Thursday, April 30, 2009

Mari, Saya Antar Anda Ke Pulau Sikuai

Inilah pulau yang lancar disebut-sebut dalam perbincangan yang mengatasnamakan pulau-pulau tercantik di Indonesia (atau dunia?). Ya, Sikuai menjadi satu nama yang paling ‘panas’ untuk dibicarakan terutama semenjak pulau resort ini dibuka untuk umum. Gambar-gambar di internet dan banyak beredar di forwardan e-mail itu begitu menggoda bahkan cenderung dianggap sebagai hoax. Banyak para netter menganggap e-mail tersebut adalah palsu. Banyak pengguna internet menilai dan mengira foto-foto yang ditampilkan adalah suatu tempat di luar negeri nun jauh disana. Bukan di Sumatera Barat, Indonesia, bumi pertiwi kita sendiri. Intinya, terlalu banyak penyangsian. Hamparan pasir putih dengan birunya laut tak bercela, pulau-pulau hijau yang kontras dengan birunya laut, resort yang tertata cantik dan eksklusif. Suasana pantai yang sepi hanya ditemani oleh semilir angin dan tempat tidur gantung. Semua ini membuat angan dan khayalan para netter langsung melambung ke pulau surga di Pasifik Selatan atau Samudera Hindia. Rasanya sangat mustahil di Indonesia ada tempat seperti ini. Bayangan masyarakat Indonesia akan pulau cantik di Indonesia kebanyakan langsung tertuju pada Bali. Tampaknya, hanya Bali yang masih memiliki pulau-pulau dan pantai cantik nan menawan. Di luar itu? Rasanya para turis tidak memiliki imajinasi lagi akan pulau cantik di Indonesia. Pokoknya Bali, begitu katanya. Itu yang terjadi pada tahun 2004 awal.
Nah, Pulau Sikuai yang mulai melejit namanya semenjak tahun 2004 ini tampaknya bisa disebut-sebut sebagai pengganti potongan surga di bumi. Seperti dikatakan sebelumnya, pantai pulau ini berpasir putih. Pantainya lebar, panjang dan sepi. Disini, hanya ada sepasang kekasih berjalan bergandengan tangan di tepi pondok-pondok bernuansa alam. Gambaran ini tentu menjadi daya tarik yang teramat kuat bagi promosi akan pulau ini. Belum lagi ditambah dengan pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Ikan-ikan warna warni berenang bebas dan liar diantara terumbu karang yang masif. Birunya langit dan laut yang seirama ditambah dengan hijaunya perbukitan di pulau sekitar. Tidak ada kata lain yang lebih tepat selain “saya harus kesana!”
Terletak dalam wilayah administrasi Kota Padang, pulau seluas 44 hektar ini bisa dicapai dalam waktu 1 jam dari Dermaga Batang Arau. New Sikuai Island Resort, pengelola pulau ini per tahun 2007 telah membuat segala sesuatunya menjadi mudah bagi para wisatawan. Tulisan dalam brosur bertajuk “The Dream Become Reality” tampaknya benar-benar menjadi nyata karena mudah sekali untuk bakunjuang ke pulau ini. Yuk mari kita coba sambangi pulau yang aksesnya sudah dimudahkan ini.
Oke, pertama, yang harus anda pastikan adalah anda harus menuju dermaga tempat pemberangkatan menuju Sikuai. Dermaga yang dimaksud adalah Dermaga Wisata Bahari yang juga satu bangunan dengan AW Resto. Dermaga ini terletak di Jalan Batang Arau. Cukup mudah untuk mengenali fisik bangunan ini karena warna-warni yang mencolok dan sangat kontras dengan fisik beberapa ruko di sekitar bangunan ini. Apabila anda berada di Pantai Padang, berjalanlah terus ke arah selatan hingga melintasi departemen perhubungan dan jembatan kecil. Jarak ini bisa ditempuh kurang lebih 30 menit jalan kaki santai (masih pagi sich jadinya hayuk ajah dah!). Oh yah, waktu keberangkatan adalah pukul 10 pagi dan waktu kepulangan adalah pukul 4 sore. Jadi, usahakan anda sudah harus sampai di dermaga sebelum pukul 10 pagi agar tidak tertinggal (selain untuk booking tiket, anda juga bisa berfoto-foto di dermaga yang unik dan berwarna-warni). Pada saat anda membeli tiket, anda diminta untuk menuliskan data diri lengkap setiap penumpang kapal. Pada rombongan yang saya bawa, saya hanya diminta untuk menuliskan data lengkap saya saja beserta telepon yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat. Penumpang lainnya hanya wajib menuliskan nama saja. Kalau lapar, resto Aw yang ada di dalam bangunan ini bisa menemani anda santap pagi sebelum anda melancong ke pulau.
Saran saya, pergilah pada hari sabtu atau minggu. Kenapa? Alasan pertama adalah saya suka pulau yang lebih ramai. Apabila pulaunya terlalu sepi, saya tentu akan merasa takut ketika mengeksplorasi pulau ini tanpa bertemu dengan pengunjung lain. Alasan kedua karena sebagai seorang budget traveller, adalah sangat penting bagi saya untuk menghemat uang. Nah, tiket penyebrangan Padang-Sikuai pada akhir minggu memang lebih murah dibandingkan hari biasa. Pada akhir minggu, tiket dibanderol dengan harga Rp. 150.000 saja per orang. Biaya ini sudah termasuk transfer bolak balik Padang – Sikuai dan makan siang di dalam pulau. Pada hari biasa, tarif penyebrangan membengkak dua kali lipat yakni sebesar Rp. 300.000 dan minimal harus ada 10 orang dalam sekali keberangkatan. Apabila jumlah anda kurang dari 10, silahkan negosiasikan keinginan anda untuk mencapai pulau agar bisa diberikan penawaran harga kompromi. Ingat, tarif ini adalah tarif one-day-tour dimana pergi dari Padang pukul 10 pagi dan pulang dari Sikuai pukul 4 sore. Untuk anda yang mau menginap, tersedia sejumlah paket-paket untuk menginap di cottage yang tersedia, mulai dari Rp. 800.000 hingga Rp. 1.000.000 per malam per cottage(variasi harga tergantung posisi cottage dan pemandangan keluar). Cottage-nya sendiri bisa diisi hingga beberapa orang. Paket ini tampaknya jauh lebih menarik untuk anda yang sudah berencana untuk menginap di cottage dan pulang keesokan harinya. Tampak beberapa rombongan anak muda tinggal di dalam sebuah cottage. Bisa juga untuk wisata murah meriah! Kalau ramai-ramai mungkin bisa ditekan harganya.
Sudah nggak sabar yah cerita tentang pulaunya? Hehe...oke, kapal yang seharusnya berangkat pada pukul 10 agak ngaret sehingga kita baru naik ke kapal pada pukul 10.15 pagi. Itu pun dibarengi dengan kekecewaan lainnya. Apa pasal? Kapal yang bersandar di dermaga adalah jenis kapal modern yang berbodi besar dengan kabin manis di dalamnya. Di bagian atas kapal terdapat deretan bangku yang beratap kanopi. Untuk tempat duduk para wisatawan yang ingin menikmati Lautan Hindia tampaknya. Eits, jangan senang dahulu. Saya sudah senang akan menaiki kapal ini dan sudah merencanakan akan duduk di sebelah mana dan berfoto-foto sepanjang perjalanan. Ternyata, begitu melewati tempat check in, saya masuk ke kapal dan JRENG...keluar lagi dari sisi satunya. Saya menaiki kapal kecil sejenis sampan berkanopi yang bisa menampung hingga 40an orang. Tak heran, para tamu yang naik kapal pun ribut berceloteh sana-sini dan menyebut ini sebagai bentuk kebohongan publik, walaupun sebagian besar diantara mereka mengatakan ini sambil tersenyum-senyum dan tidak terlalu ambil pusing. Saya sendiri sebenarnya tidak masalah naik perahu bermotor tiga yang masih tergolong besar ini. Tapi kalau bisa, kapal pesiar mininya itu gak usah dikasih lihat donk! Bikin ngiler ajah. Parkir di tempat lain kan bisa. Hehehe...Tak lama, salah seorang petugas menaiki kapal dan dengan cepat menghitung jumlah penumpang. Tampaknya jumlah penumpang masih dalam kewajaran (penumpang sekitar 40an orang) sehingga tak lama perahu bergerak berbalik arah menuju muara.
Dalam brosur, perjalanan disebutkan akan memakan waktu 25-40 menit. Tampaknya, ada kondisi khusus yang membuat perjalanan tersebut menjadi secepat itu. Beberapa sumber menyebutkan, kalau berlayar dari Teluk Bungus atau dari Sungai Pisang, waktu tempuh bisa berkurang secara signifikan. Namun, dari Pantai Padang ke Bungus sendiri memakan waktu 30 menit hingga satu jam. Sama aja toh yah? Nah, pada prakteknya, saya terombang ambing di atas kapal motor bermesin tiga selama satu jam (kayaknya lebih deh). Untungnya, walaupun terlalu berangin, kapal itu dilengkapi dengan kanopi untuk menahan panas matahari. Untungnya lagi, sepanjang perjalanan mata anda akan dimanjakan dengan berbagai hal-hal menarik yang pastinya jarang anda temukan. Kamera saya tidak berhenti berfoto sana dan sini. Terlalu menarik untuk dilewatkan! Dalam perjalanan, beberapa kali saya melihat pulau kecil dengan garis batas dengan laut berupa pasir putih yang mengelilingi pantai dengan sangat rapi, entah berpenghuni atau tidak. Baru kali ini saya melihat pulau dengan pasir yang putihnya sangat cemerlang. Mulus sekali. Kapal-kapal yang berlayar di Samudera Hindia juga cukup menarik untuk dijadikan tontonan. Mulai dari kapal besar yang modelnya mirip kapal tanker, hingga kapal bercadik dan berbendera warna-warni yang sudah pasti sangat menarik perhatian tamu. Dari semua itu, yang paling menarik buat saya adalah penyu. Ya, saya bertemu penyu yang melintas dengan santai di sebelah sisi kapal, berkali-kali berenang dengan menyembulkan kepalanya ke permukaan dan menenggelamkannya lagi. Tampaknya lautnya sangat bersih hingga hewan-hewan ini masih berada di sini. Lautnya sendiri berwarna hijau. Tanda cukup dalam.
Mulai bosan dengan kegiatan foto-foto dan bermaksud menyimpan energi yang akan dikerahkan di pulau, saya mulai masuk mode hibernasi. Ya, dari status semangat, saya mulai masuk fase ngantuk. Ternyata perjalanan selama satu jam cukup membuat penantian yang panjang juga yah. Berkali-kali saya menajamkan mata ketika ada pulau yang terlintasi oleh perahu. Berharap itu adalah Sikuai. Sayangnya, Sikuai tidak kunjung datang. Sampai akhirnya, beberapa penumpang (anak muda) di bagian geladak kapal mulai berdiri dan menunjuk-nunjuk. Ohhh...tampaknya kita sudah segera sampai. Air laut sudah berwarna biru tua.
JRENG. Tiba-tiba saja, tanpa permisi, Sikuai sudah terbentang di depan perahu. Perahu yang sudah melewatinya segera mematikan mesin dan memutar haluan. Mulut saya ternganga dan saya takjub sampai terbengong-bengong. Yah, gak seekstrem itu sich penggambarannya. Saya hanya ingin mempertegas bahwa yang saya lihat ini sungguh menakjubkan. Air laut berwarna biru laut sangat pekat pertanda airnya sangat dalam. Namun, tak lama ketika perahu mendekat ke dermaga, air laut secara cepat berubah warna menjadi hijau pekat, hijau dan akhirnya hijau muda dan di tepi pasir pantai, air berwarna biru muda. Baru kali ini saya melihat yang seperti ini. Deretan pondok di tepi pantai dilengkapi dengan deretan pohon kelapa. Ya, mungkin benar apa yang dikatakan oleh brosur tersebut. Mimpi yang menjadi kenyataan. Belum selesai rasa takjub saya, ketika perahu mendekati pinggir dermaga, air berwarna hijau terang bening di bawah kapal menampilkan pemandangan luar biasa. Ribuan ikan sejenis teri berenang bebas di bawah perahu. Rasanya mereka dapat dengan mudah digapai terlebih dasar dari tempat mereka berenang adalah pasir. Tampaknya cukup dangkal. Namun, saya belum mau mengambil resiko itu. Saya masih bisa menahan diri koq :)
Sesuaikah Sikuai dengan apa yang digembar-gemborkan selama ini? Ya! Saya bisa mengatakan bahwa semuanya serba sempurna dan benar di Sikuai ini. Tidak ada satu hal pun yang salah dari Sikuai. Warnanya terutama. Semua warna terlihat jelas dan terang. Warnanya benar dan sempurna. Kamera saya tiba-tiba seakan memiliki kemampuan lebih untuk bisa menangkap warna lebih banyak. Hijaunya perbukitan dan pulau kecil di sekeliling Sikuai dipadu dengan birunya laut dan langit tertangkap dengan sempurna oleh kamera saya. Sempurna. Hanya satu kata! Sempurna dan Sempurna! upss...itu 3 kata yach? haha.. Brosur dan e-mail tersebut tidak melebih-lebihkan. Inilah yang akan anda rasakan di Sikuai. Bukan di Maladewa, Mauritius, Bora-Bora atau Tahiti (yah, saya sich belum pernah ke pulau-pulau itu). Semua ini ada di Sikuai.
Pasirnya yang berwarna putih. Perahu yang ditambatkan di tepi dan bergerak malas-malasan karena terbawa ombak. Cuaca yang sangat mendukung. Rasanya, kalau itu pulau pribadi saya, pasti saya akan segera melucuti pakaian saya dan langsung lari menuju pantai lalu melakukan atraksi guling-gulingan di pasir pantai. Meluapkan ekspresi kegembiraan dan naluri liar alami. haha.. Ya, belum pernah saya melihat yang seperti ini dari kacamata seorang turis. Dari brosur, fasilitas di pulau ini cukup banyak. Dengan luas sekitar 44 hektar, pulau ini bisa dikelilingi dengan berjalan kaki selama 45 menit. Tidak terlalu lebar juga yah? Jogging Track yang lebar dan nyaman mengelilingi pulau ini, cocok untuk anda yang ingin jogging di pagi hari sambil menghirup udara Sumatera Barat di lepas pantai. Sejumlah fasilitas ditawarkan gratis alias bebas bayar sementara sejumlah fasilitas tidak. Sejumlah fasilitas sudah termasuk pada tiket one-day-tour atau tiket menginap yang sudah dibayarkan. Fasilitas yang bisa dicoba antara lain : kolam renang, sunset plaza, lintasan lari, lapangan voli dan tentunya, berenang gratis di tepi pantai. Fasilitas lain yang mengharuskan anda merogoh kocek adalah : karaoke, snorkelling (Rp. 50.000 / jam), banana boat (Rp. 75.000/orang) , diving, sewa perahu dan sepeda. Saya masih memiliki waktu 5 jam lagi sampai saatnya nanti sore kapal akan datang menjemput. Pilihan saya jatuh pada berenang di pantai dan bermalas-malasan. Kapan lagi bisa berenang di pantai yang bersih dan jernih seperti ini? Seandainya ada pantai dengan pasir putih seperti ini belum tentu juga sesepi ini. Ya ngga? Sebelum makan, mungkin sebaiknya anda tahu bahwa dalam one-day-tour, anda juga turut mendapatkan sekotak nasi. Jadi, anda tidak perlu repot-repot mencari makan siang karena semua sudah disediakan oleh panitia. Makan siangnya pun tetap bernuansa Padang walaupun makanannya berupa nasi kotak. Sehabis makan, barulah saya mengganti pakaian saya (yang sudah sedari tadi ingin saya lakukan) dengan pakaian renang dan berlari menuju pantai untuk melepaskan hasrat saya akan pantai perawan ini. Yang pertama saya coba tentu berguling-gulingan di pasir yang lembut dan sangat putih tersebut. Sungguh. Sangat menyenangkan bisa menikmati pantai dengan pasir seputih itu. Sensasinya berbeda dengan pasir di pantai hitam. Jelas, bermain-main dengan pasir hitam mungkin sudah membuat mood menjadi malas. Kalau di pantai ini, hmm..rasanya saya rela tiap hari hanya diam di pinggir pantai sambil berjemur (mudah-mudahan mataharinya gak terlalu kuat sampai bikin gosong yach...)
Hal berikutnya yang ingin saya coba adalah snorkeling. Berhubung saya menghemat budget, maka biaya sewa peralatan snorkeling sebesar Rp. 50.000 per jam tidak ada dalam daftar belanja saya. Saya sudah membawa kacamata renang biasa. Saya mencoba berenang agak ke tengah (daerah yang berkarang dimana airnya mulai berwarna biru tua). Sayangnya, -saya menduga ini disebabkan oleh pembukaan pulau yang sudah berjalan beberapa tahun- karangnya tidak seindah yang pernah saya bayangkan akan Wakatobi, Togean, Raja Ampat, atau 17 Pulau hingga Derawan. Beberapa karang bahkan sudah berwarna hitam atau gelap (walaupun saya masih menemukan pecahan kulit kerang berukuran cukup besar yang jarang sekali ditemukan di pantai lain. Siapa sih yang masih bisa menemukan kulit kerang berukuran besar dan tidak terusik?). Melihat kondisinya yang seperti ini, saya tidak berani membayangkan apa yang terjadi dalam beberapa tahun ke depan apabila pantai ini terlalu mudah didatangi turis-turis. Apakah Manajemen New Sikuai bisa mengembalikan kondisi alam pantai pulau ini seperti sedia kala sebelum kedatangan banyak turis? Saya harap demikian. Walaupun begitu, saya tidak ambil pusing. Saya lebih tertarik menikmati waktu liburan saya disini (hanya 5 jam loch! kurang bahkan, gara-gara ngaret!). Menariknya, saya bertemu dengan beberapa ikan berukuran sedang walaupun saya berenang masih tidak terlalu jauh dari pantai. Ingat Dory? Ya, saya bertemu si Dory di salah satu karang. Ikan berwarna biru itu tidak tampak terlalu takut didekati manusia walaupun habitatnya tidak berwarna-warni seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Saya juga tidak siap memegang ikan tersebut. Takut menyakiti. Sisanya adalah ikan berukuran sedang dengan warna oranye cerah. Mereka berenang berdua-dua mengelilingi bebatuan dan karang. Sangat mengesankan! Berhubung saya tidak mengenakan peralatan snorkeling dan tabung udara, maka saya tidak berani menjelajah terlalu jauh. Saya tidak punya pengalaman apapun di dunia snorkeling. Baru sampai agak ke tengah saja saya harus berkali-kali mengambil nafas ke atas permukaan. Walaupun lautnya sangat tenang, namun saya tetap tidak berani mengambil resiko.
Seusai berenang dan puas berfoto-foto di tepi pantai, saatnya saya berbilas dan berenang di air tawar. Kolam renang di tengah cottage menjadi pilihan saya. Sayangnya, kolam renangnya masih memiliki kamar mandi yang kurang layak dibandingkan dengan segala fasilitas yang ada di pulau ini. Sedikit disayangkan jadinya. Walaupun panas terik, namun saya tetap rela berenang. Bersama denga para tamu-tamu lainnya, tampaknya semua tidak ada yang ingin melewatkan satu detik pun tanpa bersenang-senang dan tidak menikmati fasilitas disini. Gak mau rugi donk pastinya. Hehe... Kolam renangnya terbagi menjadi dua, kolam renang dewasa sekitar satu setengah meter dan kolam renang anak-anak yang dangkal dengan ukuran mini. Airnya bersih, serasa kolam renang pribadi dech!
Alhasil, waktu 5 jam yang saya miliki lekas terbuang karena saya banyak bersantai-santai di pantai. Bersama saya, ada sejumlah wisatawan asing baik pria maupun wanita, berjemur di pantai lengkap dengan kursi kolam yang mereka tiduri. Mereka berjemur malas-malasan sambil membolak-balik tubuh mereka. Sebagian wisatawan lokal justru lebih aktif dibanding mereka. Wisatawan lokal banyak bermain-main di tepi pantai dan berenang. Beberapa malah mengambil kegiatan snorkeling dan diving. Saya tidak sempat memutari seluruh pulau karena sudah terlalu asyik berenang di pantai. Ketika ingin berkeliling, saya baru sadar, waktu sudah terlalu sore. Kapal pengangkut akan segera tiba. Ketika jam 4 sore mulai tiba, speaker akan berkumandang di penjuru pulau, memanggil tamu-tamu yang harus kembali ke Padang. Sayang, berhubung waktu transfernya pukul 4 sore (tiba di Padang pukul 5 sore), maka saya tidak bisa menikmati sunset plaza yakni tempat melihat matahari terbenam yang terletak di bagian bukit tertinggi di tengah pulau. Mungkin inilah fitur lebih bagi pengunjung yang menginap. Sayang, saya tidak bisa menikmatinya. Namun saya ingin suatu hari nanti menginap disini.
Takut ketinggalan? Mungkin saja terjadi. Satu rombongan bersama saya, empat orang turis wanita asal eropa teringgal kapal yang kembali ke Padang pukul 11 siang. Alhasil mereka harus ikut kapal pukul 4 sore, berbarengan dengan para tamu one-day-tour. Saya cukup merasa aman di pulau ini karena selain load speaker yang dipasang di penjuru pulau berguna untuk memanggil wisatawan, nama-nama para tamu dipanggil satu persatu untuk memastikan bahwa mereka kembali ke Padang. (Pada waktu membeli tiket, anda diwajibkan menulis nama, data diri dan telepon darurat yang wajib dihubungi. Tidak wajib semua orang, hanya ketua regu saja). Kapal berangkat tepat pukul 4 sore dan saya mendapat suguhan berupa atraksi ikan-ikan di tepi kapal yang berloncatan entah mungkin mendapat mangsa atau melakukan tarian perpisahan dengan para tamu Sikuai (masih inget kan, kalau di bawah kapal ini persis ada ribuan ikan sejenis teri berenang?Dasar dermaganya dangkal, sangat jelas dipandang mata). Perjalanan pulang saya habiskan dengan setengah tertidur. Selain karena capai, saya terpanggang matahari yang memantul dengan terik dari laut yang bersih. Capai dan puas telah mengunjungi Sikuai walaupun hanya satu hari. Seandainya memang waktu dan dana menginjinkan, saya akan ambil pilihan menginap disana.
Beberapa hal yang patut anda ketahui antara lain, saya pernah mendengar berita yang mengabarkan bahwa penyebrangan Padang-Sikuai ditutup karena lautnya ganas. Perhatikan bulan dan waktu anda bepergian. Selalu konfirmasi kepada jasa operator layanan ini, apakah penyebrangan selalu tersedia. Bulan terbaik untuk bepergian berkisar Maret – November dimana resiko pembatalan penyebrangan sangat kecil (memang, pembatalan penyebrangan sangat mengecewakan, tapi tentunya operator tidak mau mengambil resiko menerbalikkan kapal *amit-amit* di lautan Hindia yang sangat dalam itu bukan?). Bulan Maret hingga November diyakini sebagai bulan bebas terjangan angin siklon di sekitar laut Hindia yang dapat membuat ombak berulung tinggi hingga bermeter-meter. Tsunami juga menjadi perhatian pulau ini mengingat posisinya tepat di patahan lempeng yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan tsunami ke pulau ini. Untungnya, Pulau ini telah dilengkapi dengan detektor tsunami yang akan berbunyi 30 menit sebelum tsunami menerjang. Yang harus anda lakukan hanyalah berlari ke arah bukit tertinggi di pulau ini (400 meter di atas permukaan laut) dan anda selamat disana.
Mengenai Pusako Sikuai, manajemen Pusako telah berganti menjadi New Sikuai Resort Island per 2007 lalu. Jadi, keduanya adalah pulau yang sama namun ditangani dengan manajemen yang berbeda.
Bawalah peralatan renang dan mandi anda selengkap yang anda bisa. Apabila anda mampu membawa kacamata dan peralatan snorkeling, itu merupakan ide yang bagus untuk penghematan. Berhubung Sikuai cukup panas, bawalah sunblock untuk mengurangi kedashyatan sinar matahari yang memanggang kulit anda. Hubungi Operator New Sikuai Island di Jalan Batang Arau Dermaga Wisata Bahari (ada plang nama berukuran cukup besar), telepon 0751-33163 atau fax 0751-30804. Anda juga bisa chatting dan beremail ria dengan operatornya di new_sikuaiisland@yahoo.co.id atau di info@newsikuaiisland.com. Buka websitenya di www.newsikuaiisland.com. Silahkan berkunjuang ke Sikuai dan saya tunggu cerita anda.

Monday, April 27, 2009

Ciri Khas Masa Lalu Kupang

Ya, di Jalan inilah tampaknya Kupang mendapat julukannya : Kota Masa Lalu. Sejarah awal berdirinya Kupang memang tidak dapat dilepaskan dari wilayah ini. Wilayah yang sekarang disebut-sebut sebagai Kampung Solor (karena banyaknya warga Solor yang bermukim disini) adalah area pusat kota ketika Kota Kupang baru pertama kali berdiri. Jalan Soekarno, yang terletak persis di depan Teluk Kupang bagian barat adalah jalan yang sudah berusia cukup tua. Gampangnya, lihat saja bangunan-bangunan yang ada disini. Hampir semuanya bercirikan bangunan jadul dengan hiasan lumut maupun noda cat yang luntur memenuhi dinding bangunan. Start awal perjalanan ini bisa dimulai dari Simpang Besar Urip Soemohardjo, dari Gereja Katedral Kristus Raja, terus bergerak ke arah barat laut hingga mencapai Teluk Kupang.
Pertama, anda akan bertemu dengan Masjid Raya Kota Kupang Nurusya'Adah. Kubahnya yang sangat besar memang membuat anda tidak mungkin melewatkannya. Pintunya yang bernuansa jadul dan tangga semen tanpa terali di pinggirnya memang menguatkan nuansa jadul pada bangunan ini. Selain sebagai tempat beribadah, Masjid ini juga digunakan sebagai pusat dakwah. Pada saat hari kunjungan, saya tidak menemukan adanya kegiatan sama sekali. Berikutnya, di seberangnya ada Kantor Pos Fontein. Walaupun cat putihnya tampak baru, namun kesan jadul tidak bisa ditutupi oleh bangunan mini berbentuk mirip barak ini.
Kemudian di sekitar belokan jalan, ada Bank BRI dan Kantor Bupati Kupang (Kantor Bupati Kupang berlokasi di Kota Kupang?) yang keduanya mengusung bentuk bangunan yang hampir mirip yakni berbentuk benteng. Bedanya, Bank BRI ditutupi oleh semacam keramik pada sisinya sedangkan Kantor Bupati lebih condong ke arah benteng. Sayang, berhubung keduanya bangunan pemerintah, maka saya tidak terlalu nekad mencoba masuk untuk berfoto. Hehehe...
Terakhir, di area penghujung dekat dengan teluk, ada sejumlah bangunan (kayaknya sich bekas gedung pusat pemerintahan-jelas dengan lambang di atapnya) jadul, super keropos, berjamur, bernoda, catnya rapuh dan kotor. Tulisan yang tampaknya seperti Nacaca Dano Rocca tampak di bagian bawah lambang sebuah pentungan, dengan kapas dan padi di kanan kirinya diapit oleh sepasang sayap. Mungkin ini sejenis lambang kepolisian atau militer? Yang membuat unik adalah sebuah menara tinggi di sebelahnya yang sama-sama keropos dan kotornya dengan bangunan utama. Kondisi serupa dapat ditemukan di Kantor Perlindungan Masyarakat yang juga pada siang itu tidak tampak adanya kegiatan berarti. GMIT Jemaat Kota Kupang berada di sebelah Kantor Perlindungan Masyarakat ini. Terakhir, di ujung jalan ini ada sebuah bangunan gaya Cina yang sudah keropos juga yang di bagian bawahnya dijadikan toko dan emperannya digunakan oleh para pedagang sayur mayur. Puas deh ngeliat bangunan-bangunan tua yang jadul, keropos dan jamuran. Hehehe...

Friday, April 24, 2009

Rekomendasi Rute Perjalanan Bali

Ada request dari teman, sobat, sahabat, rekan, kolega, sista (aaaawwwwww) Sdr. Arina Ully Wahyu Utami, untuk membuat rute.Yak! Saya sadari ini kekurangan saya dan saya akan membuat blog ini lebih berguna lagi dengan mengakomodir kebutuhan para pembaca :D. Oleh karena itu, saya persembahkan rute 5 hari 4 malam super dashyat non stop ini (mulai lebay) hahaha...

Hari pertama : kita main yang adem-adem dulu n jauh-jauh dulu yah berhubung waktu sampai tuh biasanya masih sueger...
- Sampai di Bali pagi hari
- langsung tancap gas ke Ubud
- Sebelum ke Ubud, biasanya akan sampai Pasar Sukowati sich. Tapi masak iyah mau belanja belanji sekarang? hehehe...lewat dulu yah.
- Sepanjang perjalanan sampai ke Ubud, anda akan bertemu dengan Desa Batu Bulan, tempat pagelaran tari-tarian Bali digelar. Yang paling terkenal tentu saja Tari Barong dan Tari Kecak. Lalu ada Desa Celuk dan Desa Mas yang terkenal dengan kerajinan peraknya (coba deh liat-liat ke Galuh) dan kerajinan ukir-ukiran. Belanjanya tahan dulu kali yah, secara masih pagi nich.hehehe...
- Sampai di Bali Bird Park. Harga tiketnya memang agak mahal sich, tapi kalau punya dana extra, masuk aja buat ngeliat bahwa Indonesia punya surga burung yang cantik juga loh. Burung-burung seperti Toucan, Macau, Lori, dll. Di sampingnya persis, ada Bali Reptil Park. Sesuai namanya, Bali Reptil Park menyajikan reptil-reptil dalam kandang maupun kurungan. Harga, Bali Bird Park 90K IDR Per Orang (Lokal). Bali Reptil Park 65K IDR Per Orang (Lokal). Kalau misalnya gak rela masuk ksini karena mahal, liat-liat dan foto foto dari depannya ajah. GRATIS!
- Lanjut lagi ke arah utara, maka anda akan bertemu dengan Hutan Monyet. Tertarik? Kalau nggak, lanjut saja...
- Kalau misalnya gak tertarik belanja, mungkin Ubud dan pasarnya gak akan menarik untuk anda. Tapi disini bisa liat berbagai galeri, kerajinan tangan, vila Ubud.
- Di dekat sini ada Goa Gajah, pintu masuknya sih unik dan keren buat foto foto :D
- Istana TampakSiring. Yah, seperti yang kita tahu, Istana Kenegaraan ini tentu gak mungkin bisa dikunjungi setiap saat. Coba deh hubungi sekertariat Istana untuk mengetahui syarat bisa masuk ke Istana ini. (biasanya ada syarat minimal sejumlah orang tertentu). Kalau nggak bisa yah coba deh ke Pemandian Pancuran Tampak Siring, lokasinya gak jauh dari Istana koq.
- Nah inilah dia tujuan ultimate di Bali pada hari ini. Danau Batur dan Gunung Batur. Usahakan sampai di Kubu Penelokan, Kintamani pada siang hari. Jadi, bisa makan siang di restoran buffet Internasional dengan view Gunung dan Danau Batur yang menawan. Kebetulan, pemandangannya spektakuler kalau nggak hujan. Bisa sambil foto-foto dan istirahat. Harga restoran Buffet di sekitar tempat ini berkisar 50K - 65K IDR per Orang. Puas deh makannya. Hati-hati, penjual dagangan di sekitar tempat ini sangat agresif dan memaksa. Tanpa bermaksud jelek, jaga barang-barang bawaan anda. Kalau misalnya memang gak berniat beli, jangan melirik, melihat, apalagi sampai memegang dan menawar harga produk mereka. Anda tidak akan dilepas semudah itu. Lebih baik, katakan tidak terima kasih dan segera berjalan ke mobil tanpa ba bi bu kalau gak berniat belanja.
- Sisa waktu masih panjang. Jalan deh ke arah utara, ke Singaraja. Disini ada Air Terjun Gitgit (masih gak terlalu jauh dari Kintamani). Jalan ke utara lagi ada Pantai Lovina, pantai yang terkenal dengan lumba-lumbanya di pagi hari. Kalau siang atau sore, mungkin anda nggak akan mendapatkan hal serupa.
- Usahakan pulang sebelum jam 3 atau 4 sore karena perjalanan ke selatan ke Legian masih cukup jauh. Sekitar 3-4 jam. Usahakan pulang jam segitu agar bisa makan malam di Legian.

Hari Kedua : Masih Mau lanjut yang adem-adem?
- Tancap gas ke Bedugul via Denpasar. Jalan-jalan kelilingan di Kota Denpasar ajah. Cari makanan Bali (sayangnya, makanan Bali kebanyakan berbahan baku babi seperti dendeng dan Babi Guling sehingga rawan dan haram bagi rekan-rekan yang muslim).
- Nanti akan lewat Mengwi. Di Mengwi ini ada Pura Taman Ayun. Boleh dilihat-lihat dan foto-foto. Di dekat sini ada Mandala Wisata Mengwi. Bisa foto foto di danau juga walaupun gak terlalu adem suhunya.
- Berhenti dulu di Pasar Candi Kuning buat merasakan tamparan angin segar menyapa wajah anda. Lihat tanaman, buah-buahan, dan kegiatan masyarakat disini. Siap-siap menggigil kedinginan karena tempat ini super dingin! asik buat jadi tempat resort dan peristirahatan.
- Akhirnya, sampai juga di Danau Bedugul. Buka kaca jendela lebar-lebar. Danau Bedugul ini sangat indah karena ada taman, danau yang berkabut dan Pura Ulun Danu yang rapih terawat. Habiskan waktu siang anda dengan berjalan-jalan di lokasi sini. Foto di Danau ini serasa kayak foto-foto postcard yang dijual di toko deh. Ada Cafe Ulun Danu juga untuk lokasi makan siang.
- Kembali ke arah barat daya pulau, kita menuju Alas Kedaton, tempat monyet-monyet. Selalu hati-hati karena dikabarkan monyet di Alas Kedaton sudah semakin nakal dari tahun ke tahun. Lepaskan perhiasan dan benda-benda mengkilat yang dapat menarik perhatian. Kacamata? Lupakan saja. Intinya, jangan mengenakan sesuatu kalau anda gak yakin bisa menjaganya dengan baik. Kamera dililit dengan tangan kuat-kuat jadi monyet tidak bisa mencurinya.
- Persinggahan terakhir adalah Tanah Lot. Keuntungan sampai di Tanah Lot adalah menikmati dua objek sekaligus dan juga menikmati matahari terbenam di sisi barat yang indah. Kalau anda beruntung, anda bahkan bisa berjalan ke pura tanpa kebasahan. Objek wisata yang ada disini adalah Pura Batu Bolong (batunya unik! Jangan lupa difoto!) dan Pura Tanah Lot itu sendiri yang super duper tersohor. Habiskan siang dengan melihat-lihat barang belanjaan dan sore dengan menikmati air kelapa muda di balkon pinggir pantai.

Hari Ketiga : Menuju Selatan yang Panas
- Yak! Kita berkunjung ke arah Tuban dan Bali Selatan. Sebelum itu, pas lewat di Kuta, mampir dahulu lah di Joger. Disini, barang-barang kerajinan Bali yang unik dan khas bisa didapat. Ayo, borong! Simpan kamera anda, di beberapa sudut Joger, dilarang untuk berfoto karena alasan tertentu. Tapi di depan Joger, please foto-foto sambil menikmati cuci mata melihat-lihat barang-barang unik dari Joger.
- Mau main olahraga air? Coba deh ke Benoa dan Nusa Dua. Kalau males basah-basahan, bisa berjalan-jalan aja koq di pinggir pantai. Olahraga air yang ada disini antara lain parasailing, banana boat, jetski, flying manta hingga kunjungan ke Pulau Penyu, tempat konservasi penyu. Disana bisa foto sama rangkong jinak, kura-kura dan penyu, ular dan beberapa binatang lain.
- Lanjut ke Garuda Wishnu Kencana, Taman Budaya Bali yang menawarkan pemandangan unik dan spektakuler serta 'nyeni'. Disini, ada patung besar Garuda dan Wishnu yang sampai sekarang belum jadi. Cukup Panas, jadi siap-siapkanlah sunblock dan topi. Foto-foto diantara batu cadas yang terpotong akan memberikan kesan unik. Di GWK ini, sering dijadikan tempat perhelatan festival/event dashyat.
- Lanjut ke sisi selatan Bali di uluwatu. Pura sendi Bali ini memang berbeda dengan pura-pura lainnya. Lokasinya menawan di ujung tebing cadas tinggi. Nikmati laut selatan Bali dari ketinggian sambil menyaksikan ombak yang menerpa cadas di kejauhan di bawah sana. Hati-hati dengan barang bawaan anda juga, karena pura ini dilindungi oleh monyet-monyet. Jangan lupa, pakai pakaian yang pantas (kalau bisa menutup betis) karena pura adalah tempat suci.
- Penutup, coba deh sempatkan ke Pantai Kuta Baru atau yang dikenal dengan nama Pantai Pecatu. Belum kenal juga nama itu? Bagaimana kalau sebutannya Dreamland? mungkin kenal yah. Pantai ini dahulu pernah terkenal karena topless-nya turis-turis yang berjemur. Namun, sekarang fenomena itu sudah tidak ada lagi. Pantai ini dikelilingi batu cadas karang sehingga agak berbeda dengan pantai di bagian lain Bali.
- Sempatkan lewat Jimbaran untuk makan malam. Asik loh makan di pinggir pantai sambil mengunyah seafood dan melihat pesawat terbang lepas landang dan datang. Harga makanan disini agak uppriced, tapi worth koq sama suasana yang terbangun.

Hari Keempat : Yuk main air dan malas-malasan!
- Dari Legian, jalan kaki lah anda ke Pantai Kuta. Tidak terlalu jauh koq. Justru masih pagi, sempatkan untuk main air di seputaran Pantai Kuta.Nikmatilah saat-saat malas anda disini.
- Setelah hari mulai panas, baru deh jalan di sekeliling Kuta, ada monumen Legian dan Hotel Hard Rock Bali yang unik juga untuk difoto-foto. Walaupun secara teori, ini adalah sebuah hotel, namun tampaknya hotel ini telah menjadi semacam simbol dan landmark Kuta. Tak sah rasanya ke Kuta kalau nggak berfoto di depan papan surfing Hard Rock.
- Kalau panas banged, maen deh ke Kuta Square atau Bali Discovery Mall. Standrard seperti square atau mall biasa, namun anda bisa coba beberapa makanan disini. Kalau Discovery mall, ada semacam teater yang langsung terhubung dengan pantai. Mall dengan konsep yang unik.
- Bisa juga menghabiskan waktu di Waterbom Bali di depan Discovery Mall. Seru juga maen air disini. Harganya 130K per orang bisa sepuasnya!
- Menghabiskan sore dengan berjalan-jalan ke Pantai yang lebih tenang di Bali, yang nggak terlalu berisik seperti di Kuta. Bisa coba di sisi barat seperti Seminyak atau di sisi timur seperti Sindhu atau Sanur. Pantai Sanur lebih kalem suasananya karena memang mayoritas tamu yang ke Sanur dari kalangan keluarga. Asiknya pula, di sisi pinggir Sanur banyak café dan ada Pasar Sindhu di tepi Pantai Sindhu yang penjualnya gak begitu memaksa menjual.

Hari Kelima : Yuk Belanja Oleh-Oleh
- Saatnya berburu, sehabis makan pagi, arahkan kendaraan ke Guwang, Pasar Sukowati lama. Siapkan deh urat anda dan teknik melobi sehingga anda bisa mendapatkan harga yang diinginkan untuk produk-produk mereka. Pinter dan sabar cari adalah kuncinya. Anda bisa dapatkan barang bagus dengan harga miring disini. Mulai dari Lukisan, Kerajinan tangan, oleh-oleh souvenir, pakaian, dan peralatan lainnya.
- Kalau masih ingin jalan-jalan, sempetin deh ke Pura Besakih di sisi Timur Bali, di kaki Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali.
- Jangan lupa belanja oleh-oleh makanan juga. Di dekat Desa Celuk, banyak deretan toko-toko souvenir dan makanan yang menjual kacang Bali, dan makanan lain yang khas Bali. Jangan lupa diborong yak.
- Ingat! Hari ini adalah hari check out. Jangan sampai ada barang yang ketinggalan. Siapkan 1 jam sebelum sampai di Bandara

Monday, April 13, 2009

Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Kota Kupang

Jenis Gereja ini yang mungkin tidak akan ditemui di daerah lain di Indonesia. Namanya saja Gereja Masehi Injili di Timor. Kayaknya memang khas dan 'endemik' Pulau Timor. Saya belum sempat icip-icip Sumba, Flores, atau Bahkan Rote dan Sabu, tapi sekali lagi dari namanya, tampaknya memang tidak ada gereja jenis ini di luar pulau. Gereja Masehi Injili di Timor yang berikutnya disebut GMIT, ternyata banyak sekali di Pulau Timor ini. Di Kota Kupang saja ada beberapa buah dengan masing-masing memiliki jemaatnya sendiri. Ya, GMIT ini memang gereja Protestan. Jenis gereja lain yang ada selain GMIT hanyalah Bethany (belum ketemu yang jenis lainnya).
Konon, menurut informasi, GMIT Jemaat Kota Kupang ini adalah Gereja tertua yang ada di Kupang. GMIT ini dibangun sekitar tahun 1700-an. Dindingnya bukan dari batu bata namun dari batu-batuan sehingga pernah ada usaha untuk merobohkan bangunan ini namun gagal karena keras sekali. Alhasil, bangunan bersejarah ini masih kokoh berdiri hingga saat ini dan ditambah beranda baru di area depan (tampaknya dibangun sekitar tahun 1887?). GMIT ini berdiri di Jalan Soekarno, Jalan di depan Teluk Kupang Barat yang memang dahulunya adalah Kota Kupang di awal-awal masa berdirinya. Sudah jelas, banyak bangunan unik dan jadul di seputar jalan ini. Mungkin dari jalan inilah Kupang memperoleh sebutan itu : Kota Masa Lalu.
GMIT ini memiliki beberapa keunikan. Yang tampak jelas adalah adanya suatu benda (tadinya saya kira rudal sisa perang dunia II, hehe..) bulat panjang bercat putih yang digantung di bagian luar gereja. Belakangan saya baru tahu ternyata itu adalah lonceng gereja. Di depan lonceng dengan bentuk unik ini terdapat sebuah makam pendeta yang tidak diketahui namanya. Bangunannya sendiri memang bernuansa jadul dan di belakang gereja terdapat sebuah pohon dengan lahan sempit berbentuk bulat. Unik juga. Hari dimana saya mengunjunginya adalah hari senin dan tampaknya tidak ada kegiatan apapun di gereja ini. Ada salah seorang bapak yang duduk di beranda bagian depan gereja dan tersenyum mempersilahkan saya berkeliling. Di sisi utara gereja tampaknya adalah sebuah taman kanak-kanak. Oh yah, alamat gereja ini di Jalan Soekarno Nomor 23, telp (0380) 21457

Saturday, April 04, 2009

Gereja Katedral Kristus Raja, Gereja Peninggalan Era Kolonialisme

Kalau kebetulan berada di Kupang pada hari minggu, coba deh kita melakukan kegiatan rohani. Apa pasal? Warga kota yang sebagian besar beragama nasrani memang sangat menghormati hari minggu sebagai harinya Tuhan. Sangat sedikit kegiatan yang dapat ditemukan di kota ini pada hari minggu. Saya bahkan menemukan sejumlah rumah makan, warung kecil, hingga toko tutup pada hari minggu kedatangan saya di Kupang. Wah, saran saya, kalau anda tiba di kota ini pada hari minggu, siapkanlah beberapa jenis makanan atau cemilan untuk mengganjal perut anda selama berada di Kupang.
Ada banyak gereja tempat umat bisa melakukan ibadat. Gereja Katolik paling terkenal tentu saja Gereja Katedral Kristus Raja di Jalan Urip Soemohardjo selain gereja Katolik lainnya yang tersebar di penjuru kota. Sementara itu, Gereja Protestan paling banyak di kota ialah Gereja Masehi Injili di Timor atau yang biasa disebut GMIT, banyak tersebar di penjuru kota juga untuk memenuhi kebutuhan jemaatnya.
Gereja Katedral Kristus Raja yang menjadi tempat peribadatan saya di hari minggu sore tersebut adalah bangunan lama Belanda (dibangun pada pertengahan tahun 1800). Bangunannya jadul abis. Tampaknya didirikan dari batu-batu besar yang menjadi ciri bangunan khas kolonialisme. Lonceng besar segede gaban masih bertengger sempurna di atas pucuk menara tertinggi dan masih bisa bunyi loch. Bangunan dalamnya (saya agak kecewa) tidak seperti yang saya bayangkan. Tampaknya tempelan dan ornamen modern sudah banyak menghiasi bagian dalam gereja. Chandelier yang ada saja sudah ditempeli lampu hemat energi dengan warna cukup terang. Bangunan berlantai 2 tersebut sangat panas. Padahal di luar sempat terdengar deru hujan deras namun di dalam banyak umat berkipas-kipas. Kipas besar 3 buah (mungkin karena kotor kali yach?) yang berputar di atas plafon tampaknya tidak mampu mengusir panas yang ada. Saya mengikuti misa sambil kegerahan.
Uniknya, putra altarnya ada yang perempuan, jadi mungkin tidak tepat disebut putra altar. Sejalan dengan sebutan Kupang, Kota masa lalu, Buku yang digunakan di gereja ini masih madah Bakti. Duh, saya tidak bisa mengikuti lagu-lagunya karena tidak familiar sama sekali. Ketika menerima hosti, saya semakin heran karena bagian atas tampaknya terlupakan (kebetulan saya duduk di atas). Alhasil, pastur atau prodiakon atau suster tidak naik ke atas untuk membagikan hosti. Jadi, di kala sesi pembagian hosti sudah mau selesai, barulah umat yang di bagian atas berbondong-bondong turun ke bawah atas inisiatif sendiri.
Gereja ini memiliki keistimewaan karena bangunannya berwarna sangat putih dan mencolok sekali terlihat di jantung kota. Ada sesuatu yang tampaknya seperti kuburan seorang Uskup di bagian depan gereja (tampaknya makam Mgr. Gregorius Manteiro, SVD, Uskup Agung Kupang tahun 1967-1997). Hiasan patung Jesus dan bunda Maria bersama dengan kain Ikat Timor berpadu di depan gereja.
Sama seperti patung Sonbay karena terletak berhadapan, jalur di depan gereja adalah jalur yang ramai oleh kendaraan umum. Hampir semua kendaraan umum yang melintasi pusat kota akan melewati gereja ini.

Wednesday, April 01, 2009

Tugu Sonbay Di Jalan Urip Sumohardjo, Kupang

Ada tugu yang tepat terletak di tengah-tengah kota Kupang. Tugu ini berada di perlintasan jalan teramai karena menghubungkan banyak daerah di Kupang. Tugu ini bernama Tugu Sonbay. Bentuk tugu ini adalah seseorang dengan pakaian adat Timor menunggang kuda dengan kuda yang mengangkat kedua kaki depannya. Dalam berbagai informasi dunia, kalau patungnya seperti ini, artinya orang tersebut tewas dalam peperangan.
Sonbay itu siapa yach?
menurut informasi yang dicari-cari di belantara Internet (maklum, sejarah di luar Pulau Jawa agak sukar dicari sehubungan dengan propaganda Orde Baru selama 32 tahun), Sonbay adalah seorang Raja yang berkuasa di daerah Mutis (Gunung Mutis, Gunung tertinggi di Timor Barat). Sonbay adalah raja terkuat di Timor Barat (mungkin juga terbesar) dan pengaruhnya juga tampak pada raja-raja kecil di wilayah tersebut. Raja Sonbay adalah raja yang kejam karena sering mengadakan persembahan pesta hasil panen dengan korban rakyatnya sendiri. Raja Sonbay juga sering sekali meminta persembahan gadis-gadis mua belia yang cantik. Walaupun demikian, Raja Sonbay ini turut serta dalam perjuangan membersihkan Tanah Timor dari bangsa penjajah. Saya nggak terlalu yakin apakah Sonbay yang saya ceritakan ini adalah orang yang sama mengingat nama Sonbay sebenarnya cukup banyak dan sangat endemik Timor. Patung Sonbay sendiri terkadang ditulis sebagai Sonbai. Dalam beberapa literatur, bahkan Sonbai ini merajuk ke Sobe Sonbai III atau Sait Mis Nisnoni yang berkuasa di Gunung Fatuleu (beda sekali kan antara Mutis dan Fatuleu). Beberapa literatur lainnya menyebutkan lokasi kerajaan ini di kaki Gunung Miomaffo. Halo, Gunung Miomaffo di TTU, Gunung Mutis di TTS, dan Gunung Fatuleu di Kab. Kupang. (beberapa dari cerita bahkan merefer asal muasal Raja Sonbai ini dari daerah Belu).
Yah, terlepas dari kebenaran cerita yang ada di jagad internet, Coba deh kunjungi patung ini. Bagian pedestal patung berupa kubus dengan ukir-ukiran logam di sisinya. Wujud paling jelas dari ukiran tersebut adalah sebuah parang besar, manusia-manusia yang bergelimpangan di dalamnya. Tentu, ini jadi membuat saya bertanya-tanya lagi. Apakah ini untuk melawan penjajah Belanda atau rakyat yang disembelih? Pedestal besar tersebut bergambar bintang segi lima warna kuning di sisi depannya. Ada semacam plakat kecil bahwa patung tersebut diresmikan pada tahun 1976 oleh Bapak Gubernur yang saat itu memimpin NTT. Pedestal lebih kecil di bagian bawahnya berukir Ikat Timor.
Terletak di Jalan Urip Sumoehardjo, tepat di depan Gereja Katedral Kristus Raja Kupang, tugu ini mudah dicapai dari banyak tempat (rasanya hampir semua angkot memutari lokasi ini), mulai dari lampu 10, 7, 2 dan 6.