, hitung-hitung sekaligus melihat-lihat kemungkinan ada barang yang tidak terdapat di Sukawati Guwang.
Turun dari kendaraan, langit tampak tidak bersahabat dengan kami. Rintik-rintik air hujan mulai membasahi bumi walaupun hanya sekedar gerimis saja. Alhasil, kami sekaligus berteduh di Pasar Ubud. Melihat dari keramaian yang dimilikinya dan perjualnya, secara cepat dapat saya simpulkan bahwa Pasar Ubud bukanlah pasar yang ramai (walaupun Pasar Ubud adalah salah
satu pasar seni utama di Bali). Yap, siang itu hanya terlihat segelintir orang yang berbelanja di Ubud, jauh berbeda dengan SUkawati. Karakteristik ini juga dapat dilihat dari penjual (ning-ning) yang tidak agresif dalam menjual produknya (misalnya ketika saya melintas untuk melirik saja, bahkan mereka cenderung cuek dan menyapa kami). Kemudian soal harga, yach memang harga yang di buka cenderung lebih tinggi dibanding SUkawati. Namun, saya berhasil menawar essential oil hingga harganya sama (ya eyalah...kan produknya juga sama) dengan di Sukawati.
Apabila bangunan Sukawati cenderung lebih fokus untuk kegiatan perniagaan, maka Ubud masih memiliki nilai spiritualnya dengan bentuk bangunan Bali lama yang berukir-ukir macam candi dan potongan candi lama. Di sisi bangunannya pun terdapat sebuah pohon besar yang tampaknya dikeramatkan (karena dililit oleh kain khas Bali). Hingga sisi dalam dan pinggir bangunan dan bekas candi pun diisi oleh kios kios pedagang barang-barang seni untuk souvenir. Teman saya membeli beberapa buah papan surfing Bali di bagian pojok pasar ini.
Hujan yang tadi membesar seiring dengan kegiatan kami melihat-lihat pasar telah berhenti dan bahkan cenderung reda. Kami sempat berfoto-foto dengan bangunan-bangunan unik dan antik yang terdapat di luar wilayah pasar. Ya, kini saya percaya, Ubud adalah Bali yang sungguh-sungguh Bali.
Namun, berhubung lokasinya di Bali tengah, pusat dari segala arus lalu lintas yang mau ke lokasi-lokasi wisata lain di Bali. Kayaknya mau nggak mau, Ubud pun pasti akan terlewati juga. Mau ke Timur atau Barat, umumnya lewat Ubud. Mau ke Gunung Agung, Gunung Batur, atau Danau Bratan, pasti lewat Ubud. Yah, walaupun ada jalan lain, tapi Ubud ini yang kayaknya paling umum untuk dilalui dech.
Oleh karena itu, daripada penasaran, akhirnya kita turun juga dech di Ubud (berhubung juga anggota rombongan mau ke Ubud). Tujuan kami di Ubud bukanlah galeri seni, villa mahal dan mewah ataupun lokasi pusat kerajinan tangan. Kami menuju Pasar Ubud, selepas berkunjung ke SUkawati. Yach, hitung-hitung sekaligus melihat-lihat kemungkinan ada barang yang tidak terdapat di Sukawati Guwang.
Turun dari kendaraan, langit tampak tidak bersahabat dengan kami. Rintik-rintik air hujan mulai membasahi bumi walaupun hanya sekedar gerimis saja. Alhasil, kami sekaligus berteduh di Pasar Ubud. Melihat dari keramaian yang dimilikinya dan perjualnya, secara cepat dapat saya simpulkan bahwa Pasar Ubud bukanlah pasar yang ramai (walaupun Pasar Ubud adalah salah
Apabila bangunan Sukawati cenderung lebih fokus untuk kegiatan perniagaan, maka Ubud masih memiliki nilai spiritualnya dengan bentuk bangunan Bali lama yang berukir-ukir macam candi dan potongan candi lama. Di sisi bangunannya pun terdapat sebuah pohon besar yang tampaknya dikeramatkan (karena dililit oleh kain khas Bali). Hingga sisi dalam dan pinggir bangunan dan bekas candi pun diisi oleh kios kios pedagang barang-barang seni untuk souvenir. Teman saya membeli beberapa buah papan surfing Bali di bagian pojok pasar ini.
Hujan yang tadi membesar seiring dengan kegiatan kami melihat-lihat pasar telah berhenti dan bahkan cenderung reda. Kami sempat berfoto-foto dengan bangunan-bangunan unik dan antik yang terdapat di luar wilayah pasar. Ya, kini saya percaya, Ubud adalah Bali yang sungguh-sungguh Bali.
Friday, December 05, 2008
Pantai Sindhu a.k.a Pantai Bonsai Café di Selatan Sanur
Sebenarnya nama ini kayaknya merupakan penamaan lokal untuk pihak tertentu yang mengelola bagian dari Pantai Sanur. Yap, Pantai Bonsa
i Café atau Pantai Sindhu sebenarnya masih merupakan bagian dari Pantai Sanur di bagian timur Bali. Dengan jarak sekitar 15 menit waktu tempuh dengan kendaraan shuttle dari Hotel, berkunjung ke Pantai Shindu cukup mengasyikkan juga. Buat anda yang tidak menginap di Sanur Plaza Hotel, mungkin kunjungan ke pantai ini tidak akan pernah terpikirkan. Begitu juga dengan saya.
Namun, berhubung saya menginap di Sanur Plaza Hotel, dan ada fasilitas shuttle bus gratis dari Hotel menuju Suite Hotel, Hardy's Shop dan Pantai Bonsai, maka iseng-iseng buat mengisi waktu, pilihan ke Pantai ini pun dibuat.
Dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dan masih merupakan bagian dari Sanur, Pantai Sindhu ternyata menawarkan sejumlah kelebihan diantaranya berupa kondisi pantai yang tenang, unik dan akomodasi yang memadai. Sebagai contoh, pada beberapa bagian pantai, terdapat batu batu besar bulat yang memenuhi pantai sehingga memebntuk semacam tanggul sebelum kita dapat mencapai pantai yang sebenarnya. Terdapat pula semacam gazebo di dekat pantai sehingga kita bisa berfoto-foto (tentunya) dan menikmati santap malam disini (mungkin bukan malam, tapi pagi atau siang kali yach?!). Beberapa bagian pantai cukup landai dan dipenuhi oleh perahu-perahu nelayan yang cantik dan berwarna-warni, sesuatu yang agak sulit ditemukan apabila kita berkunjung ke Kuta. Kelebihan lainnya, pantai ini sangat sepi mengingat kunjungan wisatawan sudah dapat dipastikan tersedot ke Pantai Kuta.
Lapar atau capek? jangan kuatir, jejeran hotel dan resort seperti salah satunya Bonsai café dan SAnur Plaza Suite terletak di tepi pantai ini (dilengkapi dengan bangku bangku pantai untuk berjemur pula!). Yap, sepanjang menyusuri pinggiran pantai, saya menemukan sejumalh restoran, baik yang berkesan mahal ataupun yang tampaknya dikhususkan untuk backpacker dengan tarif yang murah meriah.
Berjalan lebih ke arah utara, maka sekarang saatnya untuk memanjakan mata dengan jualan khas pasar. Ada Pasar Sindhu di bagian utara pantai ini. Berkorelasi dengan sepinya pantai, pasar ini juga sepi. Beberapa ning cenderung duduk-duduk di depan kiosnya dan tidak terlihat terlalu agresif juga dalam menawarakn dagangannya. Hal ini sangat berbeda apabila anda pernah berjumpa dengan pedagang dari Legian atau Sukawati. Namun, kehidupan masih bergerak di pasar oantai ini, sejumlah wisatawan dengan keluarganya masih setia dengan pantai Sindhu yang tenang dan syahdu.
Penasaran dengan pantai yang namanya tidak terlalu terkenal ini? coba deh jalan sekian kilometer ke arah bawah dari Jalan Raya Bypass Ngurah Rai dari Sanur. Selang berapa jauh, nanti anda akan bertemu pintu masuk Bonsai café. Nah, sebelum masuk ke Bonsai Café ini anda akan disuguhi dengan berpot-pot pohon bonsai. Sempetkan foto-foto disini. Nah, setelah selsai berfoto dan memasuki sebuah restoran, Pantai SIndhu sudah terbentang di depan anda.
Namun, berhubung saya menginap di Sanur Plaza Hotel, dan ada fasilitas shuttle bus gratis dari Hotel menuju Suite Hotel, Hardy's Shop dan Pantai Bonsai, maka iseng-iseng buat mengisi waktu, pilihan ke Pantai ini pun dibuat.
Dengan jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dan masih merupakan bagian dari Sanur, Pantai Sindhu ternyata menawarkan sejumlah kelebihan diantaranya berupa kondisi pantai yang tenang, unik dan akomodasi yang memadai. Sebagai contoh, pada beberapa bagian pantai, terdapat batu batu besar bulat yang memenuhi pantai sehingga memebntuk semacam tanggul sebelum kita dapat mencapai pantai yang sebenarnya. Terdapat pula semacam gazebo di dekat pantai sehingga kita bisa berfoto-foto (tentunya) dan menikmati santap malam disini (mungkin bukan malam, tapi pagi atau siang kali yach?!). Beberapa bagian pantai cukup landai dan dipenuhi oleh perahu-perahu nelayan yang cantik dan berwarna-warni, sesuatu yang agak sulit ditemukan apabila kita berkunjung ke Kuta. Kelebihan lainnya, pantai ini sangat sepi mengingat kunjungan wisatawan sudah dapat dipastikan tersedot ke Pantai Kuta.
Lapar atau capek? jangan kuatir, jejeran hotel dan resort seperti salah satunya Bonsai café dan SAnur Plaza Suite terletak di tepi pantai ini (dilengkapi dengan bangku bangku pantai untuk berjemur pula!). Yap, sepanjang menyusuri pinggiran pantai, saya menemukan sejumalh restoran, baik yang berkesan mahal ataupun yang tampaknya dikhususkan untuk backpacker dengan tarif yang murah meriah.
Berjalan lebih ke arah utara, maka sekarang saatnya untuk memanjakan mata dengan jualan khas pasar. Ada Pasar Sindhu di bagian utara pantai ini. Berkorelasi dengan sepinya pantai, pasar ini juga sepi. Beberapa ning cenderung duduk-duduk di depan kiosnya dan tidak terlihat terlalu agresif juga dalam menawarakn dagangannya. Hal ini sangat berbeda apabila anda pernah berjumpa dengan pedagang dari Legian atau Sukawati. Namun, kehidupan masih bergerak di pasar oantai ini, sejumlah wisatawan dengan keluarganya masih setia dengan pantai Sindhu yang tenang dan syahdu.
Penasaran dengan pantai yang namanya tidak terlalu terkenal ini? coba deh jalan sekian kilometer ke arah bawah dari Jalan Raya Bypass Ngurah Rai dari Sanur. Selang berapa jauh, nanti anda akan bertemu pintu masuk Bonsai café. Nah, sebelum masuk ke Bonsai Café ini anda akan disuguhi dengan berpot-pot pohon bonsai. Sempetkan foto-foto disini. Nah, setelah selsai berfoto dan memasuki sebuah restoran, Pantai SIndhu sudah terbentang di depan anda.
Monday, November 24, 2008
Kuta Kuta Kuta!
Yak, inilah salah satu pantai di Bali yang sudah menjadi trade mark Bali, bahkan dari awal tahun 19
80-an serta sudah tersohor ke seluruh dunia. Pantai ini bahkan menjadi panduan nama untuk pantai-pantai lainnya seperti Kuta Baru di Pecatu sana(lebih selatan lagi, arah Uluwatu). Diklaim sebagai daerah yang sangat over-komersialisasi dan ditulis-tulis di buku-buku wisata sebagai kantung jebakan turis, namun entah mengapa, Bali bukanlah Bali kalau belum menuju Kuta. Di pantai inilah terletak riuhnya suasana pariwisata Bali yang asli. Pantai-pantai yang dipenuhi oleh turis asing dan pemuda lokal serta mancanegara berselancar bersama, ibu-ibu mengepang rambut serta ada jasa tato temporer 2 minggu maupun penyewaan surfing board dan ban renang. Kuta ditulis sebagai kantung jebakan turis karena sepanjang pantai ini, hanya terdapat deretan hotel-hotel mahal yang berbintang-bintang sehingga cukup jelas mengapa Kuta dituding sudah sangat over-komersialisasi (bahkan dari tahun 1980-an awal). Namun sekali lagi, Bali bukanlah Bali kalau belum sempat berkunjung ke Kuta.
Terletak di 'betis' Bali sisi sebelah barat, dengan hamparan pasir putih yang agak-agak bernuansa kotor (mungkin karena diinjak oleh terlalu banyak pengunjung), Kuta memang barometer pariwisata di Bali secara keseluruhan. Saya pernah di Kuta pada awal Januari 2003, tiga bulan setelah bom besar mengguncang Bali. Kuta tidak ada bedanya sama sekali seperti pantai-pantai lokal yang ada di daerah. Sangat sulit menemukan pengunjung mancanegara, walaupun masih ada satu dua orang. Sepinya Kuta masuk dalam kategori unbelievable. Syukurlah, sekarang situasi pariwisata Bali sudah kembali sehingga perlahan-lahan Kuta kembali ramai dan inilah dia Bali yang sesungguhnya.
Sangat mudah menuju Kuta karena inilah jantung Bali. Umumnya, para turis yang baru saja keluar dari bandara akan menuju lokasi ini guna menemukan penginapan. Sangat logis mengingat dari Kuta, akses jalan ke hampir semua penjuru
Bali sangat mudah ditemukan. Hampir semua lokasi wisata di Bali berpatokan jarak dari Kuta atau Denpasar. Hal lainnya tentu saja dari sisi akomodasi. Seperti memisahkan sehelai jerami dan sebatang jarum, menemukan penginapan dan restoran di Kuta adalah piece of cake. Apabila anda tidak terkesan dengan hotel-hotel mahal di sepanjang Pantai Kuta seperti Mercure, Hard Rock Hotel, dan Sahid, anda bisa beranjak masuk ke bagian gang yang agak dalam (paling populer tentu saja Legian dan Poppies I dan II) guna menemukan hotel, losmen, maupun penginapan yang very budget-travel. Yup, sangat direkomendasikan anda menginap di sisi Bali yang ramai ini (kecuali jika anda memang mencari ketenangan bulan madu dan lainnya) agar perjalanan anda ke bagian Bali yang lain mudah terjangkau.
Terletak di 'betis' Bali sisi sebelah barat, dengan hamparan pasir putih yang agak-agak bernuansa kotor (mungkin karena diinjak oleh terlalu banyak pengunjung), Kuta memang barometer pariwisata di Bali secara keseluruhan. Saya pernah di Kuta pada awal Januari 2003, tiga bulan setelah bom besar mengguncang Bali. Kuta tidak ada bedanya sama sekali seperti pantai-pantai lokal yang ada di daerah. Sangat sulit menemukan pengunjung mancanegara, walaupun masih ada satu dua orang. Sepinya Kuta masuk dalam kategori unbelievable. Syukurlah, sekarang situasi pariwisata Bali sudah kembali sehingga perlahan-lahan Kuta kembali ramai dan inilah dia Bali yang sesungguhnya.
Sangat mudah menuju Kuta karena inilah jantung Bali. Umumnya, para turis yang baru saja keluar dari bandara akan menuju lokasi ini guna menemukan penginapan. Sangat logis mengingat dari Kuta, akses jalan ke hampir semua penjuru
Friday, November 21, 2008
Minggir Sebentar di Patung Satria Gatotkaca, Tuban, Bali
Berhubung waktu check in pesawat yang masih lama, tapi kami sudah on the way menuju bandara Ngurah Rai selepas dari liburan yang singkat, maka sempat-sempatnya kami membu
ka mata lebar-lebar guna mencari objek menarik apa yang masih bisa ditemukan di jalanan menuju bandara. Untungnya, sebelum masuk ke areal bandara, ada sebuah tugu yang dikelilingi taman yang tamapknya menarik untuk dijadikan tempat perhentian sementara sebelum terjebak di dalam bandara menunggu pesawat take-off.
Sebuah monumen/patung besar yang dikelilingi taman di sekelilingnya pastilah tampak mencolok mata karena berada di sebelah kanan jalan dalam perjalanan anda menuju bandara. Patung Satria Gatotkaca itu namanya. Diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1993 oleh Gubernur Bali saat itu, Prof. Dr. Ida Bagus Oka (semuanya ini tercantum di bagain depan monumen). Patung di tengah-tengah taman ini tampaknya mengisahkan pertempuran Gatotkaca yang naik kereta kencana yang ditarik oleh beberapa ekor kuda. Tampak, Gatotkaca sedang memanah menuju entah ke siapa (maaf, saya agak lemah soal ilmu pewayangan). Sekeliling patung tersebut harusnya akan disembur oleh air mancur (ada kolam di sekeliling patung) tapi malam itu air mancurnya tidak aktif. Di sek
eliling kolam terdapat hiasan berbentuk kepala gajah dengan ukiran ukiran rumit khas Bali (Gajah Mada kah? maaf kalau salah, lagi-lagi soal pengetahuan dunia pewayangan yang lemah). Sayangnya, selain sudah malam sehingga hasil fotonya tidak terlalu bagus, patung tersebut tampak kurang semarak walaupun pada beberapa bagian patung terdapat hiasan lampu panjang yang berwarna merah. Di sekeliling taman sendiri terdapat sejumlah patung yang berfungsi untuk menandakan areal masuk atau keluar taman. Dirimbuni oleh tanaman dan pepohonan, taman tersebut pada malam itu cukup banyak pengunjungnya. Hal ini bisa dilihat dari deretan mobil yang diparkir di sisi taman, beberapa pedagang makanan dan tentu saja beberapa turis yang duduk-duduk di sekeliling taman (namun tidak ada yang berfoto-foto sama sekali, like us do). Mungkin kalau siang kami akan mendapatkan beberapa foto yang bagus sehubungan dengan adanya cahaya matahari, namun pastinya harus dibayar dengan panasnya terik matahri karena di bagian tengah taman, tidak ada pohon peneduh sama sekali. Kalau anda sempat dan memeiliki waktu berlebih sebelum pulang ke tanah asal anda, mungkin singgah sebentar di taman ini merupakan salah satu pilihan yang bijak.
Sebuah monumen/patung besar yang dikelilingi taman di sekelilingnya pastilah tampak mencolok mata karena berada di sebelah kanan jalan dalam perjalanan anda menuju bandara. Patung Satria Gatotkaca itu namanya. Diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1993 oleh Gubernur Bali saat itu, Prof. Dr. Ida Bagus Oka (semuanya ini tercantum di bagain depan monumen). Patung di tengah-tengah taman ini tampaknya mengisahkan pertempuran Gatotkaca yang naik kereta kencana yang ditarik oleh beberapa ekor kuda. Tampak, Gatotkaca sedang memanah menuju entah ke siapa (maaf, saya agak lemah soal ilmu pewayangan). Sekeliling patung tersebut harusnya akan disembur oleh air mancur (ada kolam di sekeliling patung) tapi malam itu air mancurnya tidak aktif. Di sek
Thursday, November 20, 2008
Lagi, Cita Rasa Kuliner Bali : Nasio Sio Bak
Malam pun tiba dan saatnya bagi saya untuk mengisi perut yang keroncongan (sebenarnya sich nggak terlalu keroncongan, tapi berhubung masih di Bali, boleh donk diisi lagi dengan satu jenis makanan lagi yang enak dan khas Bali; Saya dan teman sampai mencari-cari lokasi makanan ini, takut penasaran sampai di Jakarta, begitu katanya). Sekali lagi, bersama Titiles, Nasi Lawar (saya nggak nyoba!) dan Babi Guling, makanan ini mengandung babi sehingga haram untuk dikon
sumsi oleh teman-teman yang Muslim. Namun buat info aja, Nasi Sio Bak ini cukup populer di Bali, bersanding dengan Babi Guling. Komposisinya pun sebenarnya hampir serupa karena mayoritas berisi daging babi dari berbagai penjuru tubuh babi, sedikit lemak, dan kerupuk babi. Perbedaanya, Sio Bak ini basah karena berkuah (kuah kental yang eni bengi alias enak banget!). Walaupun berdaging babi total, Sio Bak ini juga sehat karena siraman kuah kari babinya mengandung sayur seperti wortel, jamur dan mentimun sebagai acar. Ya, Sio Bak ini termasuk salah satu makanan yang highly recommended ketika anda berkunjung ke Bali.
Jangan bayangkan makanan ini terletak di restoran mahal atau di dalam hotel bintang sekian karena anda bisa mendapatkan Sio Bak ini di kedai pinggir jalan (rumah makan semi terbuka dengan kipas angin). Untuk satu orang, saya hanya membayar RP. 14.000 saja. Suatu harga yang, menurut saya, sangat sesuai untuk apa yang didapatkan. Penjual Sio bak cukup banyak di Bali namun yang saya kunjungi ini terletak di dekat Jalan Teuku Umar, di dekat pasar lama Denpasar (Saya lupa nama jalannya). Untuk menuju kesini, anda pasti akan melewati deretan toko-toko lama khas jaman dahulu yang sekaligus akan mengingatkan anda akan suasana di era tahun 1940-1950 an.
Jangan bayangkan makanan ini terletak di restoran mahal atau di dalam hotel bintang sekian karena anda bisa mendapatkan Sio Bak ini di kedai pinggir jalan (rumah makan semi terbuka dengan kipas angin). Untuk satu orang, saya hanya membayar RP. 14.000 saja. Suatu harga yang, menurut saya, sangat sesuai untuk apa yang didapatkan. Penjual Sio bak cukup banyak di Bali namun yang saya kunjungi ini terletak di dekat Jalan Teuku Umar, di dekat pasar lama Denpasar (Saya lupa nama jalannya). Untuk menuju kesini, anda pasti akan melewati deretan toko-toko lama khas jaman dahulu yang sekaligus akan mengingatkan anda akan suasana di era tahun 1940-1950 an.
Tuesday, November 18, 2008
The Cultural Park, Garuda Wishnu Kencana
The one of Bali-Icon-Wannabe, and yes, it will be! Garuda Wishnu Kencana yang disebut sebagai cultural park ini akan menjadi salah satu ikon Bali ketika pembangunannya selesai. Namun s
ayangnya, sampai saat tulisan ini diturunkan, taman tersebut masih masuk dalam masa pembangunan walaupun sudah bisa dinikmati oleh pengunjung secara garis besar.
Sebelumnya, apa sich taman Garuda Wishnu Kencana atau yang dikenal sebagai GWK ini? Terletak di Bukit Ungasan, Jimbaran, pada Jalan Raya Uluwatu, selepas Universitas Udayana, taman ini dikenal sebagai Taman Kultural yang terbesar di Bali (atau mungkin Indonesia?) Jangan kuatir, anda tidak akan mungkin tersesat untuk menuju lokasi ini. Pada persimpangan Tuban yang akan menuju Nusa Dua atau Uluwatu, pilihlah Uluwatu. Apabila anda berjumpa dengan McDonald dan Gerbang Universitas Udayana, anda sudah berada di jalur yang benar. Gerbang GWK akan muncul di sebelah kiri anda sekian kilometer berikutnya.
Esensi dari taman ini adalah patung Wishnu (salah satu Dewa dalam kebudayaan Hindu, Wishnu digambarkan sebagai Sang Pencipta, bersama-sama dengan Brahma, Sang Pemelihara dan Syiwa, Sang Perusak) yang menaiki Burung Garuda Kencana. Apabila proses pembangunannya selesai, maka dari Patung Wishnu yang menaiki Garuda Kencana ini akan dapat terlihat dari beberapa tempat di Bali. Sungguh keren! Sayangnya, proses pembuatannya sempat terhenti beberapa tahun (bahkan sempat mandek antara tahun 2003-2007) karena masalah finansial (beberapa rumor bahkan sempat menyebutkan bahwa Sang Arsitek meninggal sebelum sempat menyelesaikan patung ini. Rumor Has It). Selepas tahun 2007, pembangunan pun berlanjut sehingga kini anda dapat menyaksikan patung WIshnu setengah tubuh dan Patung Kepala Garuda beserta sayapnya di lokasi yang berbeda. Ya, kedua patung tersebut belum direkatkan karena masih dalam masa penyelesaian. Patung WIshnu berada di pelataran utama (lengkap dengan air mancur di sekeliling patung) dan Patung Garuda berada di area taman yang sering dijadikan perhelatan event bergengsi, diantara potongan batu-batu cadas (sungguh mengagumkan bagaimana hasil karya dapat memotong batu cadas sedemikian rupa!).
Begitu masuk, anda akan dibebankan biaya masuk sebesar Rp. 25.000 per orang (mudah-mudahan tidak berubah sampai tulisan ini diturunkan). Anda beserta mobil (tampaknya tidak ada opsi lain selain menyewa mobil menuju lokasi yang agak terpencil di Bali Selatan ini) harus mengelilingi sejumlah bagian taman yang sudah direnovasi, mulai dari hiasan ukiran berukuran besar di tepi jalan, hingga batu-batu cadas besar (raksasa) yang dipotong sehingga menyerupai kue balok raksasa yang pastiny
a akan mengundang kekaguman anda (dan berfoto tentunya!). Ketika masuk, ada dua jalan yang dapat ditempuh, via bawah (amfiteater dan museum) atau via bawah (Patung Wishnu dan Pelataran Kura-Kura. Kita mulai dari bawah saja yach...
Disini, ada sejumlah tempat untuk anda beristirahat, mulai dari amfiteater, kios-kios penjual makanan, museum, dan lokasi Patung Garuda Kencana yang sering dijadikan pagelaran event akbar, mulai dari rave party, event kontemplasi, hingga acara budaya yang sangat Indonesia. Sayangnya, apabila panas menyengat, lokasi-lokasi ini bukanlah pilihan bijak. Tidak ada satupun area berteduh yang bagus karena Ungasan pada dasarnya adalah wilayah cadas yang tandus. Jarang pepohonan di wilayah ini. Naik ke atas, anda akan berjumpa dengan sebuah patung sapi (di bawah juga sudah ada patung sapi sich...) dan sebuah kolam yang lumayan menarik. Disini, kerindangan mulai sedikit menyergap. Anda bisa duduk di bawah pepohonan rindang di kursi kursi taman yang tersedia. Namun, sayang, di lokasi ini tidak terdapat sesuatu apapun yang menarik kecuali pemandangan Bali di kejauhan. Naik ke atas lagi, disinilah anda akan berjumpa Patung Wishnu dan lokasi perhentian mobil via atas. Lokasi ini sudah pasti menjadi daya tarik wisatawan yang ingin mengabadikan dirinya telah sampai di Taman GWK. Kerindangan di bagian ini agak lumayan sehingga anda bisa berteduh dari kejamnya sengatan matahri di siang hari (oh yach, anda akan mengunjungi taman ini pada siang hari, bukan pada malam hari, harap dicatat!). Apabila tidak ada event akbar, maka GWK ini cukup ramai dikunjungi walaupun tidak ada atraksi yang terlalu menarik yang membuat anda betah berlama-lama disini. Walaupun demikian, berfoto diantara batu batu cadas yang dipotong tentunya bisa sedikit memberi warna berbeda untuk profile anda.
Sebelumnya, apa sich taman Garuda Wishnu Kencana atau yang dikenal sebagai GWK ini? Terletak di Bukit Ungasan, Jimbaran, pada Jalan Raya Uluwatu, selepas Universitas Udayana, taman ini dikenal sebagai Taman Kultural yang terbesar di Bali (atau mungkin Indonesia?) Jangan kuatir, anda tidak akan mungkin tersesat untuk menuju lokasi ini. Pada persimpangan Tuban yang akan menuju Nusa Dua atau Uluwatu, pilihlah Uluwatu. Apabila anda berjumpa dengan McDonald dan Gerbang Universitas Udayana, anda sudah berada di jalur yang benar. Gerbang GWK akan muncul di sebelah kiri anda sekian kilometer berikutnya.
Esensi dari taman ini adalah patung Wishnu (salah satu Dewa dalam kebudayaan Hindu, Wishnu digambarkan sebagai Sang Pencipta, bersama-sama dengan Brahma, Sang Pemelihara dan Syiwa, Sang Perusak) yang menaiki Burung Garuda Kencana. Apabila proses pembangunannya selesai, maka dari Patung Wishnu yang menaiki Garuda Kencana ini akan dapat terlihat dari beberapa tempat di Bali. Sungguh keren! Sayangnya, proses pembuatannya sempat terhenti beberapa tahun (bahkan sempat mandek antara tahun 2003-2007) karena masalah finansial (beberapa rumor bahkan sempat menyebutkan bahwa Sang Arsitek meninggal sebelum sempat menyelesaikan patung ini. Rumor Has It). Selepas tahun 2007, pembangunan pun berlanjut sehingga kini anda dapat menyaksikan patung WIshnu setengah tubuh dan Patung Kepala Garuda beserta sayapnya di lokasi yang berbeda. Ya, kedua patung tersebut belum direkatkan karena masih dalam masa penyelesaian. Patung WIshnu berada di pelataran utama (lengkap dengan air mancur di sekeliling patung) dan Patung Garuda berada di area taman yang sering dijadikan perhelatan event bergengsi, diantara potongan batu-batu cadas (sungguh mengagumkan bagaimana hasil karya dapat memotong batu cadas sedemikian rupa!).
Begitu masuk, anda akan dibebankan biaya masuk sebesar Rp. 25.000 per orang (mudah-mudahan tidak berubah sampai tulisan ini diturunkan). Anda beserta mobil (tampaknya tidak ada opsi lain selain menyewa mobil menuju lokasi yang agak terpencil di Bali Selatan ini) harus mengelilingi sejumlah bagian taman yang sudah direnovasi, mulai dari hiasan ukiran berukuran besar di tepi jalan, hingga batu-batu cadas besar (raksasa) yang dipotong sehingga menyerupai kue balok raksasa yang pastiny
Disini, ada sejumlah tempat untuk anda beristirahat, mulai dari amfiteater, kios-kios penjual makanan, museum, dan lokasi Patung Garuda Kencana yang sering dijadikan pagelaran event akbar, mulai dari rave party, event kontemplasi, hingga acara budaya yang sangat Indonesia. Sayangnya, apabila panas menyengat, lokasi-lokasi ini bukanlah pilihan bijak. Tidak ada satupun area berteduh yang bagus karena Ungasan pada dasarnya adalah wilayah cadas yang tandus. Jarang pepohonan di wilayah ini. Naik ke atas, anda akan berjumpa dengan sebuah patung sapi (di bawah juga sudah ada patung sapi sich...) dan sebuah kolam yang lumayan menarik. Disini, kerindangan mulai sedikit menyergap. Anda bisa duduk di bawah pepohonan rindang di kursi kursi taman yang tersedia. Namun, sayang, di lokasi ini tidak terdapat sesuatu apapun yang menarik kecuali pemandangan Bali di kejauhan. Naik ke atas lagi, disinilah anda akan berjumpa Patung Wishnu dan lokasi perhentian mobil via atas. Lokasi ini sudah pasti menjadi daya tarik wisatawan yang ingin mengabadikan dirinya telah sampai di Taman GWK. Kerindangan di bagian ini agak lumayan sehingga anda bisa berteduh dari kejamnya sengatan matahri di siang hari (oh yach, anda akan mengunjungi taman ini pada siang hari, bukan pada malam hari, harap dicatat!). Apabila tidak ada event akbar, maka GWK ini cukup ramai dikunjungi walaupun tidak ada atraksi yang terlalu menarik yang membuat anda betah berlama-lama disini. Walaupun demikian, berfoto diantara batu batu cadas yang dipotong tentunya bisa sedikit memberi warna berbeda untuk profile anda.
Monday, November 17, 2008
Ayo Berolahraga Air di Nusa Dua dan Tanjung Benoa!
Disebut-sebut sebagai lokasi paling "pas" untuk olahraga air di Bali, Tanjung Benoa sekaligus Nusa Dua sangat tersohor untuk urusan ini. Terletak di Bali bagian selatan, wilayah Tuban, dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam dari Kuta, pesona tempat ini bagaikan magne
t yang menarik para wisatawan. Sepanjang perjalanan menuju ujung Benoa, mata anda akan dimanjakan oleh daerah pesisir Bali Selatan yang dipenuhi dengan tanaman bakau dan pantai serta jalan yang agak berbukit-bukit (naik turun). Nama Nusa Dua sendiri tampaknya sangat lekat sekali dengan Tanjung Benoa sehingga penyebutannya selalu Tanjung Benoa dan Nusa Dua. Kedua wilayah ini merujuk pada dua lokasi yang berbeda. Ketika di daerah Tuban, Kuta Selatan, anda akan dihadapkan pada percabangan jalan di Jimbaran yang menuju Uluwatu (arah kanan) atau Benoa (arah kiri). Nah, ketika anda menyusuri jalan raya tersebut yang dipenuhi [pohon bakau, anda akan bertemu dengan Nusa Dua terlebih dahulu, baru berakhir di Tanjung Benoa, suatu bagian dari Bali Selatan yang mencuat ke dalam ke arah Pulau Bali besar.
Di jalan yang tidak terlalu lebar ini (hanya dimuati oleh dua buah mobil arah berseberangan), anda akan menemukan berbagai hotel mewah dan lokasi olahraga air. Silahkan pilih. Untuk harga, kebanyakan dari mereka memang tidak mematok rentang harga yang terlalu terlampau jauh. Akan tetapi, akan lebih bagus apabila anda memiliki kemampuan untuk menawar paket olahraga air yang ditawarkan atau justru malah berkesan jual mahal agar mereka mau menurunkan harganya sehingga anda senang, mereka pun senang karena ada yang menggunakan jasanya. Paket olahrga air yang ditawarkan disini cukup beragam, mulai dari yang standard seperti banana boat, parasailing, speed boat, snorkeling, hingga yang agak aneh dan baru seperti misalnya flying manta (saya belum pernah mencobanya!). Untuk harga, sebenarnya semua berada pada kisaran harga normal namun tetap bisa ditawar hingga maksimal setengahnya (ini dengan usaha yang sangat keras sekali!). Untuk olahraga yang umum yang banyak diminati seperti banana boat atau parasailing, anda bisa saja mendapatkan harga murah apalagi jika anda datang dalam kelompok. Namun, untuk yang agak aneh seperti flying manta yang tadi disebutkan, agak susah untuk mendapatkan harga murah sehubungan dengan jarangnya olahraga tersebut dan peminat yang belum te
rlalu banyak. Sedikit saran, apabila tidak tertarik, maka anda bisa berkata dengan sopan bahwa anda tidak menginginkan olahraga air kepada Bli yang menawarkan. Tidak usah bertanya tentang harga apabila anda tidak berniat berolahraga sebab mereka akan merayu anda sampai dapat apabila anda terlihat tertarik dengan penawaran mereka (anda baru datang sekalipun akan langsung ditawari oleh mereka!). Jangan kuatir, biasanya selama anda melakukan olahraga, apalagi untuk anda yang tergolong baru, pemandu sudah biasa untuk menerangkan berbagai aturan agar anda tetap selamat selama proses melakukan kegiatan ini. Bagi anda yang tidak bisa Bahasa Indonesia? Jangan kuatir! Pemandu tersebut bisa berbagai macam bahasa (Ia sempat menggunakan bahasa mandarin Taiwan kepada saya sebelum saya menjelaskan bahwa saya adalah warga Negara Indonesia!).
Untuk anda yang tidak berniat berbasah-basah ria namun tetap berniat menikmati Tanjung Benoa, ada kegiatan yang dapat dilakukan selain duduk-duduk saja dan menutupi kaki dengan pasir (sambil ditawari oleh Bli yang canggih merayu). Ada kegiatan naik glassbottom boat menuju Pulau Penyu (sebenarnya, ini merupakan wilayah lain di Benoa yang masih satu daratan namun lebih mudah dicapai dengan perahu). Paket perjalanan ini akan lebih seru apabila dilakukan beramai-ramai (dan lebih murah tentunya!). Perjalanan menuju Pulau Penyu akan berlangsung sekitar 15-20 menit. Ketika berjalan, di tengah laut perahu akan berhenti untuk melihat ke dasar kaca guna mempertunjukkan kekayaan biota laut. Sayangnya, entah laut yang memang keruh atau Tanjung Benoa yang sudah rusak sehingga saya hanya melihat beberapa terumbu karang dengan warna yang kurang menarik (coklat dan hijau) plus ikan-ikan garis yang berseliweran kesana kemari (anda dapat roti bulukan gratis untuk dibagi-bagi kepada ikan-ikan tersebut). Kegiatan tersebut tidak berlangsung lama karena anda harus segera menuju Pulau Penyu. So, sudahkah anda memutuskan mau ngapain di Tanjung Benoa?
Di jalan yang tidak terlalu lebar ini (hanya dimuati oleh dua buah mobil arah berseberangan), anda akan menemukan berbagai hotel mewah dan lokasi olahraga air. Silahkan pilih. Untuk harga, kebanyakan dari mereka memang tidak mematok rentang harga yang terlalu terlampau jauh. Akan tetapi, akan lebih bagus apabila anda memiliki kemampuan untuk menawar paket olahraga air yang ditawarkan atau justru malah berkesan jual mahal agar mereka mau menurunkan harganya sehingga anda senang, mereka pun senang karena ada yang menggunakan jasanya. Paket olahrga air yang ditawarkan disini cukup beragam, mulai dari yang standard seperti banana boat, parasailing, speed boat, snorkeling, hingga yang agak aneh dan baru seperti misalnya flying manta (saya belum pernah mencobanya!). Untuk harga, sebenarnya semua berada pada kisaran harga normal namun tetap bisa ditawar hingga maksimal setengahnya (ini dengan usaha yang sangat keras sekali!). Untuk olahraga yang umum yang banyak diminati seperti banana boat atau parasailing, anda bisa saja mendapatkan harga murah apalagi jika anda datang dalam kelompok. Namun, untuk yang agak aneh seperti flying manta yang tadi disebutkan, agak susah untuk mendapatkan harga murah sehubungan dengan jarangnya olahraga tersebut dan peminat yang belum te
Untuk anda yang tidak berniat berbasah-basah ria namun tetap berniat menikmati Tanjung Benoa, ada kegiatan yang dapat dilakukan selain duduk-duduk saja dan menutupi kaki dengan pasir (sambil ditawari oleh Bli yang canggih merayu). Ada kegiatan naik glassbottom boat menuju Pulau Penyu (sebenarnya, ini merupakan wilayah lain di Benoa yang masih satu daratan namun lebih mudah dicapai dengan perahu). Paket perjalanan ini akan lebih seru apabila dilakukan beramai-ramai (dan lebih murah tentunya!). Perjalanan menuju Pulau Penyu akan berlangsung sekitar 15-20 menit. Ketika berjalan, di tengah laut perahu akan berhenti untuk melihat ke dasar kaca guna mempertunjukkan kekayaan biota laut. Sayangnya, entah laut yang memang keruh atau Tanjung Benoa yang sudah rusak sehingga saya hanya melihat beberapa terumbu karang dengan warna yang kurang menarik (coklat dan hijau) plus ikan-ikan garis yang berseliweran kesana kemari (anda dapat roti bulukan gratis untuk dibagi-bagi kepada ikan-ikan tersebut). Kegiatan tersebut tidak berlangsung lama karena anda harus segera menuju Pulau Penyu. So, sudahkah anda memutuskan mau ngapain di Tanjung Benoa?
Friday, November 14, 2008
Visit Bali JOGER Times
Satu tempat yang sudah pasti menjadi ikon Bali selain pura dan terletak di Jalan Raya Kuta adalah JOGER. Yup, sebutan Joger saja suda
h mampu melayangkan pikiran orang untuk berkelana ke sebuah toko yang unik, yang tentunya, sangat autentik Bali. Betapa tidak? sepanjang anda mulai parkir, hingga anda keluar dari kendaraan, lalu anda masuk ke dalam toko, berbelanja, memilih milih barang, membayar, mendapat belanjaan hingga keluar dari pintu dan kembali ke kendaraan, dijamin, anda akan tersenyum, tertawa, tergugah, terpesona, dan ter lainnya karena JOGER menyajikan berbagai lelucon khas Joger yang menurut saya, leluconnya merupakan lelucon cerdas! Saya suka berbelanja di Joger!
Ya, lelucon yang hadir disini adalah lelucon kata-kata (karena pada esensinya, Joger adalah pabrik kata-kata) yang cerdas, tidak sarkastik, mendidik, dan mengajak pula. Ajakan tersebut tampil dalam kata-kata yang mengajak pembeli untuk mencintai Bali dan pariwisatanya serta produknya tentunya. Apabila menghina, Joger pun sudah cukup terkenal dengan tag-nya "Joger Jelek" yang maksudnya justru mengolok-olok diri sendiri karena produknya memang menurut sang pemilik, tidak bagus. Namun, sekali lagi, ini justru merupakan up-selling market produk Joger. Dengan tag-nya yang justru humble, ia dapat menarik berbagai kalangan untuk datang ke Bali dan tentunya, berbelanja di Joger. Visit Bali 2008 times misalnya, adalah tag line yang digunakan setiap tahun berlangsung yang bermaksud untuk mengajak wisatawan datang kembali ke Bali dan memiliki kenang-kenangan akan produk yang dibeli di tahun dimana sang turis mengunjungi Bali.
Kata-kata tersebut tercantum di berbagai tempat, mulai dari tembok areal parkir, papan pengumuman, pintu masuk, kasir, deretan produk produk seperti kaos, gantungan kunci, kendi, hiasan rumah, produk elektronik, hingga atap, dan lantai serta dudukan untuk beristirahat. Intinya, anda akan terus tersenyum selama anda berada di dalam Joger. Sebelum masuk, anda bahkan diberi oleh-oleh gratis, baik anda berbelanja ataupun tidak. Oleh-olehnya berupa stiker tulisan Joger yang ditempel di pakaian y
ang anda kenakan. Setelah itu, silahkan manjakan mata anda dengan produk-produk unik yang menurut saya tiada duanya dan tidak akan ditemukan di Indonesia, bahkan dunia seperti jam terbalik, mug (maaf) payudara, asbak (maaf) penis dan berbagai produk unik lainnya.
Tidak hanya itu. Selain produk-produk yang menurut saya agak nyeleneh, arsitektur juga cukup menarik seperti misalnya area pakaian anak yang hanya bisa dimasuki ketika kita menunduk atau harus melewati pintu yang kecil. Yah, nikmati waktu anda selama berada di Joger untuk memanjakan mata anda akan produk-produk unik di pabrik kata-kata.
Ya, lelucon yang hadir disini adalah lelucon kata-kata (karena pada esensinya, Joger adalah pabrik kata-kata) yang cerdas, tidak sarkastik, mendidik, dan mengajak pula. Ajakan tersebut tampil dalam kata-kata yang mengajak pembeli untuk mencintai Bali dan pariwisatanya serta produknya tentunya. Apabila menghina, Joger pun sudah cukup terkenal dengan tag-nya "Joger Jelek" yang maksudnya justru mengolok-olok diri sendiri karena produknya memang menurut sang pemilik, tidak bagus. Namun, sekali lagi, ini justru merupakan up-selling market produk Joger. Dengan tag-nya yang justru humble, ia dapat menarik berbagai kalangan untuk datang ke Bali dan tentunya, berbelanja di Joger. Visit Bali 2008 times misalnya, adalah tag line yang digunakan setiap tahun berlangsung yang bermaksud untuk mengajak wisatawan datang kembali ke Bali dan memiliki kenang-kenangan akan produk yang dibeli di tahun dimana sang turis mengunjungi Bali.
Kata-kata tersebut tercantum di berbagai tempat, mulai dari tembok areal parkir, papan pengumuman, pintu masuk, kasir, deretan produk produk seperti kaos, gantungan kunci, kendi, hiasan rumah, produk elektronik, hingga atap, dan lantai serta dudukan untuk beristirahat. Intinya, anda akan terus tersenyum selama anda berada di dalam Joger. Sebelum masuk, anda bahkan diberi oleh-oleh gratis, baik anda berbelanja ataupun tidak. Oleh-olehnya berupa stiker tulisan Joger yang ditempel di pakaian y
Tidak hanya itu. Selain produk-produk yang menurut saya agak nyeleneh, arsitektur juga cukup menarik seperti misalnya area pakaian anak yang hanya bisa dimasuki ketika kita menunduk atau harus melewati pintu yang kecil. Yah, nikmati waktu anda selama berada di Joger untuk memanjakan mata anda akan produk-produk unik di pabrik kata-kata.
Thursday, November 13, 2008
Mencicipi Janji Tag "Sepotong Rasa Desa Italia" di Jakarta
Restoran ini pernah masuk dalam sejumlah media dengan ulasan seperti "Sepotong Rasa Desa Italia" dan sejenisnya. Saya akhirnya berkesempatan mencicipi makanan Ti Amo yang dalam bahasa Indonesia artinya "Aku Mencin
taimu". Kebetulan, diskon 50% dengan pembelanjaan minimal Rp. 100.000 menjadi gimmick yang menyenangkan untuk budget-traveller seperti saya. Tertarik dengan rasa Italia (dan harga diskon) akhirnya saya masuk guna mencicipi sepotong desa Italia yang digembar-gembarkan tersebut.
Terletak di One Pacific Place, SCBD, sebelah Hotshot burger dan di lantai tertinggi, Ti Amo memang menarik untuk dikunjungi atau bagi anda yang hanya ingin mencicipi desa Italia ini. Hal pertama yang patut diacungi jempol adalah arsitektur dan interior ruangan yang dibuat sangat cozy, hommy dan jauh dari kesan modern minimalis. Dinding Batu bata dengan sedikit tempelan batu-batu kali sebagai semacam sejenis "perbaikan dinding" mencitrakan Italia begitu kuatnya (atau lebih tepatnya desa di Eropa Tengah). Bangku-bangku yang laksana terbuat dari kayu dengan hiasan ayam jantan, lukisan dinding yang kompleks hingga hiasan keramik dan mosaik keramik semakin memperkuat citra tersebut. Tak lupa, hal ini diperkuat dengan pintu kayu, lampu antik (jaman Glasgow?), tempat bumbu yang penuh ukiran dan lentik, serta hiasan tanaman merambat dan kering seperti yang tumbuh banyak di daerah Mediterania. Apabila anda berjumlah minimal 5 orang, maka anda bisa memesan lokasi tertinggi di Pacific Place sebagai lokasi perjamuan anda. Dengan bentuk seperti gazebo taman dengan hiasan tanaman merambat dan kebuh dan bush di sekelilingnya (anggur?) plus keramik-keramik utuh, pecah maupun mosaik dijamin semakin membuat anda betah memanjakan mata anda. Jangan lupa, foto kenangan tersebut agar anda bisa mengingat, betapa kuatnya Italia (atau Eropa Tengah disini).
Soal makanan, saya tidak berkomentar banyak. Pertama, tentu ini berkaitan dengan selera. Cita rasa Italia dan Pizza terautentik Eropa memang harusnya berada disini mengingat resepnya sendiri pun didapat dari keluarga disana. Namun bagi saya, orang Asia Jakarta yang sudah bergaul dekat dengan pan pizza, pizza bukanlah pizza apabila tidak tebal. Ya, saya bukan aliran yang menyukai pizza tipis dan mirip seperti cracker. So, secara umum ras
a pizza ini cukup acceptable, but sekali lagi, ini soal selera. Pizza Francescana yang saya pesan siang itu. Secara umum, Pizza dibagi menjadi dua, Family dan Reguler. Family bisa dikonsumsi oleh 3-4 orang dan Reguler bisa dikonsumsi oleh 1-2 orang. Harga Reguler berkisar Rp. 50.000 dan Family Rp. 90.000. Pizza Francescana yang konon katanya adalah favorit di Ti Amo berisi smoked beef, keju mozarella dan saus. Untuk minumnya, kondisinya berbalik. Saya memesan Ice Cappucino dan lidah saya menari-nari karena bahagia begitu mencicipi minuman ini. Ya, rasa kopi yang ditimbulkannya sungguh merupakan berkah untuk saya yang sudah lama jarang bertemu kopi enak. Ya, saya penggemar kopi sehingga mungkin penilaian ini bisa bias. Namun, sekali lagi, kopinya patut dicoba! Ice Cappucino berharga Rp. 30.000. Tidak lupa, setiap pemesanan menu apapun, anda akan mendapatkan bonus garlic bread yang dipanggang dengan keju dan mentega yang autentik karena masih berbau kuat!
Makan di Ti Amo sungguh merupakan pengalaman yang menarik. Pada malam itu, bangku sebagian besar memang tidak terisi. Hanya ada 3 orang lain selain saya di dalam restoran yang tidak terlalu besar tersebut. Dua pasangan, warga lokal dan satunya lagi orang asing, sendirian. Kekurangan yang tampak kasat mata mungkin hanya pada penyajian audio. Lagu Andrea Bocelli dilantunkan oleh kaset di langit-langit. Walaupun berbahasa dan dialek unik seperti di Eropa, namun tampak jelas bahwa lagu yang diputar adalah French Song, not Italian Song. Akan lebih baik apabila Ti Amo dapat memutar musik Italia yang original instead of Perancis. Yah, walaupun saya yakin hanya sedikit orang yang menyadari perbedaan ini, namun alangkah lebih baik apabila image Italia yang sudah tertanam oleh arsitektur dan interiornya tidak kacau oleh lagu yang dialunkan.

Terletak di One Pacific Place, SCBD, sebelah Hotshot burger dan di lantai tertinggi, Ti Amo memang menarik untuk dikunjungi atau bagi anda yang hanya ingin mencicipi desa Italia ini. Hal pertama yang patut diacungi jempol adalah arsitektur dan interior ruangan yang dibuat sangat cozy, hommy dan jauh dari kesan modern minimalis. Dinding Batu bata dengan sedikit tempelan batu-batu kali sebagai semacam sejenis "perbaikan dinding" mencitrakan Italia begitu kuatnya (atau lebih tepatnya desa di Eropa Tengah). Bangku-bangku yang laksana terbuat dari kayu dengan hiasan ayam jantan, lukisan dinding yang kompleks hingga hiasan keramik dan mosaik keramik semakin memperkuat citra tersebut. Tak lupa, hal ini diperkuat dengan pintu kayu, lampu antik (jaman Glasgow?), tempat bumbu yang penuh ukiran dan lentik, serta hiasan tanaman merambat dan kering seperti yang tumbuh banyak di daerah Mediterania. Apabila anda berjumlah minimal 5 orang, maka anda bisa memesan lokasi tertinggi di Pacific Place sebagai lokasi perjamuan anda. Dengan bentuk seperti gazebo taman dengan hiasan tanaman merambat dan kebuh dan bush di sekelilingnya (anggur?) plus keramik-keramik utuh, pecah maupun mosaik dijamin semakin membuat anda betah memanjakan mata anda. Jangan lupa, foto kenangan tersebut agar anda bisa mengingat, betapa kuatnya Italia (atau Eropa Tengah disini).
Soal makanan, saya tidak berkomentar banyak. Pertama, tentu ini berkaitan dengan selera. Cita rasa Italia dan Pizza terautentik Eropa memang harusnya berada disini mengingat resepnya sendiri pun didapat dari keluarga disana. Namun bagi saya, orang Asia Jakarta yang sudah bergaul dekat dengan pan pizza, pizza bukanlah pizza apabila tidak tebal. Ya, saya bukan aliran yang menyukai pizza tipis dan mirip seperti cracker. So, secara umum ras

Makan di Ti Amo sungguh merupakan pengalaman yang menarik. Pada malam itu, bangku sebagian besar memang tidak terisi. Hanya ada 3 orang lain selain saya di dalam restoran yang tidak terlalu besar tersebut. Dua pasangan, warga lokal dan satunya lagi orang asing, sendirian. Kekurangan yang tampak kasat mata mungkin hanya pada penyajian audio. Lagu Andrea Bocelli dilantunkan oleh kaset di langit-langit. Walaupun berbahasa dan dialek unik seperti di Eropa, namun tampak jelas bahwa lagu yang diputar adalah French Song, not Italian Song. Akan lebih baik apabila Ti Amo dapat memutar musik Italia yang original instead of Perancis. Yah, walaupun saya yakin hanya sedikit orang yang menyadari perbedaan ini, namun alangkah lebih baik apabila image Italia yang sudah tertanam oleh arsitektur dan interiornya tidak kacau oleh lagu yang dialunkan.
Wednesday, November 12, 2008
Peta Ambarita, Samosir

Dengan angkot seharga Rp. 3.000 saja dari Tomok, anda sudah bisa mencapai desa ini. Ambarita memang menjadi salah satu situs kebudayaan unik di Samosir berkaitan dengan kehidupan masyarakat Pasca Raja Siallagan, dan ritus Batukursi yang unik sekaligus menyeramkan. Ya, Ambarita memang terkenal karena batukursinya. Bentuk Batukursi ini sejenis kursi yang mengelilingi fokus pada sebuah meja dimana meja ini nantinya akan digunakan untuk mengadili pesakitan pada jaman dahulu. Pesakitan yang terbukti bersalah akan dieksekusi dengan cara dipenggal kepalanya. Agak menakutkan yach? Darah si pesakitan ini konon akan diminum habis oleh Raja dan kaum pemerintah pada waktu itu. Sehingga, tidak heran jika hingga saat ini muncul anggapan bahwa Orang Batak suka memakan orang. Ya, ini karena berkaitan dengan tradisi unik dan agak menyeramkan ini. Hukuman lainnya yang diberlakukan adalah pemasungan. Ada satu blok pemasungan dimana berisi sebuah boneka yang dipasung untuk mendioramakan kejadian pada masa lampau. Selain Batukursi, Makam Raja Siallagan dan Blok Pemasungan, Ambarita terkenal dengan alamnya yang mengagumkan. Perpaduan antara bukit dengan sungai dan sawah sementara di kejauhan terlihat pesisir Danau Toba, sungguh membuat cantik kawasan ini. Di sela-sela pemandangan tersebut, menyembullah beberapa makan keluarga dengan kepala kubur berupa Rumah Bolon atau Salib yang unik dan tidak akan pernah anda jumpai di tempat lain. So, Ambarita harusnya akan menjadi next destination anda berikutnya donk?
Monday, November 10, 2008
Peta Tomok, Samosir
Tomok, desa kecil di pesisir timur Pulau Samosir adalah desa yang menggantungkan hidupnya total pada bidang agraris, perdagangan dan
pariwisata. porsi ketiganya hampir kuat dirasakan berpengaruh di Tomok. Desa yang ukurannya tidak terlalu luas ini tampaknya sudah cukup mendapat pengaruh modernitas yang cukup besar di kalangan masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan persandingan makam, gereja tua, becak motor, kehidupan masyarakatnya yang sederhana dan bersahaja namun dibarengi dengan penggunaan bahasa Inggris pada saat menyapa wisatawan asing. Desa cantik ini terletak di pesisir pantai, namun pada arah sebaliknya, bukit-bukit hijau, sungai dan sawah mengelilingi daerah ini. Bisa anda bayangkan pemandangan seperti apa yang akan anda dapatkan? Breathtaking. Really.
Banyaknya makam dan benda-benda peninggalan jaman megalitik dan purba, menjadikan lokasi ini sebagai salah satu situs kebudayaan Batak yang cukup kuat dan terkenal di kalangan wisatawan. Apalagi lokasinya yang terletak tepat di tepi dermaga penghubung Parapat, lokasi ini makin mudah dicapai. Makam besar seperti Makam Raja Sidabutar dan keluarganya, Museum Batak, Patung Sigale-Gale, Batukursi Tomok, Patung Gajah, HKBP Resort Tomok dan gereja gereja yang sederhana memenuhi daerah ini. Ditambah dengan resort yang berada di Tuk Tuk Siadong, daerah ini sudah seperti kota pariwisata. Dengan jarak yang tidak terlalu lebar, anda bahkan bisa menyapa warga sekitar sambil berjalan kaki. Atau, mau merasakan eksotisme Samosir? Naiklah becak motor atau mungkin angkot untuk berkeliling wilayah ini. Jangan kuatir, hanya ada satu angkot sehingga anda tidak akan mungkin tersasar. Note saja, angkot akan berhenti selepas malam, jadi perhatikan waktu kunjungan anda.
Yuk, kunjungi desa yang luar biasa cantik ini. Dari Medan, anda cukup butuh waktu 4-5 Jam sampai di Parapat dengan mobil carteran atau bus antar kota. Ekstra satu jam lagi untuk menyeberang dari Ajibata ke Tomok (Ferry kecil, Rp. 4.000). Effort yang dikeluarkan akan sangat sepadan dengan kualitas perjalanan anda.

Banyaknya makam dan benda-benda peninggalan jaman megalitik dan purba, menjadikan lokasi ini sebagai salah satu situs kebudayaan Batak yang cukup kuat dan terkenal di kalangan wisatawan. Apalagi lokasinya yang terletak tepat di tepi dermaga penghubung Parapat, lokasi ini makin mudah dicapai. Makam besar seperti Makam Raja Sidabutar dan keluarganya, Museum Batak, Patung Sigale-Gale, Batukursi Tomok, Patung Gajah, HKBP Resort Tomok dan gereja gereja yang sederhana memenuhi daerah ini. Ditambah dengan resort yang berada di Tuk Tuk Siadong, daerah ini sudah seperti kota pariwisata. Dengan jarak yang tidak terlalu lebar, anda bahkan bisa menyapa warga sekitar sambil berjalan kaki. Atau, mau merasakan eksotisme Samosir? Naiklah becak motor atau mungkin angkot untuk berkeliling wilayah ini. Jangan kuatir, hanya ada satu angkot sehingga anda tidak akan mungkin tersasar. Note saja, angkot akan berhenti selepas malam, jadi perhatikan waktu kunjungan anda.
Yuk, kunjungi desa yang luar biasa cantik ini. Dari Medan, anda cukup butuh waktu 4-5 Jam sampai di Parapat dengan mobil carteran atau bus antar kota. Ekstra satu jam lagi untuk menyeberang dari Ajibata ke Tomok (Ferry kecil, Rp. 4.000). Effort yang dikeluarkan akan sangat sepadan dengan kualitas perjalanan anda.
Saturday, November 08, 2008
Enjoy Morning at Legian Kuta Bali
Inilah salah satu keuntungan dari menginap di daerah Pantai Kuta, Legian atau sekitarnya. Pagi-pagi sekali, kita sudah b
isa menikmati hiruk pikuk kehidupan pantai dan kegiatan bisnis yang mewarnai pagi. Jangan tidur terlalu lama dan bangun terlalu siang di Bali karena bisa saja anda akan melewatkan berbagai hal-hal penting di Bali. Selepas makan pagi dan mandi, bangun dan keluarlah dari penginapan anda. Berjalan kakilah mengelilingi area seperti salah satunya Legian karena anda akan menemukan banyak hal yang menarik, berbeda dengan siang atau bahkan malam hari. Legian pada pagi hari memiliki penampilan tidak jauh berbeda dengan malam hari karena masih banyak toko yang masih tutup dan menjelang siang baru akan buka. Menariknya, anda bisa melihat jejeran arsitektur rumah Bali dalam cahaya terang pagi hari mulai dari hotel dan losmen murah, galeri seni hingga rumah pertunjukkan serta sisa-sisa kehidupan club semalam. Beberapa restoran pun sudah buka cukup pagi sehingga bisa membantu anda dalam mengisi perut apabila kebetulan hotel atau losmen anda tidak menyediakan makan pagi, tentunya dengan harga terjangkau. Hal lain yang menarik di Legian pagi hari adalah kios kios yang menjual toko pakaian yang buka cukup pagi. Bukan kios dengan brand import tapi toko pakaian lokal yang biasanya dikelola oleh para ning. Menariknya, kios-kios ini cukup banyak ditemukan di pagi hari dan berukuran cukup lebar serta menjual berbagai produk sandang Bali seperti celana bela diri yang dihiasi dengan tulisan kanji atau bunga kamboja jepun, baju kaos Bali yang lucu-lucu dan murah meriah, kain Bali yang berukuran besar, baju barong, celana pantai, perlengkapan pantai, kaos-kaos mini, baju renang, ikat kepala Bli, topi pantai yang lebar-lebar, caping hingga kain-kainan dan bahkan bed cover. Patut diingat, harga produk disini secara umum memang lebih mahal dibanding Sukawati. Namun, beberapa produk yang ada disini mungkin akan sedikit susah anda temui di Sukawati. Tambahan lagi, anda butuh effort apabila akan berkunjung ek Sukawati. Bagi anda yang tidak berencana berbelanja di Sukawati, silahkan berbelanja disini. Tenang, harga masih bisa ditawar walaupun tetap, harga tidak bisa serendah Sukawati. Saya sendiri membeli celana bela diri yang berhias tulisan kanji yang me
narik untuk dibawa berjalan-jalan di Bali.
Memang, sebaiknya dimana pun anda harus selalu waspada karena pada pagi hari sekalipun, orang-orang yang berniat busuk tetap berkeliaran. Walaupun bukan berurusan dengan anrkoba, tapi orang-orang resek yang mencoba mengganggu suasana pagi liburan kita masih tetap ada. Seperti halnya pagi itu saya didekati oleh seorang pemuda lokal yang menanyakan dimana saya membeli baju yang saya kenakan (pagi itu, saya memang mengenakan baju Bali). Ketika saya jawab, ia menawarkan, bahwa ia juga menjual baju-baju serupa dengan harga yang sama dengan harga yang baru saja kita sebutkan. Yang menyebalkan, ia cenderung memaksa untuk membeli produk yang ia tawarkan. Padahal, apabila akan membeli dalam jumlah besar, saya sendiri lebih suka berjalan ke Sukawati karena lebih banyak pilihan. Penolakan yang saya ajukan tidak mendapat respon bahkan ia cenderung menjanjikan potongan harga dan kualitas baju yang lebih baik. Sayangnya, pancingan tersebut tidak menggoyahkan minat saya. berhubung saya sudah membeli oleh-oleh, maka saya sudah tidak tertarik lagi untuk membeli oleh-oleh lainnya lagi. Payahnya, ia tidak bisa menerima penolakan. Pemuda tersebut segera berlalu dari saya dan teman-teman sambil mengumpat kata-kata yang tidak enak didengar. Yah, benar-benar merusak suasana pagi yang tenang dan damai di Bali ini.
Memang, sebaiknya dimana pun anda harus selalu waspada karena pada pagi hari sekalipun, orang-orang yang berniat busuk tetap berkeliaran. Walaupun bukan berurusan dengan anrkoba, tapi orang-orang resek yang mencoba mengganggu suasana pagi liburan kita masih tetap ada. Seperti halnya pagi itu saya didekati oleh seorang pemuda lokal yang menanyakan dimana saya membeli baju yang saya kenakan (pagi itu, saya memang mengenakan baju Bali). Ketika saya jawab, ia menawarkan, bahwa ia juga menjual baju-baju serupa dengan harga yang sama dengan harga yang baru saja kita sebutkan. Yang menyebalkan, ia cenderung memaksa untuk membeli produk yang ia tawarkan. Padahal, apabila akan membeli dalam jumlah besar, saya sendiri lebih suka berjalan ke Sukawati karena lebih banyak pilihan. Penolakan yang saya ajukan tidak mendapat respon bahkan ia cenderung menjanjikan potongan harga dan kualitas baju yang lebih baik. Sayangnya, pancingan tersebut tidak menggoyahkan minat saya. berhubung saya sudah membeli oleh-oleh, maka saya sudah tidak tertarik lagi untuk membeli oleh-oleh lainnya lagi. Payahnya, ia tidak bisa menerima penolakan. Pemuda tersebut segera berlalu dari saya dan teman-teman sambil mengumpat kata-kata yang tidak enak didengar. Yah, benar-benar merusak suasana pagi yang tenang dan damai di Bali ini.
Thursday, November 06, 2008
Wisata Jalan Legian Di Malam Hari
Jalan Legian di sebelah Pantai Kuta adalah salah
satu jalan yang paling ramai dan paling hidup di Bali. Pada malam tahun baru, tidak dapat terbayangkan betapa ramai dan macetnya jalan ini apabila anda kebetulan melintas disini. Jalan yang terdiri atas dua lajur bolak-balik ini memang salah satu urat utama Bali. Apabila anda hendak berkunjung ke Kuta, Seminyak dan sekitarnya, pasti akan melewati daerah ini. Jalan Legian berisi berbagai kegiatan yang mampu membuat anda bertahan di jalan ini hingga malam hari, mulai dari toko pakaian, rumah makan, kantor travel, toko aksesoris, galeri seni, rumah pertunjukkan, hingga hotel dan club. Malam hari, ketika saya tiba dari makan malam di Jimbaran, energi Legian memang sudah menurun, namun itu masih bertahan cukup kuat dengan club yang dibuka lebar, toko-toko kerajinan tangan dan oleh-oleh dan toko pakaian brand luar. Berhubung penginapan saya tidak terlalu jauh, maka saya memutuskan untuk menikmati Jalan Legian di malam hari mulai dari Monumen Legian hingga Jalan Poppies yang cukup membuat berkeringat walaupun di malam hari. Kebanyakan toko sudah tutup sehingga hanya menyisakan tampilan rolling door di depan etalasenya. Beberapa toko yang masih buka pun terlihat malas-malasan dan tampaknya akan segera tutup. Beberapa pria duduk-duduk di dep
an koridor toko. Kendaraan hanya lalu lalang segelintir saja namun tetap masih terhitung cukup ramai. Cukup menyenangkan berjalan kaki di Legian sembari menuju lokasi beristirahat karena ketika ada yang menarik, kita dapat masuk dan menikmati isi toko atau kios di pinggiran jalan. Hanya satu kewaspadaan yang perlu anda tingkatkan disini adalah adanya beberapa orang yang memang berniat tidak baik dan dialami oleh saya. Ketika sedang berjalan, anda mungkin saja ditawari "barang bagus" atau "barang baru" oleh pria lokal yang tiba-tiba mendekati anda. Tentu, anda sudah harus tahu bahwa produk ini bukanlah produk yang baik untuk diketahui. Asumsi saya, pria ini menawarkan narkoba atau sejenisnya sehingga dengan sopan saya tolak penawaran tersebut. Pria tersebut tampaknya tahu diri juga melihat feedback dari saya sehingga ia buru-buru menjauh walaupun sempet sedikit mendesak menawarkan barang tersebut. Apabila anda dapat berhati-hati dan waspada, mungkin anda akan terhindar dari penawaran yang seperti ini.
Wednesday, November 05, 2008
Seafood Asli Bali di Pantai Jimbaran Malam Hari, Yummy!
Kehidupan malam di Bali tidak berakhir seiring dengan terbenamnya matahari. Selain tempat-tempat wisata alam yang tutup, masih ada pus
at hiburan modern seperti mall yang buka hingga malam ataupun club yang buka hingga dini hari. Selain itu, ada hiburan apa lagi donk di Bali?
Makna Jimbaran begitu luas disini. Mulai dari selepas Kuta hingga Bukit Ungasan, layak disebut Jimbaran. Namun, jika orang menyebut Jimbaran, pastinya mengacu pada Pantai Jimbaran yang terletak di bagian Bali yang paling sempit, di daerah Tuban atau sekitar 3-4 KM dari daerah Kuta. Wilayah ini sebenarnya merupakan daerah yang bisa dikatakan agak sepi karena fasilitas yang tidak seramai daerah lainnya. Namun, jika malam tiba, deretan warung-warung seafood akan buka di lokasi ini, menawarkan
keramaian malam yang wajib anda nikmati bersama makanan seafood yang superb! Dari lokasi ini, anda akan melihat jelas Bandara Udara Ngurah Rai dan landasannya. Mungkin, selama anda makan, anda akan menyaksikan pesawat terbang lalu lalang melintasi lokasi anda makan berhenti di sisi utara pantai yang terang benderang.
Ketika malam tiba, daerah Pantai Jimbaran ini memang menjadi surganya pencinta kuliner terutama yang berkaitan dengan seafood. bahkan, konon saking ramainya, pernah ada pengunjung yang dibawa oleh pemandu ke daerah Balangan, yang lebih selatan lagi karena di Jimbaran sudah penuh terisi. Pintu masuk ke area ini memang cukup banyak. Sepanjang Jalan Raya Kuta-Jimbaran, anda akan menjumpai beberapa pintu masuk yang akan berakhir di pantai yang telah disulap menjadi warung-warung seafood dengan asap tebal yang menyelimuti daerah sekitar karena hasil pembakaran seafood-seafood tersebut dengan sabut kelapa (Oh yah, kebanyakan masih menggunakan sabut kelapa sebagai bahan baku pembakaran karena untuk mempertahankan rasa dan kualitasnya).
Apabila anda diantar dengan pemandu wisata, biasanya para Bli tersebut punya lokasi langganan sekaligus sebagai rekanan Bli tersebut. Sehingga, jangan kaget apabila anda akan direfer ke lokasi yang merupakan favorit atau rekanan bli tersebut. Hal ini sah-sah saja mengingat sistem komisi travel agent yang juga ada di travel agen besar, bli-bli ini pun menerapkan cara sejenis dengan membawa tamu mereka ke warung seafood rekanan mereka. Namun, anda juga berhak menolak apabila anda tidak menyukai warung yang dimaksud, terutama apabila anda mempunyai warung langganan atau tahu arah mana yang ignin dituju, sebab disini warung sangat banyak sekali untuk satu wilayah. Salah-salah, bisa-bisa anda kebingungan dalam memilih warung karena hampir semuanya sama menyajikan seafood yang sama, dengan kesegaran yang sama pula. Hampir tidak jauh berbeda dalam hal penyajian.
Setelah diantar ke salah satu warung, silahkan and
a memilih ikan maupun hasil laut yang dipajang di bak-bak di depan restoran mereka. setelah selesai memilih dan memutuskan untuk diolah, anda bisa duduk di tepi pantai (beberapa tempat menawarkan dekorasi yang menarik seperti bangku lepas pantai dengan sinar lilin temaram, dsb) sambil menunggu makanan matang. Sambil menunggu, anda bisa menikmati air kelapa muda yang segar. Beberapa menu yang dijadikan andalan disini tentu saja adalah kerang-kerangan (kerang roti!), ikan cuwek, cumi dan udang bakar serta tidak ketinggalan cah kangkung atau kangkung hot plate. Yang paling andalan dari Jimbaran adalah bakarannya sebab ya itu tadi, diolah dengan sabut kelapa sehingga rasa bakarannya akan sangat berbeda apabila anda menggunakan alat bakaran lain. Untuk makan porsi beramai-ramai, satu orang bisa kena sekitar Rp. 40.000 - Rp. 100.000 dan ini sangat murah mengingat kualitas produk makanan yang ditawarkan. Pada siang hari, lokasi ini akan tutup. kalaupun ada, mungkin tidak seramai malam hari. Sedikit saran saja, apabila anda makan disini, hendaknya tidak perlu mengenakan baju terbaik anda. Dijamin, anda maupun pakaian anda akan berbau asap sehingga seakan-akan, anda yang baru saja dibakar, bukan seafoodnya. Berhubung lokasinya berada di pantai lengkap dengan pasir-pasirnya, akan lebih bijak pula apabila anda tidak mengenakan pakaian yang membuat susah gerak. Usahakan pakaian yang anda kenakan membuat anda bebas dan nyaman bergerak seperti celana pendek, sendal jepit dan sejenisnya. Usahakan lensa kontak dihindari karena asap yang meliputi wilayah ini akan membuat lensa kontak anda terasa perih.
Makna Jimbaran begitu luas disini. Mulai dari selepas Kuta hingga Bukit Ungasan, layak disebut Jimbaran. Namun, jika orang menyebut Jimbaran, pastinya mengacu pada Pantai Jimbaran yang terletak di bagian Bali yang paling sempit, di daerah Tuban atau sekitar 3-4 KM dari daerah Kuta. Wilayah ini sebenarnya merupakan daerah yang bisa dikatakan agak sepi karena fasilitas yang tidak seramai daerah lainnya. Namun, jika malam tiba, deretan warung-warung seafood akan buka di lokasi ini, menawarkan
Ketika malam tiba, daerah Pantai Jimbaran ini memang menjadi surganya pencinta kuliner terutama yang berkaitan dengan seafood. bahkan, konon saking ramainya, pernah ada pengunjung yang dibawa oleh pemandu ke daerah Balangan, yang lebih selatan lagi karena di Jimbaran sudah penuh terisi. Pintu masuk ke area ini memang cukup banyak. Sepanjang Jalan Raya Kuta-Jimbaran, anda akan menjumpai beberapa pintu masuk yang akan berakhir di pantai yang telah disulap menjadi warung-warung seafood dengan asap tebal yang menyelimuti daerah sekitar karena hasil pembakaran seafood-seafood tersebut dengan sabut kelapa (Oh yah, kebanyakan masih menggunakan sabut kelapa sebagai bahan baku pembakaran karena untuk mempertahankan rasa dan kualitasnya).
Apabila anda diantar dengan pemandu wisata, biasanya para Bli tersebut punya lokasi langganan sekaligus sebagai rekanan Bli tersebut. Sehingga, jangan kaget apabila anda akan direfer ke lokasi yang merupakan favorit atau rekanan bli tersebut. Hal ini sah-sah saja mengingat sistem komisi travel agent yang juga ada di travel agen besar, bli-bli ini pun menerapkan cara sejenis dengan membawa tamu mereka ke warung seafood rekanan mereka. Namun, anda juga berhak menolak apabila anda tidak menyukai warung yang dimaksud, terutama apabila anda mempunyai warung langganan atau tahu arah mana yang ignin dituju, sebab disini warung sangat banyak sekali untuk satu wilayah. Salah-salah, bisa-bisa anda kebingungan dalam memilih warung karena hampir semuanya sama menyajikan seafood yang sama, dengan kesegaran yang sama pula. Hampir tidak jauh berbeda dalam hal penyajian.
Setelah diantar ke salah satu warung, silahkan and
Tuesday, November 04, 2008
Laskar Pelangi The Movie, Penyegaran Film Indonesia
Belitung atau Belitong, adalah sebuah pulau (dan kepulauan) di sebelah timur Pulau Bangka, dipisahkan oleh Selat Gaspar. Dahulu, Belitung masuk dalam wilayah administrasi Sumatera Selatan. Semenjak dengung otonomi digaungkan dimana-mana, Bangka dan Belitung resmi berpisah dari Sumatera Selatan menjadi provinsi baru, Bangka Belitung atau yang biasa disebut BaBel. Terkenal dengan hasil timahnya, tidak serta merta membuat pulau ini terkenal. Pamornya masih lebih sering kalah dibanding saudaranya, Bangka yang terletak di sebelah barat.
Laskar Pelangi, sebuah novel karya Andrea Hirata mungkin adalah salah satu hal yang dapat mendongkrak popularitas Pulau Belitung. Terlebih setelah filmnya dimainkan di layar lebar, tampaknya pulau ini menjadi lebih terkenal dibanding sebelumnya. Ya, Laskar Pelangi karya Andrea Hirata disebut-sebut sebagai film terbaik dan terbesar tahun ini dengan jumlah penonton mencapai dua jutaan orang, belum termasuk penikmat tontonan di daerah yang tidak dapat disurvei dan pembelian VCD/DVD nya. Setelah sekian lama beredar, akhirnya film ini memang layak tonton bagi saya yang agak anti menonton film Indonesia. Bukannya saya sok atau bagaimana, namun dalam pikiran saya, film Indonesia akan muncul di tv dalam kurun waktu 3-6 bulan mendatang, jadi tidak ada keharusan untuk menonton film di bioskop. Untung saja saya salah. Laskar Pelangi tidak boleh ditonton di rumah saja. Laskar Pelangi adalah tontonan wajib di sinema layar lebar. Keindahan jalan cerita maupun alam Pulau Belitung yang mempersona, saya kira, tidak akan mampu terpetakan di televisi saja.
Berkisah tentang tiga orang guru (Cut Mini Theo, Ikranagara, Teuku Wisnu Wikana) yang mempunyai ambisi dan cita-cita untuk mengajar di SD Muhammadiyah Gantong, Belitung, satu-satunya sekolah Islam di Pulau Belitung. Idealisme mereka ini terhimpit oleh kemiskinan yang membelenggu siswa-siswinya serta kucuran dana yang hampir tidak ada untuk sekolah tersebut. Bahkan, persyaratan untuk membuka sekolah pun sulit karena harus mendapatkan sepuluh murid sebagai syarat membuka sekolah tersebut. Untunglah, sepuluh murid tersebut dapat dikumpulkan dengan susah payah.
Masa perjalanan waktu sekolah dan cerita ini beredar dari tahun 1974 hingga 1979, mulai dari siswa-siswa tersebut kelas 1 hingga kelas 5. Jalan cerita para siswa-siswinya sendiri lebih fokus pada tahun kelima mereka di sekolah ini. Di tahun ini, mereka melakukan berbagai kegiatan, mulai dari masalah ketidaktertiban, liburan, bekerja sambil sekolah, acara karnaval 17 Agustus, lomba cerdas cermat, bertualang ke pulau kosong, kehilangan guru, masalah cinta, kedatangan murid baru, ujian bersama di sekolah lain, dan banyak lainnya yang membuat kita terkadang tersenyum melihat adegan demi adegan. Bahkan, nama Laskar Pelangi tampaknya terbentuk di tahun kelima mereka bersekolah di sekolah ini. Cerita masa sekolah mereka berakhir seusai lomba cerdas cermat, dimana ayah Lintang hilang di laut dan Lintang harus fokus sebagai pencari nafkah bagi anggota keluarganya. Cerita ditutup dengan pertemuan dua sahabat, Lintang dan Ikal, tokoh yang tampaknya menjadi tokoh sentral dalam cerita ini, pada masa dewasa mereka, dimana mereka masing-masing telah berhasil mencapai impian mereka. Ending yang manis dan berpesan moral baik digunakan untuk menutup cerita ini, bahwa mimpi akan selalu bisa terkejar untuk mereka yang berusaha. Seperti pesan Pak Harfan (Ikranagara), “Selalu memberi sebanyak-banyaknya, daripada menerima sebanyak-banyaknya”.
Di luar itu semua, Laskar Indonesia yang tampaknya mendapat poin 9.25 dari 10 ini pun tetap memiliki beberapa kekurangan yang tampaknya hanya bisa dilihat oleh orang yang sungguh-sungguh mencerna isi film ini. Satu, film ini masih lemah dari segi setting lokasi dan waktu. Ada beberapa komponen barang, suasana tempat yang tidak sesuai dengan waktu saat pembuatan film ( 1974 – 1979 ) sehingga agak mencolok di tengah suasana yang vintage tersebut. Misalnya saja plat mobil yang digunakan ada yang bermodel masa kini dan beberapa lainnya masih menggunakan plat kuno yang mungkin memang dipakai pada masa itu. Beberapa kali, rias wajah Cut Mini dan Ikranagara, terlihat “terlalu bersih” dibanding anak-anak Gantong yang terlihat lebih kusam. Namun, untuk urusan make up, film ini sudah patut diacungi jempol karena sangat natural. Sangat jauh dari kesan rias wajah sinetron yang sangat dibuat-buat, bahkan pada waktu bangun tidur sekalipun (pensil alis tidak boleh ketinggalan).
Mengenai kelebihan, tentu saja tidaklah berlebihan bahwa film ini mendapat pujian dari sana sini dikarenakan banyak elemen positif di dalam film ini. Akting ke sepuluh plus satu anak Laskar Pelangi sudah sangat baik. Adegan tangis baik Ibu Muslimah (Cut Mini) maupun Ikal, sangat natural dan wajar serta tidak dibuat-buat. Adegan tangis ini mampu menguras air mata penonton terutama saat Pak Harfan (Ikranagara) meninggal atau saat Lintang mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya. Dari segi sinematografi, Pulau Belitong sangat tergambarkan dengan baik di film ini. Keindahan landscape, kota, arsitektur serta alamnya, saya jamin akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Belitung, terutama batu-batu besar di tepi pantai yang akan sangat sukar dicari tandingan di lokasi lain. Alur film yang lambat di bagian awal mungkin akan membuat penonton bosan atau mungkin masih menerka-nerka apa fokus dari film ini yang ternyata memang tersirat sekali. Tontonan Laskar Pelangi pun tidak direkomendasikan untuk anak yang sangat kecil karena kedalaman emosi mereka belum sampai pada tahap dapat memahami isi film ini. Banyak juga hal-hal yang tampaknya berjalan begitu saja tanpa adanya penjelasan lebih lanjut yang tampaknya hanya merupakan sekedar bumbu saja pada film ini atau justru membuat penonton bertanya-tanya. Hal-hal tersebut seperti misalnya pemberian nama Laskar Pelangi yang terkesan agak “tiba-tiba” dan hilangnya ayah Lintang di laut serta pertemuan dengan dukun yang tidak diceritakan. Tidak diceritakan juga bagaimana potongan bola tenis bisa membuat otot menjadi besar. Pada sisi lain, ada beberapa hal yang justru menjadi kunci utama dari film ini, salah satunya adalah hadangan buaya pada Lintang di jalan menuju sekolah setiap harinya. Penggarapan emosi juga menjadi satu hal yang teramat kuat pada film ini. Misalnya saja ketika Ikal jatuh cinta, ada bunga-bunga yang berjatuhan tiba-tiba saja. Namun sebaliknya, ketika Aling pergi ke Jakarta, tiba-tiba barang-barang di Toko Sinar Harapan seakan-akan ambruk dan jatuh berkelontangan di belakang Ikal. Sungguh menarik. Porsi karakter 10+1 anak yang bermain juga tidak seimbang. Ada beberapa anak yang tampaknya hanya menjadi bumbu sampingan saja tanpa diceritakan adegan atau persona detail dari si anak. Satu lagi, artis-artis senior yang tampil mungkin sedikit banyak bisa membuat anda bosan karena karakter mereka yang jarang berubah seperti misalnya Mathias Muchus sebagai seorang ayah, Jajang C. Noer sebagai seorang Ibu, Robby Tumewu sebagai abah pemilik toko kelontong, Diah R. Pitaloka sebagai seorang ibu, dan Tora Sudiro yang sudah kuat image sebagai seorang penghiburnya. Lukman Sardi pun dipakai sebagai Ikal pada masa dewasa. Mungkin ada baiknya pula artis artis senior tidak diisi dengan orang yang sama terus menerus.
Yah, sekali lagi saya rekomendasikan film ini buat pencinta film Indonesia, penyuka film segar yang sedikit berbeda dengan genre film Indonesia umumnya, dan tentunya pencinta travelling. Laskar Pelangi dan Belitung siap menyambut anda.

Laskar Pelangi, sebuah novel karya Andrea Hirata mungkin adalah salah satu hal yang dapat mendongkrak popularitas Pulau Belitung. Terlebih setelah filmnya dimainkan di layar lebar, tampaknya pulau ini menjadi lebih terkenal dibanding sebelumnya. Ya, Laskar Pelangi karya Andrea Hirata disebut-sebut sebagai film terbaik dan terbesar tahun ini dengan jumlah penonton mencapai dua jutaan orang, belum termasuk penikmat tontonan di daerah yang tidak dapat disurvei dan pembelian VCD/DVD nya. Setelah sekian lama beredar, akhirnya film ini memang layak tonton bagi saya yang agak anti menonton film Indonesia. Bukannya saya sok atau bagaimana, namun dalam pikiran saya, film Indonesia akan muncul di tv dalam kurun waktu 3-6 bulan mendatang, jadi tidak ada keharusan untuk menonton film di bioskop. Untung saja saya salah. Laskar Pelangi tidak boleh ditonton di rumah saja. Laskar Pelangi adalah tontonan wajib di sinema layar lebar. Keindahan jalan cerita maupun alam Pulau Belitung yang mempersona, saya kira, tidak akan mampu terpetakan di televisi saja.
Berkisah tentang tiga orang guru (Cut Mini Theo, Ikranagara, Teuku Wisnu Wikana) yang mempunyai ambisi dan cita-cita untuk mengajar di SD Muhammadiyah Gantong, Belitung, satu-satunya sekolah Islam di Pulau Belitung. Idealisme mereka ini terhimpit oleh kemiskinan yang membelenggu siswa-siswinya serta kucuran dana yang hampir tidak ada untuk sekolah tersebut. Bahkan, persyaratan untuk membuka sekolah pun sulit karena harus mendapatkan sepuluh murid sebagai syarat membuka sekolah tersebut. Untunglah, sepuluh murid tersebut dapat dikumpulkan dengan susah payah.
Masa perjalanan waktu sekolah dan cerita ini beredar dari tahun 1974 hingga 1979, mulai dari siswa-siswa tersebut kelas 1 hingga kelas 5. Jalan cerita para siswa-siswinya sendiri lebih fokus pada tahun kelima mereka di sekolah ini. Di tahun ini, mereka melakukan berbagai kegiatan, mulai dari masalah ketidaktertiban, liburan, bekerja sambil sekolah, acara karnaval 17 Agustus, lomba cerdas cermat, bertualang ke pulau kosong, kehilangan guru, masalah cinta, kedatangan murid baru, ujian bersama di sekolah lain, dan banyak lainnya yang membuat kita terkadang tersenyum melihat adegan demi adegan. Bahkan, nama Laskar Pelangi tampaknya terbentuk di tahun kelima mereka bersekolah di sekolah ini. Cerita masa sekolah mereka berakhir seusai lomba cerdas cermat, dimana ayah Lintang hilang di laut dan Lintang harus fokus sebagai pencari nafkah bagi anggota keluarganya. Cerita ditutup dengan pertemuan dua sahabat, Lintang dan Ikal, tokoh yang tampaknya menjadi tokoh sentral dalam cerita ini, pada masa dewasa mereka, dimana mereka masing-masing telah berhasil mencapai impian mereka. Ending yang manis dan berpesan moral baik digunakan untuk menutup cerita ini, bahwa mimpi akan selalu bisa terkejar untuk mereka yang berusaha. Seperti pesan Pak Harfan (Ikranagara), “Selalu memberi sebanyak-banyaknya, daripada menerima sebanyak-banyaknya”.
Di luar itu semua, Laskar Indonesia yang tampaknya mendapat poin 9.25 dari 10 ini pun tetap memiliki beberapa kekurangan yang tampaknya hanya bisa dilihat oleh orang yang sungguh-sungguh mencerna isi film ini. Satu, film ini masih lemah dari segi setting lokasi dan waktu. Ada beberapa komponen barang, suasana tempat yang tidak sesuai dengan waktu saat pembuatan film ( 1974 – 1979 ) sehingga agak mencolok di tengah suasana yang vintage tersebut. Misalnya saja plat mobil yang digunakan ada yang bermodel masa kini dan beberapa lainnya masih menggunakan plat kuno yang mungkin memang dipakai pada masa itu. Beberapa kali, rias wajah Cut Mini dan Ikranagara, terlihat “terlalu bersih” dibanding anak-anak Gantong yang terlihat lebih kusam. Namun, untuk urusan make up, film ini sudah patut diacungi jempol karena sangat natural. Sangat jauh dari kesan rias wajah sinetron yang sangat dibuat-buat, bahkan pada waktu bangun tidur sekalipun (pensil alis tidak boleh ketinggalan).
Mengenai kelebihan, tentu saja tidaklah berlebihan bahwa film ini mendapat pujian dari sana sini dikarenakan banyak elemen positif di dalam film ini. Akting ke sepuluh plus satu anak Laskar Pelangi sudah sangat baik. Adegan tangis baik Ibu Muslimah (Cut Mini) maupun Ikal, sangat natural dan wajar serta tidak dibuat-buat. Adegan tangis ini mampu menguras air mata penonton terutama saat Pak Harfan (Ikranagara) meninggal atau saat Lintang mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya. Dari segi sinematografi, Pulau Belitong sangat tergambarkan dengan baik di film ini. Keindahan landscape, kota, arsitektur serta alamnya, saya jamin akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Belitung, terutama batu-batu besar di tepi pantai yang akan sangat sukar dicari tandingan di lokasi lain. Alur film yang lambat di bagian awal mungkin akan membuat penonton bosan atau mungkin masih menerka-nerka apa fokus dari film ini yang ternyata memang tersirat sekali. Tontonan Laskar Pelangi pun tidak direkomendasikan untuk anak yang sangat kecil karena kedalaman emosi mereka belum sampai pada tahap dapat memahami isi film ini. Banyak juga hal-hal yang tampaknya berjalan begitu saja tanpa adanya penjelasan lebih lanjut yang tampaknya hanya merupakan sekedar bumbu saja pada film ini atau justru membuat penonton bertanya-tanya. Hal-hal tersebut seperti misalnya pemberian nama Laskar Pelangi yang terkesan agak “tiba-tiba” dan hilangnya ayah Lintang di laut serta pertemuan dengan dukun yang tidak diceritakan. Tidak diceritakan juga bagaimana potongan bola tenis bisa membuat otot menjadi besar. Pada sisi lain, ada beberapa hal yang justru menjadi kunci utama dari film ini, salah satunya adalah hadangan buaya pada Lintang di jalan menuju sekolah setiap harinya. Penggarapan emosi juga menjadi satu hal yang teramat kuat pada film ini. Misalnya saja ketika Ikal jatuh cinta, ada bunga-bunga yang berjatuhan tiba-tiba saja. Namun sebaliknya, ketika Aling pergi ke Jakarta, tiba-tiba barang-barang di Toko Sinar Harapan seakan-akan ambruk dan jatuh berkelontangan di belakang Ikal. Sungguh menarik. Porsi karakter 10+1 anak yang bermain juga tidak seimbang. Ada beberapa anak yang tampaknya hanya menjadi bumbu sampingan saja tanpa diceritakan adegan atau persona detail dari si anak. Satu lagi, artis-artis senior yang tampil mungkin sedikit banyak bisa membuat anda bosan karena karakter mereka yang jarang berubah seperti misalnya Mathias Muchus sebagai seorang ayah, Jajang C. Noer sebagai seorang Ibu, Robby Tumewu sebagai abah pemilik toko kelontong, Diah R. Pitaloka sebagai seorang ibu, dan Tora Sudiro yang sudah kuat image sebagai seorang penghiburnya. Lukman Sardi pun dipakai sebagai Ikal pada masa dewasa. Mungkin ada baiknya pula artis artis senior tidak diisi dengan orang yang sama terus menerus.
Yah, sekali lagi saya rekomendasikan film ini buat pencinta film Indonesia, penyuka film segar yang sedikit berbeda dengan genre film Indonesia umumnya, dan tentunya pencinta travelling. Laskar Pelangi dan Belitung siap menyambut anda.