Wednesday, January 28, 2009

Sekilas Tentang Pulau Timor Di Nusa Tenggara Timur

Pulau Timor adalah pulau terselatan di Indonesia. Begitu kata suatu produk mengiklankan dirinya. Dari Timor sampai ke Talaud....Kenyataannya, Timor memang masuk dalam daerah terselatan di indonesia. Namun, wilayah terselatan bukan dipegang oleh pulau ini. Pulau Rote yang terletak di bawah pulau ini (atau justru sebuah pulau kecil di bawah Pulau Rote adalah yang memegang rekor titik terselatan dari Indonesia) adalah daerah terselatan di Indonesia. Walaupun demikian, mari kita coba melupakanlah perihal selatan atau kurang selatannya pulau ini. Kita tengok dan lihat seperti apakah pulau ini.
Secara umum, pulau ini terbagi menjadi 3 kawasan, yakni Timor Barat yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur, Timor Timur (eks-propinsi ke 27 Indonesia) yang sekarang menjadi Negara Timor Leste, dan sebuah Enclave kecil di bagian timur laut Timor Barat yang bernama Ambeno yang dikuasai oleh Timor Leste. Kondisi tanah Pulau Timor dan Nusa Tenggara secara umum adalah 'arid'. Kondisi ini secara umum dapat dikatakan sebagai kondisi yang panas dan kering seperti gurun atau semi gurun. Curah hujan yang turun di wilayah arid ini kurang dari 25 cm per tahun. Kondisi seperti ini menimbulkan kondisi alam yang dapat dikatakan 'kurang subur' dan bentangan alam yang biasa terlihat adalah sabana atau stepa. Begitu anda menginjakkan kaki pertama kali, anda akan memahami apa itu sabana atau stepa. Indah sekaligus unik di bentangan alam ini. Stepa adalah padang rumput atau sekedar tanah gurun tertutup rumput sementara sabana adalah padang rumput yang 'lebih kaya'. Lebih kaya disini memiliki makna bahwa stepa tersebut juga ditumbuhi oleh semak-semak, hingga sejumlah pepohonan yang biasanya sendiri atau bergerombol. Pada saat musim penghujan atau banyak musim badai tropis di selatan (Timor terletak hingga Lintang Selatan 11° sehingga berpotensi terkena gangguan badai tropis ataupun topan), alam di Timor justru sangat indah sebab rerumputan yang tadinya meranggas kecoklatan, bisa kembali menghijau segar bersemi. Sementara itu, pada puncak musim kemarau yakni Oktober-November, kebanyakan pemandangan yang terlihat hanyalah rumput gersang kecoklatan dengan suhu harian 34°C. Di musim penghujan seperti ini, kita dapat melihat sungai yang mengalir walaupun airnya tidak seberapa. Pada musim penghujan seperti ini, ada beberapa tempat justru dilanda banjir karena daerah resapan tidak dapat menyerap air dengan baik. Sementara itu, pada musim kemarau, kekeringan hebat bisa melanda kawasan ini hingga sungainya kering dan dapat digunakan sebagai lokasi penambangan pasir. Berbeda wajah dengan wilayah timur, wilayah barat hanya dialiri sejumlah sungai. Sementara itu, Timor Leste sudah tampak seperti pulau sungai karena banyak sekali percabangan sungai yang menembus wilayah tersebut. Karena kondisi tanah dan pengairan yang seperti ini, maka tanah Timor dapat dikatakan tandus dan tanaman yang umum ditemui disini adalah cendana (sandalwood) sebagai identitas Timor, bambu, lontar (bawaan dari Rote), dan kayu putih. Kegiatan pertanian juga bukan yang menjadi kegiatan utama di pulau ini. Perladangan jagung adalah kegiatan utama dengan jagung sebagai makanan pokok orang Timor.
Puncak tertinggi pulau ini ada di kawasan timur yakni Gunung Tata Mailau (2950 meter). Sementara itu, puncak tertinggi di kawasan barat berada di Gunung Mutis. Secara umum, karakteristik pulau ini berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Namun demikian, cincin api tidak melalui pulau ini sehingga pulau ini cukup aman dari permasalahan gunung meletus. Pada daerah Timor Tengah, terdapat dataran tinggi Timor yang berada pada ketinggian 400-800 meter di atas permukaan laut. Jalan di daerah ini berkelok-kelok menukik dan menanjak serta miring mengikuti kontur bukit yang dilaluinya. Di daerah ini, hidup orang asli Timor Barat yakni Suku Atoni yang kebanyakan bermukim di Kefa Menanu dan So'E serta daerah-daerah di sekitarnya. Sementara itu, di belahan timur sana dari Tutuala hingga Atambua, daerah Belu, penduduk asli yang tinggal bernama Suku Tetum. Bahasa yang dipergunakan bervariasi, mulai dari bahasa Portugis di belahan timur sana, Bahasa Indonesia, bahasa Tetum-Porto (Tetum yang bercampur dengan Portugis, digunakan di sebagian besar Timor Leste), bahasa Tetum-Terik (Tetum yang dipergunakan di wilayah Belu), dan bahasa Dawan (Bahasa orang Atoni). Bahasa-bahasa ini kemudian dipergunakan dan bercampur kembali dengan faktor-faktor lokal sehingga dari sejumlah bahasa ini, dihasilkan sejumlah bahasa dan dialek baru. Menariknya, sesama orang Timor, walaupun tidak dapat berbicara bahasa lawan bicaranya, namun mereka dapat mengerti apa yang lawan bicaranya tersebut katakan. Secara umum juga dapat dikatakan, wilayah Timor Barat didominasi oleh Kristen Protestan (karena pengaruh penjajahan Belanda) dan Timor Leste didominasi oleh Kristen Katolik Roma (karena pengaruh penjajahan Portugis). Di beberapa tempat, seperti di Ambeno dan Kefa Menanu, dominasi Kristen Katolik Roma juga lebih terasa karena pengaruh ke-Portugis-an itu tadi. Namun, seperti layaknya Indonesia pada umumnya, kepercayaan tradisional animisme banyak berkembang disini. Di beberapa tempat, asimilasi animisme dengan kristen atau bahkan animisme murni masih ada. Kota terbesar di pulau ini antara lain Kupang, Atambua dan Dili. Sayang sekali, karena Dili dan Timor Leste sudah lepas dari Indonesia per Agustus 1999, maka kunjungan ke Timor Leste tidaklah semudah apabila Timor Leste masih menjadi Timor Timur. Anda perlu menyediakan passport dan visa untuk sampai ke Timor Leste, walaupun bus dari Atambua biasanya mampu untuk mencapai Motoain (perbatasan) dan kemudian lanjut ke Dili.

Tuesday, January 27, 2009

Mendarat Dan Kelilingan Bandara El Tari Kupang

Begitu pengeras suara berbunyi bahwa kita akan segera tiba di El tari, wah betapa senangnya hati ini. Sudah cukup penat selama kurang lebih 3 jam, saya menghirup udara kalengan. Enough, saya ingin mencium udara segar Timor.
Begitu mendarat di bandara El Tari (KOE), yang saya rasakan adalah puanash menyengat! Ya, walaupun dikelilingi oleh perbukitan yang nampak jelas di sekeliling bandara, cuaca di siang tiu terlampau terik dan awan pun bersih walaupun sejumput Cumulus berjuntai di udara. Badai Charlotte yang katanya masih mengamuk di Australia utara pun tidak memberi efek terlalu banyak pada cuaca yang terjadi di Kupang. Panas...
Satu hal yang paling mencolok dari bandara ini adalah tidak adanya tulisan yang memberitahukan kita, dimana kita berada saat ini. Rata-rata bandara yang pernah saya sambangi, umumnya selalu memiliki tulisan nama bandara di atas atap bangunan utama bandara yang bersangkutan. Jadi, penanda bahwa kita sudah sampai di Timor hanyalah bentuk fisik bangunan yang memang khas Timor. Bangunan yang harusnya terbuat dari rumbia dan ijuk tersebut terbuat dari sejenis seng berwarna kehijauan. Namun, berkat sinar matahari yang memancar panas, maka tidak jadilah saya berkeliaran di area landas pacu. Saya segera butuh untuk mendinginkan badan di dalam ruang tunggu bandara.
Sama seperti bandara kecil lainnya, KOE hanya memiliki satu ruangan besar tempat kedatangan yang berisi ban berjalan dan beberapa stand namun tanpa adanya informasi apapun baik berupa brosur atau apapun yang kiranya dapat membantu turis mencari informasi tentang kota ini. Sayang sekali, terminal kedatangan yang kiranya dapat dimaksimalkan untuk mempromosikan Nusa Tenggara Timur, jalur penerbangan lanjutan, jadwal kapal laut, angkutan darat, objek wisata dan hotel hotel, namun tidak digunakan secara maksimal untuk fungsi itu. Yang cukup mencolok hanyalah papan neon iklan Timor Express dan Timor Travel yang menyediakan mobil travel dari Kupang, Soe, Kefa Menanu, Atambua hingga Dili. Akhirnya, setelah saya yakin bahwa tidak ada brosur sama sekali yang dapat diminta dari tempat ini, saya segera keluar melangkahkan kaki menuju kota.
Bandara Udara El Tari terletak di Penfui, kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Jarak dari Bandara hingga menuju pusat kota masih cukup jauh. Masih sekitar 14-15 kilometer. Begitu keluar dari ruang kedatangan, saya langsung berjumpa dengan wajah-wajah penjemput yang sumringah menantikan kehadiran sanak saudara mereka. Beberapa pria mendekati saya sambil menawarkan jasa taksi ataupun ojek mereka. Tampaknya Kupang cukup terkenal dengan ojeknya. Apabila anda kebelet, Toilet terletak di ujung bandara, jadi lumayan peregangan setelah cukup lama menempuh perjalanan di pesawat. Rasa lemas akibat baru saja muntah masih terasa sedikit di bibir bercampur dengan aroma kebahagiaan karena telah sampai di Tanah Timor. Ya, kalau begitu, tunggu apalagi? waktu tak bisa menunggu, mari kita langsung jelajahi bandara dan berangkat menuju kota!
Ada beberapa spot menarik di bandara yang dapat anda jadikan objek potrat potret. Salah satunya adalah patung Komodo lengkap dengan kolamnya sebagai citra dan identitas Nusa Tenggara Timur. Walaupun masih terletak sangat jauh di ujung barat Nusa Tenggara Timur, namun Komodo adalah hewan kebanggaan masyarakat NTT. Walaupun berpanas=-panas ria, namun saya memaksakan mencari objek menarik lainnya di bandara. Objek lainnya adalah Patung seorang jenderal (yang tampaknya adalah EL Tari sendiri). Saya tidak dapat menemukan identitas patung tersebut, namun logikanya, patung apa yang dibuat di dalam bandara kalau bukan pemilik nama bandara tersebut? Sayangnya, patung yang bercat putih tersebut sudah tampak terkelupas catnya karena terkena cuaca. Padahal, patung tersebut terletak di tengah-tengah taman yang menarik. Setelah itu, anda dapat menikmati berbagai flora khas Timor. Anda dapat menyaksikan sejumlah pakis-pakisan, lontar, kelapa dan palem, serta beberapa tumbuhan daerah kering dan hampir gurun seperti Tanah Timor ini.
Sedikit tips, jalan menuju perempatan adipura hingga anda bertemu kendaraan umum di depan bandara cukup jauh, sekitar 1 KM. Apabila memang anda memang merencanakan untuk berjalan kaki, maka anda bisa langsung mengabaikan semua tawaran ojek maupun taksi yang akan anda dapat hingga pintu gerbang, bahkan! Saya akan menggunakan kaki saya sambil berwisata keliling daerah bandara. Namun, apabila anda tidak siap berjalan kaki sejauh 1 KM di dalam udara panas, maka persiapkan kira-kira angkutan yang anda gunakan untuk keluar bandara dan menuju pusat kota. Dengan Taksi (mobil yang difungsikan sebagai taksi), kira-kira anda harus membayar Rp. 50.000 sementara dengan ojek, kira-kira biayanya Rp. 20.000. Kalau anda mau berhemat, anda bisa sampai di pusat kota dengan membayar Rp. 4.000 rupiah, namun anda harus berjalan kaki sejauh 1 KM dan ganti naik angkutan umum sebanyak 2 kali (Nomor 14/15 dan dilanjutkan dengan nomor 10 dari perempatan pertamina-actually, ini pertigaan!).
Berjalan kaki sejauh 1 KM sebenarnya tidak terlalu melelahkan karena yang disuguhkan adalah pemandangan savana Timor yang cantik (untungnya, saat itu baru saja hujan sehingga savananya berwarna hijau). Saya berjalan di ruas kiri, lokasi yang banyak dirindangi oleh pepohonan. Di beberapa tempat bahkan masih ada genangan air bekas hujan semalam. Anda akan menikmati pemandangan khas daerah 'arid' ini sepanjang anda berjalan keluar dari area bandara. Pemandangan yang akan anda nikmati adalah savana hijau dan pepohonan tunggal atau bergerombol tinggi pada salah satu sudutnya. Apabila anda jeli, anda akan mendapati sejumlah batu-batu karang berukuran variasi, mulai dari kecil hingga cukup besar dan berwarna hitam atau coklat beterbaran di penjuru padang rumput. Apakah ada orang iseng yang melakukan ini? Sayangnya tidak. Pulau Timor konon merupakan dataran di bawah permukaan laut. Lalu, kemudian karena proses suatu hal atau memasuki jaman es, dataran di bawah laut ini terangkat. Jadilah Pulau Timor yang kita kenal ini dengan hiasan batu-batu karang besar yang menghiasi padang rumputnya.
Setelah 1 KM berjalan, anda akan menjumpai satu perempatan besar dengan tugu adipura di tengahnya. Dari sini, anda bisa berjalan menuju Baumata, Penfui (daerah selatan dan timur Kupang) atau menuju Oesapa dan Kota Kupang (bagian tengah Kota Kupang). ambil jalan yang agak besar dengan ruas bolak balik terpisahkan oleh deretan pepohonan sebab itulah jalan yang akan membawa anda menuju kota. Jangan takut apabila anda tidak menjumapi apapun setelah cukup lama menunggu. Saya sendiri baru menjumpai angkotan umum setelah kurang lebih setengah jam menunggu. Ya, daerah ini memang jarang didatangi oleh angkotan umum. Namun, kedatangan angkotan umum ini bisa anda dengar dari bunyinya yang seperti terompet dimain-mainkan berkali-kali. Sangat lucu. Pilih antara nomor 14 atau 15 (lihat bagian atasnya) dan minta agar diturunkan di pertigaan/perempatan pertamina (pom bensin) maksudnya. iap-siap untuk melihat keindahan kota dari pinggir pantai terjal.

Saturday, January 24, 2009

Terbang Kali Pertama Dengan Mandala Airlines Ke Kupang

Mandala Airlines memang telah jauh berbenah diri. Ini kali pertama saya menaiki jasa maskapai yang satu ini. Pesawat Airbus A320 telah mendominasi seluruh armadanya mulai tahun 2009 ini. Yup, menurut kabar, Mandala telah melepas semua Boeing mereka guna diganti dengan Airbus A320 baru yang jauh lebih hemat, lebih eco-flight, dan lebih lebih lainnya. Penyeragaman armada ini juga digunakan untuk menghema biaya operasional sehingga harga tiket bisa ditekan lebih rendah lagi. Seperti contoh, sekitar bulan September 2008, saya membeli tiket CKG - KOE (Jakarta - Kupang) PP untuk transit di Surabaya 'hanya' habis sekitar 650.000 IDR saja. Ketika saya melakukan cek harga ulang pada hari sebelum keberangkatan, harga satu kali jalan sekitar 1.100.000. Sungguh, sebuah penghematan yang luar biasa. Saya tidak akan mampu ke Kupang kalau harga tiketnya mencapai harga demikian.
Kembali lagi ke Mandala, Pesawat tiba tepat waktu dan penumpang pun check in tepat waktu. Ketika jam telah menunjukkan pukul 7.55 pagi, pesawat telah melaju, bersiap menuju runway.
Pesawat ini memang benar-benar baru, suatu kemajuan untuk maskapai lokal (namun kepemilikannya oleh asing ini). Mandala mengklaim standard keselamatannya nomor satu dan ternyata mereka memang dapat membuktikannya. Pramugari-pramugari cantik memeragakan standard prosedur keselamatan dengan anggun sebelum pesawat menderu membunyikan jetnya di runway. Mandala berbeda dengan AirAsia. Untuk Mandala, pada halaman boarding pass, terdapat nomor kursi tempat anda duduk sehingga anda tidak perlu berebut masuk ke dalam pesawat.
Perjalanan ke Surabaya akan ditempuh dalam waktu 1 jam 5 menit dan dari Surabaya ke Kupang akan ditempuh selama 1 jam 40 menit. Tinggi jelajah Kapal sekitar 35000-39000 kaki. Ini artinya, posisi pesawat akan berada di atas awan Cumulus dan Stratus dan terkena sinar matahari langsung. Namun, pesawat akan tetap terkena gangguan dari Awan Cirrus terutama ketika di musim penghujan seperti ini. Beberapa kali awak pesawat mengharuskan saya untuk kembali mengenakan sabuk pengaman karena melewati sejumlah daerah yang cuacanya kurang menguntungkan. Saya sendiri merasa seperti terombang-ambing di dalam pesawat sementara di luar warna putih menyilaukan (karena pesawat berada di dalam awan) tanpa kita dapat melihat sesuatu. Suhu di luar jendela pesawat bisa mencapai suhu -24 derajat Celcius, apabila anda mencoba untuk memegang jendela pesawat, pasti akan terasa dingin.
Sayangnya, saya tidak suka transit. Pengalaman Take Off, Landing, Menunggu, Take Off, Landing lagi adalah pengalaman yang kurang menyenangkan untuk saya. Rasa letih semakin menjadi-jadi karena pesawat harus naik turun sebelum sampai di lokasi tujuan. Terlebih, saya orangnya mudah mengalami mual apalagi ketika pesawat miring. Alhasil, dalam perjalanan Jakarta - Surabaya dan Surabaya - Kupang, saya muntah masing-masing sekali sehubungan dengan pesawat yang menabrak nabrak awan dan membuat sensasi yang tidak menyenangkan di perut saya. Begitu pengeras suara mengingatkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandara El Tari, ah....lama dan penatnya perjalanan saya langsung hilang seketika! Saya ingin mencium daratan rasanya! Saya sama sekali tidak terbayang apabila harus berangkat ke Jayapura atau Merauke yang bisa mencapai berjam-jam lamanya.

Saturday, January 17, 2009

Siap Berangkat Menuju Kupang!

Yippieee.....Penantia panjang ini akhirnya tiba juga. Akhirnya, 18 Januari akan terjadi pada esok hari! Sudah tidak sabar lagi untuk menantikan bahwa esok pagi saya akan berangkat ke ujung paling timur dari Kepulauan Sunda dan Ujung Terselatan dari Indonesia (sayangnya, saya tidak berencana ke Nemberala, Rote, titik terselatan Indonesia karena keterbatasan waktu). Pesawat Mandala yang akan saya tumpangi berangkat pukul 07.45 pagi dan akan tiba di Kupang pukul 12.25 siang waktu Indonesia Tengah. (note, Kupang masih masuk dalam wilayah Indonesia Tengah). Oh yah, menurut Itinerary, saya akan singgah terlebih dahulu di Juanda, Surabaya pada pukul 09.00 selama 30 menit dan kembali berangkat pada pukul 09.30.
Perjalanan saya di Timor Barat sendiri sebenarnya masih berupa tanda tanya. Akankah saya berjalan luru menuju arah timur atau berbalik dari timur ke barat? Kota yang menjadi singgahan antara lain Kupang, Soe, Niki-Niki, Kefamenanu, Atambua, Atapupu. Apabila berjalan terbalik, maka pada sore hari setelah saya tiba di Kupang, saya langsung naik kendaraan menuju Atambua (8jam perjalanan) guna memulai perjalanan terbalik saya. Apabila memang tidak, maka saya berencana untuk mengikuti misa sore hari di gereja Kupang dan baru memulai perjalanan keesokan harinya sesuai dengan rute perjalanan kota-kota utama di Timor Barat.
Saya sudah mendapatkan beberapa buah referensi hotel yang akan saya singgahi dan menurut informasi, Timor sedang masuk cuaca dingin yang berkaitan dengan hujan (adakah hubungannya dengan Badai Charlotte yang sedang mengamuk di Australia?). Jadi, dalam tas ransel, saa mempersiapkan jaket, syal dan payung. Mudah2an cuacanya cukup adem untuk dibawa berjalan-jalan namun cukup panas juga agar saya masih bisa melakukan kegiatan berjalan kaki. Ya Bapa, kiranya Kau sudi berkati perjalanan saya ini. Amin.