Wednesday, February 11, 2009

Hotel Kristal, Terbesar di Kupang

Hotel terbesar di Kupang adalah Hotel Kristal. Hotel ini berbintang 3 dan terletak di Jalan Timor Timur, berhadapan langsung dengan Pantai Taman Ria Pasir Panjang yang sering dijadikan tempat berwisata warga Kupang dan sekitarnya.. Hotel ini memang megah sendiri di kota ini. Lobby yang megah dan hiasan ukir-ukiran dan motif ikat di area lobby sungguh menawan. Pantaslah bila selepas anda turun di bandara, anda akan melihat iklan disana-sini dengan inti iklan "Best Hotel in Kupang" yang mengiklankan Hotel Kristal. Tidak lupa, di sepanjang jalan juga anda akan dapat menemukan sejumlah baliho yang mengiklankan Hotel Kristal. Hotel ini menawarkan karaoke dan Pub sehingga roomrate untuk kamarnya tertinggi di seluruh Kupang, tentu dibarengi dengan seluruh fasilitas yang ia punyai. Apabila anda mencari kenyamanan total dan tidak fokus pada harga, hotel yang terletak di tepi pantai dengan pemandangan bagus tentunya bisa menjadi pilihan anda.

Thursday, February 05, 2009

Pilah Pilih Hotel Di Kupang

Daerah koleksi hotel memang tidak terlalu banyak di Kupang. Cluster hotel umumnya dapat ditemukan di Kelimutu (Laguna Inn, Hotel Komodo), Timor Timur (Hotel Kristal dan Hotel Nusantara), Achmad Yani (Hotel Marina, Hotel Orchid Garden), Kuanino (Hotel Flobamor, Hotel Astiti) dan Sumatera (Hotel Maya Beach, Hotel Maliana, Hotel Pantai Timor dan L'avalon Cottage). Dari sejumlah hotel-hotel di kluster tersebut, beberapa diantaranya sudah berusia cukup lama. Anda bisa menilai sendiri dari kondisi fisik bangunan mereka dan sejak kapan nama hotel mereka tercatat di buku travel guide keluaran awal 90-an bahkan 80-an awal. Beberapa bangunannya tampak jelas memiliki dinding yang walaupun terawat baik, memiliki gurat usia yang tidak dapat disembunyikan. Selain itu, bentuk fisik hotel pun tidak dapat disembunyikan. Bentuk arsitektur 30 tahunan yang lalu atau lebih tentu berbeda sekali dengan masa yang sedang berjalan. Walaupun masih beroperasi, namun tidak semua hotel tersebut dalam keadaan baik pula. Ada satu dua hotel yang maaf saja, bentuk fisiknya sudah tidak meyakinkan sehingga turis cenderung akan takut untuk masuk atau bahkan sekedar bertanya harga. Bentuk seram yang dimaksud adalah bentuk hotel yang cenderung mirip rumah jaman dahulu yang kurang terawat, atau bahkan bunker atau penjara. Tentu, penampilan fisik hotel-hotel ini sebanding dengan harga yang harus dibayarkan. Namun umumnya juga, bentuk fisik selalu berbanding terbalik dengan kehangatan staffnya. Sentuhan personal lebih terasa di hotel-hotel kecil yang tradisional dibanding dengan hotel megah rapih berbintang-bintang. Hotel-hotel tradisional yang sudah cukup lama berdiri bisa ditemukan di daerah Kuanino, Sumatera dan Kelimutu. Anda bisa menilai sendiri bentuk fisik yang dimiliki hotel-hotel tersebut.
Sementara itu, ada sejumlah daerah yang tidak memiliki kluster hotel sehingga anda harus tahu benar-benar pasti dalam mencari hotel di lokasi ini. Umumnya, di area ini hanya memiliki satu buah hotel sehingga tidak akan masuk dalam lokasi pencarian kluster hotel. Apabila tidak dibarengi dengan kualitas dari mulut-ke-mulut yang baik, sukar sekali menemukan hotel-hotel ini. Hotel yang tidak termasuk dalam jejeran kluster adalah Hotel Dewata di Jalan Tom Pelo, Hotel Nusa Lontar di Jalan Cak Doko, Hotel Kupang Sea View di Jalan Ikan Tongkol, dan Hotel Nusantara yang terletak di ujung pertama Jalan Timor Timur, Oeba.
Sama seperti banyak daerah lain di Indonesia. Ada sejumlah daerah yang diwarnai merah karena tergolong sebagai daerah red district. Pengertian red district disini ialah daerah yang suasana kehidupan malamnya lebih kental dibanding daerah lainnya di Kupang. Secara kasar dapat dikatakan, di area ini, banyak hotel digunakan hanya dalam hitungan jam. Bagi para turis yang ingin agar tetap aman, sebaiknya tetap menjauhi daerah ini dan tidak melakukan kegiatan apapun di wilayah ini selepas malam menjelang. Walaupun Kupang adalah kota yang aman, namun, adalah tetap bijaksana untuk tetap menjauhi daerah-daerah red district ini. Terkadang, harga yang terlalu murah pun bisa jadi merupakan suatu indikator akan hal tersebut. Selalu update informasi dengan warga lokal (lebih baik apabila anda memiliki teman) sehingga anda bisa selamat dan jauh dari lokasi kehidupan malam ini.

Wednesday, February 04, 2009

Ngangkot di Kupang dan Pulau Timor

Selepas Bandara, saya sudah merasa penat untuk melepas segala beban yang saya panggul ini. Di angkota yang menuju kota pun saya sudah pegal membawa semua barang-barang ini. Ingin segera rasanya meletakkan semua beban dan kemudian berjalan-jalan dengan bebasnya. Oleh karena itu, tujuan pertama adalah pencarian hotel untuk berteduh nanti malam dan tempat meletakkan semua barang-barang.
Dari bandara, kendaraan/angkot yang melintas adalah yang dari arah Penfui menuju pusat kota (biasa disebut dengan walikota atau berada di sekitar jalan El Tari). Angkot ini bernomor 14 atau 15 dan berbiaya Rp. 1500-2000 sekali jalan. Dari Bandara, mintalah untuk turun di walikota atau turun di Persimpangan (lebih tepat disebut pertigaan sebenarnya) Pertamina (dalam hal ini, pertamina adalah sebuah stasiun pengisian bahan bakar minyak umum alias SPBU). Kesan pertama yang sangat baik kepada angkot Kupang, ketika saya bilang saya ingin turun di walikota, mereka menurunkan saya di pertigaan Pertamina dan memberitahu saya harus naik angkot satu lagi di sisi seberang. Demikian, saya membayar 2.000 rupiah saja. Sensasi di dalam angkot sungguh tak terkira. Angkot kecil tersebut hampir keseluruhan dinding luarnya ditutupi dengan sticker gelap (sejenis kaca film) kemudian dilapisi lagi dengan siluet bintang idola, tulisan tulisan 'gaul', kata-kata menarik, hingga gambar artis pujaan hati dan kartun serta pahlawan pembela kebenaran. Selain di sisi luar yang meriah, di dalamnya pun meriah. Tak lupa, speaker sub woofer besar ditidurkan di bawah deretan bangku penumpang, memutarkan kencang-kencang musik yang digemari oleh sopir angkot tersebut. Apabila klasik, maka sang sopir akan memutarkan lagu-lagu Pop Timor yang sungguh sangat autentik berada di pulau yang eksotis. Apabila agak pop sedikit, maka sang sopir akan memutarkan lagu-lagu band Indonesia terkini, bahkan diselingi dengan beberapa lagu barat maupun religi nasrani. Jendela yang teramat kecil dan berada di sekitar wilayah pinggang menyulitkan kita untuk dapat melihat keluar angkot dan menerima kibasan angin dari luar. Tidak lupa, di sisi plafon angkot, dipasangi tiang panjang sebagai tempat berpegangan apabila sang supir cukup ugal-ugalan. Tidak hanya itu, tiang panjang tersebut digantungi dengan pegangan bertali sebagai tempat tangan perpegang berbentuk hati yang fancy berwarna merah muda. Sungguh berhias! ALhasil, kalau tidak tahan, maka saya jamin, pusing dan niscaya isi perut akan keluar, seperti yang saya alami di dalam angkot tersebut.
Nah, angkot ini akan melintasi jalan Timor Timur Raya sehingga saya dapat melihat ombak berdeburan kencang di sisi kanan saya. Jalanan yang tepat berada di pinggir pantai yang bertebing memang suatu pengalaman yang unik. Sangat menyenangkan bisa menumpang angkot sambil menikmati debur ombak yang kala itu cukup kencang di sebelah kanan angkot. Sejenak, mual saya terlupakan. Namun, begitu terkena terpaan angin pantai yang besar, tiba-tiba mual kembali menyerang.
Tidak jauh setelah wilayah pantai, saya tiba di pertigaan pertamina. Dari sini, anda tidak usah menyebrang ke seberang jalan. (saya bahkan sudah menyebrang jalan dan hampir menaiki angkot yang salah*karena saya tidak dapat melihat dimana nomor angkot tersebut berada* sampai sang konjak-ucapan kenek untuk bahasa Kupang- memberitahu bahwa angkot mereka tidak melewati walikota). Dari tempat anda berhenti, susurilah pom bensin tersebut hingga bertemu jalan yang berada di samping pom bensin tersebut. Disini, umumnya angkot nomor 10 telah berhenti apabila melihat adanya penumpang yang ingin menaiki jurusan ini.
Dari sini, anda akan dibawa kembali menuju jalan El Tari-jalan yang sama dengan arah bandara- untuk kemudian melewati area walikota-Terminal Oebobo dan Museum NTT. Sorry, anda belum benar-benar sampai di pusat kota. Terminal ini adalah bagian pinggir kota. Anda bisa sadari itu hanya dengan melihat lingkungan sekeliling yang sepi dan tidak begitu banyak bangunan yang terlihat. Nah, dari Terminal Bus Oebobo ini, anda bisa naik angkot nomor 7 untuk sampai ke Jalan Achmad Yani-Urip Soemohardjo (Heran, wilayah Timor, tapi pemberian nama jalan mengikuti kaidah propinsi lain). Nah, disinilah anda telah sampai di pusat kota yang sesungguhnya dengan sejumlah pusat kegiatan bisnis seperti toko, bank, pasar hingga hotel-hotel. Mungkin dari sinilah Kupang mendapatkan kesan 'sprawled city' seperti yang dituliskan dalam Lonely Planet. Ya, pusat kota ini tidak jelas berada dimana. Bahkan, ketika sampai pertama kali pun, saya hanya bisa menduga-duga, berbentuk seperti apakah kota ini.
Dari Jalan Urip Soemoharjo, keramaian warga mulai terlihat. Sejumlah hotel banyak tersebar di wilayah ini, terutama di wilayah Kelimutu, Tompelo, Cak Doko, Timor Timur, dan Sumatera. Saya rasa, berjalan kaki mencari hotel tidak terlalu masalah ketika anda sudah sampai di pusat kota. Namun, sebaiknya pastikan dahulu lokasi hotel yang anda kunjungi mengingat barang bawaan anda yang sudah cukup banyak sehingga anda tidak akan mati lemas di jalanan karena berputar-putar tidak menemukan lokasi yang akan anda capai. Yang terbaik, gunakan jasa ojek!