Monday, August 31, 2009

Hotel Immanuel II dan Alternatif Hotel Lain di Padang

Padang memang tidak memiliki losmen atau penginapan yang benar-benar murah. Kategori murah buat saya adalah sebuah kamar dengan harga di bawah Rp. 100.000. Saya mencoba mensurvei beberapa penginapan yang recommended di sekitar Padang pusat kota dan saya mendapatkan rentang harga yang tidak terentang jauh untuk beberapa buah hotel. Mereka jarang membanderol rate harga kamar menjadi sangat ekonomis (di bawah Rp. 100.000). Kebanyakan, ekonomis plus plus. Beberapa sumber menyebutkan, daripada terlalu murah mendingan agak mahalan tapi bisa dapat fasilitas lebih dan nyaman. Begitukah?
Yang jelas, Hotel Immanuel menjadi pilihan saya untuk menginap dan menghabiskan beberapa malam di Padang. Kenapa saya memilih hotel ini? Pertama, tentu lagi-lagi soal rekomendasi. Hotel Immanuel mendapat predikat hotel yang cukup baik dan ramah serta staff yang sangat informatif. Hal ini bahkan saya alami langsung ketika menelpon langsung ke hotel ini. Staff pengangkat telepon bahkan langsung menanyakan kegiatan saya disini dan menawarkan jasa tour wisata keliling Sumatera Barat beserta rute yang harus ditempuh. Mengesankan. Begitu kesan saya. Padahal saya hanya bermaksud survei harga kamar saja terlebih dahulu. Namun, Immanuel sudah bergerak lebih cepat dengan menawarkan jasa pengantaran wisata keliling Padang dan Sumatera Barat. Ini yang saya butuhkan!
Beberapa kamar yang termasuk dalam rekomendasi antara lain :
Hotel Immanuel, Jalan Hayam Wuruk 43. Tel (0751) 28560 atau (0751) 31121
o Rp. 100.000 (1 orang) kamar mandi luar, kipas angin, sarapan pagi
o Rp. 125.000 (1 orang) kamar mandi dalam, ac, sarapan pagi
o Rp. 175.000 (2 orang) kamar mandi dalam, ac, tv, sarapan pagio Rp. 200.000 (2 orang) kamar mandi dalam, ac, tv, sarapan pagi
o Rp. 250.000 (3 orang) kamar mandi dalam, ac, tv, sarapan pagi
o Hanya berjalan kaki 5 menit untuk mencapai Pantai Padang
Hotel Hang Tuah, Jalan Pemuda I. Tel (0751) 26556o Rp. 199.000 (2 orang) kamar mandi dalam, sarapan pagi
o Terletak di pinggir pantai dan dekat dengan pasar.
Wisma Mayang Sari, Jalan Sudirman 19. Tel (0751) 22647
o Rp. 150.000 (1 orang) kamar mandi dalam, sarapan pagi
o Rp. 207.000 (1 orang + 1 extra bed) kamar mandi dalam, sarapan pagi
o Rp. 265.000 (2 orang) ac, air panas, kamar mandi dalam, tv, sarapan pagi
Hotel Nuansa, Jalan Samudera No. 12. Tel (0751) 26000 atau (0751) 34000
o Tidak dapat dihubungi• Hotel Dipo, Jalan Diponegoro. 13. Tel (0751) 34261
o Rp. 295.000 (2 orang) kamar mandi dalam, sarapan pagi, ac
o Cukup dekat dengan pantai dan pasar
Hotel Putri Kemala Balqis Beach, Jalan Hang Tuah No. 227. Tel (0751) 28780
o Tidak dapat dihubungi
• Hotel Cenderawasih, Jalan Pemuda 27. Tel (0751) 22894
o Tidak dapat dihubungi
Hotel Tiga-Tiga, Jalan Pemuda No. 31. Tel (0751)22633
o Terbakar
Hotel Tiga-Tiga Baru, Jalan Veteran 33. Tel (0751) 22173
o Rp. 77.000 (2 orang) kamar mandi dalam, kipas angin, sarapan pagi
o Lokasi jauh dari pantai, cenderung ke pinggir kota ke arah bandara.
Hotel Femina, Jalan Baginda Azis Chan 15. Tel (0751) 34309
o Rp. 130.000 (2 orang) ac, kamar mandi dalam, tv, sarapan pagi
o Lokasi terlalu agak ke tengah, lumayan jauh dari pantai (bersebelahan dengan Hotel Benjamin)
Hotel Mariani, Jalan Bundo Kanduang 35. Tel (0751) 34134
o Rp. 200.000 (2 orang) sarapan buffet, kamar mandi, ac, tv, air panas
o Lokasi cukup dekat dengan pantai dan deretan hotel lainnya.
Hotel Benjamin, Jalan Baginda Azis Chan No. 19. Tel (0751) 22324 atau (0751) 24220
o Rp. 88.000 (2 orang) sarapan pagi, kamar mandi dalam, tv, kipas angin
o Lokasi terlalu agak ke tengah, lumayan jauh dari pantai, sedikit masuk gang.
Hotel Hayam Wuruk, Jalan Hayam Wuruk No. 16. Tel (0751) 38123
o Rp. 160.000 (2 orang) termasuk sarapan pagi dan ac
o Tergolong hotel yang agak baru dan cukup dekat dengan Pantai Padang.
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, saya akhirnya menginap di Hotel Immanuel. Hotel yang terletak di Jalan Hayam Wuruk 43 ini ternyata mempunyai sister hotel di dekat Tepi Bandar Gereja. Hotel Immanuel yang saya akan singgahi adalah Hotel Immanuel II. Hotel Immanuel I terletak di Jalan Tanah Broyo No. 1 Telp (0751) 23917 atau (0751) 34174. Berhubung sister hotel, hotel memiliki fasilitas transfer antar hotel apabila salah satu hotel yang dituju penuh. Gratis! Entah mengapa, walaupun Immanuel II yang dibangun belakangan, Immanuel II lah yang justru lebih sering ramai dibanding Immanuel I. Kemungkinan pertama berkaitan dengan posisi Immanuel II yang di jalan raya cukup besar dibandingkan Immanuel I yang agak masuk ke dalam kompleks. Hotel Immanuel II sendiri juga sangat dekat lokasinya dengan Pantai Padang. Tidak usah terlalu banyak mengerahkan usaha untuk berwisata murah meriah yach. Tinggal ngesot dikit, sampai dech di pantai. Di samping dan sisi depan hotel ada café dan live music pada saat weekend. Resikonya memang ‘sedikit’ ramai pada saat weekend.Penampilan Hotel Immanuel II dalam sekejab langsung menyiratkan dua hal : Hotel ini adalah sebuah rumah yang dialihfungsikan dan bangunan ini berdiri sudah cukup lama. Arsitektur campuran kolonialisme tampak di bangunan ini. Untuk lebih mudah, Hotel Immanuel II akan disebut Immanuel saja ke depannya. Hotel yang hanya memiliki satu lantai saja ini memiliki 17 buah kamar. Ya memang, pemandangan vintage dan jadul tampak kentara sekali di rumah, eh hotel ini. Ornamen yang digunakan, kursi dan furniturenya memang bukan produk jadul tiruan tapi memang sudah berusia cukup lama. Menurut informasi, hotel ini memang sejatinya adalah sebuah rumah yang kemudian dijadikan hotel. Ini sebabnya susunan kamar di hotel ini tidak seragam, bahkan ada beberapa buah kamar yang seakan-akan terbangun darurat dan usianya berbeda dengan kamar lainnya. Ruang tengahnya sangat mengingatkan saya akan ruang keluarga jaman dahulu di sinetron televisi pada awal 90-an.
Kamar paling kecilnya berharga Rp. 100.000 per malam. Sejatinya, ini adalah kamar dengan peruntukan bagi satu orang saja. Kasurnya berukuran single namun lebih lebar sedikit. Apabila dipaksakan, nampaknya bisa digunakan untuk tidur 2 orang asal tidurnya jangan bergerak-gerak semalaman. Cukup lurus saja! Haha.. Di dalam kamar sudah terdapat sebuah lemari pakaian yang baru, kipas angin dan air minum cuma-cuma. Kamarnya sendiri cukup bersih dan rapih. Suasana kamar terang. Pokoknya tidak membuat keinginan untuk tidur menjadi hilang. Nyaman. Mengenai kamar mandinya yang terletak di luar, tolong jangan bayangkan kamar mandi umum yang agak jorok yach. Kamar mandi luar di hotel ini ada beberapa buah. Situasinya cukup bersih dan terang. Jadi, tidak ada alasan untuk komplain. Masih masuk dalam kategori bisa diterima lah. Kamar single ini yang saya sebutkan di awal sebagai kamar yang lokasinya agak ‘maksa’ dan tampaknya hanya memanfaatkan kelebihan ruang yang tersisa dan tidak tahu mau diapakan. Akhirnya, sisa ruang yang tersisa ini dibuat menjadi kamar. Sebenarnya masih dapat dikatakan cukup luas. Tapi, jangan harap bisa lari-larian atau jumpalitan di kamar yach. Kalau mau agak mewahan, kamar untuk berdua seharga RP. 175.000 bisa jadi pilihan. Tentu, perbedaan besar langsung terasa disini. Kamarnya akan menjadi lebih luas, tempat tidur ukuran double yang bisa memuat 2 orang ( 3 orang kalau kecil-kecil atau tidurnya dalam garis lurus...hihi..), tv kecil, ac dan kamar mandi dalam. Kamar mandi dalamnya memiliki shower, kloset duduk, bak mandi, dan washtafel serta cermin. Kebersihannya oke. Yang jelas, kamar ini bisa digunakan untuk lari-larian dan jumpalitan. Lebar sich. Ac-nya berfungsi cukup baik dan dingin. Bahkan, ada handuk dan amenities berupa sabun. Menarik yach?
Soal sarapan pagi, tampaknya menjadi kegiatan favorit kami di pagi hari sambil berbicara tentang tujuan yang akan ditempuh pagi itu. Walaupun ada sejumlah meja makan tersebar di penjuru rumah, termasuk ruang keluarga yang bisa digunakan untuk sarapan pagi, namun favorit kami sudah jelas : meja makan di depan taman mini yang ada di bagian tengah rumah. Di depan kamar 100 dan 110 ada sebuah taman kecil yang banyak dihiasi pohon, bunga bougenville dan beberapa tanaman serta bunga-bungaan plastik. Ada kolam juga, sayangnya kering tidak ada airnya. Ya, pagi hari tampaknya menarik dihabiskan di ruang terbuka di tengah rumah itu. Makanan yang disajikan biasanya berupa nasi goreng atau mie goreng (mereka biasanya baru mengeluarkan makanan pada pukul 7 pagi, walaupun aroma masakan sudah tercium semenjak pukul 6). Makanan tersebut diantarkan hingga ke kamar atau bisa diletakkan di tempat yang ditentukan seperti misalnya di meja taman yang tadi saya sebut. Makanan tersebut disajikan bersama dengan cangkir-cangkir teh beserta teko alumuniumnya. Tak lupa, segelas kecil gula pasir juga tersedia buat yang pengen manis. Oh yah, waktu check in, biasanya staffnya akan bertanya, pilih apa untuk sarapan, kopi atau teh. Silahkan pilih sesuai selera anda.
Ada tangga di bagian belakang rumah dan ini adalah sejenis tempat cuci dan menjemur pakaian. Di bawah tangga tersebut ada meeting room yang bisa menampung hingga 60 orang. Cukup besar juga ternyata. Katanya, meeting room tersebut sering disewa untuk pertemuan dan acara. Untungnya, selama saya menginap, saya tidak bertemu rombongan acara yang dimaksud. Waktu check in di hotel ini standard, jam 12. Namun, kalau begitu banyak kegiatan yang akan dilaksanakan, siapa yang rela late check out? Saya selalu check out sepagi mungkin setelah sarapan berakhir demi mendapatkan waktu lebih banyak untuk menyambangi lokasi-lokasi wisata.
Yang outstanding dari hotel ini mungkin seperti sudah saya sebut sebelumnya adalah keramahan staffnya. Mereka berjaga hingga 24 jam (tampaknya mereka tinggal di dalam hotel). Mereka sangat informatif tentang apapun, misalnya apabila saya bertanya tentang lokasi dermaga ini dan itu, lokasi tempat wisata, cara mencapai, kemudian tempat makan di sekitar hotel. Mereka siap menjawab dan jawaban mereka memuaskan. Sungguh, puas banget bisa menginap di tempat ini. Bahkan, di dekat pintu masuk utama, ada sebuah surat warga negara Eropa (saya lupa dari Norwegia atau Swedia) yang menyatakan akan kembali lagi ke Immanuel bila berkunjung ke Padang lagi. Surat itu memuji keramahan staff hotel ini selama kunjungan long-stay tamu tersebut. Jangan ragu-ragu untuk bertanya apapun selama kunjungan anda disini. Dijamin, anda pasti akan mendapat jawaban yang memuaskan. Oh yah, Hotel ini mensyaratkan mereka yang belum menikah untuk tidak tidur sekamar walaupun beramai-ramai. Apabila sudah menikah mungkin cukup tunjukan (saya yakin, anda nggak akan bawa surat nikah atau fotokopinya kemana-mana) ktp anda akan status anda.

Saturday, August 29, 2009

Makan di Pantai Padang, Restoran Nelayan dan RM Samudera Jaya, Padang

“Laparrrr!”, raung perut saya. Satu jam sudah berlalu semenjak waktu makan malam. Saya baru saja sampai di hotel dan baru berpikir untuk mengurusi perut saya yang sudah menjerit-jerit sambil joged keroncong selama satu jam terakhir ini. Makan apa yach di Padang malam hari?
Secara, Padang adalah kota besar, cari makan disini tidak terlalu sulit. Supir taksi yang mengantarkan kami sempat menunjuk beberapa titik untuk menghabiskan malam sembari menyantap hidangan makan malam. Makanan di Padang cukup beragam. Kalau anda hanya berpikir di Padang maka harus makan makanan Padang, tolong terima informasi ini dengan lapang dada yach: Modernisasi telah lama masuk Padang. Saya justru melihat lebih banyak makanan non-Minang yang beredar disini selain tentunya ada sejumlah tempat yang tetap mempertahankan menu khas Kota Padang. Contohnya, saya bisa menemukan bubur ayam, sosis, sandwich, steak, pasta, bakso dan nasi goreng. Hidangan tersebut tersaji di atas warung pinggir jalan, café tenda, hingga restoran dalam gedung yang sudah pasti tampak nyaman dan juga mahal. Kalau anda menyempatkan diri ke Pantai Padang malam hari, maka anda akan bisa melihat apa yang disebut dengan makanan khas pantai ini. Deretan puluhan kios lengkap dengan tempat duduk menghadap pantai berbaris memenuhi sisi Pantai Padang. Apa yang dijual? Bolehlah awak cube datang kemari...Menarik, sederetan panjang kios tersebut ternyata menjual beragam makanan yang nyaris sama : indomie goreng atau rebus, nasi / kwetiaw / mie goreng, sate udang, tiram dan sate padang. Saya menyusuri jalan ini bersama rekan-rekan dan mengharap sesuatu yang berbeda. Yah, maklum lah, pantai kan harusnya terkenal dengan seafoodnya ya kan? Namun, sesampainya di ujung jalan (masih ada sejumlah café menjual makanan serupa apabila saya meneruskan perjalanan ini), saya mendapati bahwa hampir semua warung menjual makanan yang sama persis. Ya itu tadi, yang sudah saya sebut. Padahal, ide awalnya berjalan ke pantai adalah makan seafood loh. Apabila saya banyak memiliki hari lebih di Padang, mungkin saya akan coba makanan ini. Apalagi sate udang, tampaknya cukup menarik untuk dicobai. Sayangnya, rekan-rekan saya tidak setuju. Akhirnya kami bersikeras untuk mencari seafood, atau sesuatu yang lebih bernuansa pantai dan laut. Wajar toh, nasi goreng dan variannya mudah ditemui dimanapun, tidak mesti di pantai. Sayang banget kalau jauh-jauh ke Padang Cuma makan nasi goreng di pinggir pantai. Gedubrag.Pilihan berlanjut ke Restoran Nelayan, yang terletak di seberang Pantai Padang. Restoran ini memang kerapkali disebut-sebut oleh teman maupun warga lokal yang kami tanyai tentang rekomendasi makan di Padang. Namun, melihat bangunannya, kami semua sempat gentar dan langkah sedikit tersendat. Bangunannya sangat mewah, dengan lampu dan warna-warni lainnya yang menerangi malam. Perkiraan kami, harganya pasti juga wah. Setelah memeriksa harga dengan sedikit malu-malu dan malu-maluin, kami mendapati, walaupun harganya tidak terlalu wah, namun bagi saya dan teman yang berwisata a la budget traveller, makan disini bisa agak menyakitkan kantung kami. Tidak mau berspekulasi, saya mampir dan menanyakan jenis-jenis menu yang ada. Seperti dugaan kami, makanan disini sedikit lebih tinggi harganya. Jelas, ruangan dalamnya nyaman sekali dan restoran ini memiliki balkon yang cukup luas bagi para tamu untuk makan malam sambil menikmati pantai di malam hari. Maaf saja, kali ini kami –lewat- akan restoran ini. Maaf ya Uda dan Uni, anggaran kami tidak mendukung. Perut sudah keroncongan, tapi otak masih bisa berpikir jernih. Baru hari pertama, masak sudah melanggar budget, hehehe...
Tidak kehilangan akal, kami yang tetap menginginkan seafood kembali mencari. Akhirnya, ada sebuah restoran seafood sederhana di sebelah Restoran Nelayan. Restoran ini menyerupai sebuah rumah yang garasinya dibuka untuk dijadikan dapur dan tempat meletakkan berbagai macam hewan seafood dalam kardus-kardus stereofoam. Restoran Samudera Jaya namanya.
Dari tampilan luar, Restoran Samudera Jaya memang cukup sederhana. Harga makanannya memang tidak dapat dikatakan terlalu murah, namun juga tidak dapat dikatakan mahal. Yah, semua orang tahu dan pastinya punya logika donk kalau harga seafood memang lebih mahal dibanding makanan biasa. Suasana nyaman menyeruak begitu kami memasuki rumah makan ini. Buku menu disodorkan dan kami bisa melihat bahwa makanan di tempat ini memang cukup ramah di kantong. Harga makanan berkisar dari Rp. 15.000 hingga puluhan ribu rupiah untuk produk seafood tertentu. Nasi goreng dan variannya seperti kwetiau dan mie goreng seafood menjadi pilihan kami. Menu a la carte-nya (ikan, udang, cumi, kerang, kepiting) berlabel harga lebih tinggi dibanding menu yang kami pilih. Di atas 15-20ribuan lah. Makanannya sendiri cukup enak walaupun tidak sampai masuk kategori enak sekali. Yang jelas, berhubung lapar, semuanya jadi tampak sangat lezat dan enak. Keroncongan hebat di perut saya bisa diredam juga akhirnya. Tapi ini bukan berarti RM. Samudera Jaya kurang lezat yah. Indera perasa saya dan rekan-rekan masih normal untuk merasakan makanan enak atau tidak. Potongan udang dan cumi cukup banyak berserakan di kwetiau pilihan saya. Yang mengesankan justru bukan makanannya tapi minumannya. Saya memesan Jus Merdeka setelah melihat pengunjung lain dibawakan minuman ini. Minumannya unik, atasnya berwarna merah dan bawahnya putih. Saya yang penasaran memanggil mbak pelayannya dan bertanya itu minuman apa. Mbak tersebut mengatakan itu adalah Jus Merdeka, bawahnya jus sirsak dan atasnya jus terong belanda. Kreatif sekali yach? Ketika dibawakan, saya memang tergoda sekali akan warnanya dan kreatifitasnya. Walaupun minumnya sebaiknya diaduk, namun saya tidak sampai hati mengaduknya. Takut menghancurkan komposisi warnanya (walaupun akhirnya memang hancur teraduk sedotan). Jus ini segar dan mengingatkan saya akan jus markisa dicampur terong belanda di Medan. Kayaknya Terong Belanda ini memang buah serbaguna yang menarik yach? Sayang, saya baru menjumpainya di wilayah Sumatera saja. Buah unik ini harus dicoba apabila anda bakunjuang ke Sumatera Barat. Kalau nggak sempet coba Jus Merdeka ini, setidaknya cobalah Jus Pinang, Jus Sirsak, dan Jus Terong Belanda di mobil jus yang banyak mangkal. Restoran Nelayan terletak di Jalan Mongonsidi. Sementara itu, Restoran Samudera Jaya serta deretan warung makan pinggir pantai terletak di Jalan Samudera. Gampang koq menemukan deretan warung makan dan restoran ini. Orang-orang sekitar bisa ditanyai dan mereka cukup ngeh akan keberadaan tempat-tempat ini.

Friday, August 28, 2009

Sekilas Kota Padang, Sumatera Barat

Ya, saya dan anda yang membaca tulisan ini sudah tiba di Kota Padang, ibukota dari Sumatera Barat, kota terbesar ketiga di Pulau Sumatera, sebelum Bandar Lampung dan sesudah Palembang. Berhubung kota ini terbesar ketiga, maka jarak dari pinggiran kota sampai masuk ke pusat kota masih cukup jauh dan makan waktu. Selain daerah pemukiman, Kota ini memiliki wilayah yang masih berupa rerimbunan tanaman alias hutan. Nggak heran, beberapa bukit, lereng gunung, air terjun dan beberapa objek wisata yang menarik masih bisa anda temui tanpa harus keluar dari kota ini walaupun itu artinya anda menempuh perjalanan selama satu jam dan anda bahkan belum keluar dari Kota Padang!
Padang terletak tepat di tepi pantai. Oleh karena itu, wajar banget kalau suhu hariannya panas. Malam aja panas, apalagi siang hari yach? Yah, buat anda yang membaca dari pertama, saya yakin anda mengikuti anjuran berpakaian yang saya sarankan. Gunakan baju tipis yang dapat menyerap keringat dengan baik. Usahakan agar tetap sopan walaupun pakaian anda berbahan tipis. Berhubung terletak di tepi pantai, ditambah dengan pinggiran pantai Padang adalah lokasi lempengan aktif bumi, maka gak heran wilayah ini sering diguncang gempa. Yang menakutkan, gempa di area ini bisa memicu tsunami. Apabila anda berjalan di dekat area pantai maka anda akan menjumpai tulisan seperti “Anda memasuki daerah rawan tsunami” yang dilanjutkan dengan prosedur keselamatan diri dan rekan anda apabila yang terburuk akan terjadi. Intinya adalah kunci mobil dan rumah anda kemudian dilanjutkan dengan menuju Simpang Haru dan gunung Padang dengan berjalan kaki (berlari tentunya) atau menggunakan kendaraan roda dua. Sayangnya, papan petunjuk tersebut tampaknya dibangun ketika sedang terjadi histeria masal akan tsunami Aceh beberapa tahun silam. Semua orang sangat waspada akan guncangan sekecil apapun yang tentunya bisa berakibat tsunami. Sekarang, papan petunjuk tersebut teronggok tersiram cahaya matahari. Beberapa tulisan sudah pudar dan hilang sama sekali. Alhasil, saya hanya bisa menebak-nebak tulisan yang ada dahulu sempat tertulis.Sebagai ibukota propinsi, tentu Padang adalah sebuah kota, kuali percampuran kebudayaan seluruh Suku Minang dari berbagai tempat di Sumatera Barat. Alhasil, makanan asal Sumatera Barat kerapkali disebut makanan Padang walaupun asalnya belum tentu dari kota ini. Penduduk lokal memang sebagian besar bersuku Minang dengan agama yang dianut adalah Islam. Kebudayaan ini adalah hasil akulturasi dan asimilasi antara Islam dengan kebudayaan Minang selama berbad-abad lamanya.
Yang jelas, kota ini cukup aman, bahkan kerap kali mendapat julukan kota teraman di seantero Sumatera (biasanya, orang mengidentikan Sumatera dengan keras). Ya, saya sendiri merasakannya sendiri bahwa berjalan di kota ini bahkan hingga malam hari sekalipun sangat aman dan nyaman. Saya tidak merasa takut untuk berjalan berkeliling walaupun beberapa penduduk yang masih ada di luar ruangan melihat kami dengan pandangan tidak biasa. Yah, mungkin memang jarang warga yang melintas di luar selepas malam hampir larut dan kemudian berfoto-foto dengan objek-objek unik(apalagi saat kami berfoto, komentar yang kami terima cukup beragam-tapi saya menebalkan muka-). Tapi, kita kan turis. Boleh donk?!
Mirip dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, ojek sangat banyak berkeliaran disini. Bahkan, selepas malam larut dan angkutan umum mulai mengurangi kegiatan operasionalnya, ojek masih dapat dengan mudah ditemui. Untungnya, ojek disini tidak terlalu gahar dalam menawarkan jasa mereka. Mereka cukup nyantai dan ini menyenangkan. Walaupun dikatakan kegiatan operasional niaga akan melambat menjelang pukul 9 (terutama mall),namun di beberapa area pasar tradisional, beberapa gerai makanan, optik dan lapak kaki lima malah justru cukup ramai dikunjungi pengunjung. Makanan, terutama, cukup ramai disinggahi pembeli. Jadi, praktisnya kota ini hampir 24 jam beroperasi walau hanya sebagian saja yang buka. Hampir nggak mungkin anda kelaparan di malam hari. Ada banyak café dan restoran yang buka hingga menjelang tengah malam.Sebagai kota besar, hotel bukan sesuatu yang sukar dicari di kota ini. Kota Padang memiliki sederetan hotel berbintang, hotel melati, hingga hotel tanpa bintang dan melati. Makingak kesulitan mencari penginapan dan makanan kan? Oh yah, beberapa tempat karaoke berkumandang hingga malam larut. Beberapa café bahkan menggelar live music hingga cukup malam (terutama akhir minggu). Kalau haus, banyak banget penjual jus yang mangkal dengan mobil jus mereka di beberapa sudut jalan. Jalan Hayam Wuruk contohnya, memiliki beberapa mobil jus yang mangkal di beberapa sudutnya. Sejumlah mobil jus lainnya mangkal di sekitar Taman museum Adityawarman.Ke Padang, artinya anda akan berjumpa dengan sejumlah objek wisata murah meriah kalau nggak bisa dibilang gratis. Sehubungan posisinya di tepi pantai, kota ini memiliki garis pantai yang cukup oke. Alhasil, penduduk di utara, tengah dan selatan bisa memilih pantai sesuai dengan keinginan dan salero. Sebut saja Pantai Padang yang terkenal, Pantai Aia Manih, Pantai Bungus, Pantai Carolina, Pantai Pasir Jambak, dan Pantai Nirwana.

Thursday, August 27, 2009

Referensi Rute Lintasan Sumatera Barat

Oke, yang bikin susah berikutnya adalah masalah rute. 5 hari liburan di Sumatera Barat, kemana sajakah sebaiknya?
Gampangnya, saya mau jelasin sedikit tentang situasi di Ranah Minang ini. Sumatera Barat adalah daerah yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Artinya, jarak jalan dan waktu yang akan kita tempuh bisa melonjak jadi dua kali lipat karena kondisi alamnya yang sedemikian rupa. Namun, kondisi alam seperti ini memberi kita banyak keuntungan yakni objek wisata yang sangat banyak sehingga tidak perlu berjalan terlalu jauh dari satu objek ke objek lainnya. Tambahan lagi, Sumatera Barat tidak terlalu lebar. Dalam waktu kurang dari 6 jam, rasanya anda sudah bisa melintasi wilayah ini dari utara ke selatan. Artinya, objek wisata yang ditawarkan sangat berlimpah ruah dan jarak yang ditempuh tidak terlalu banyak. Menyenangkan bukan? Setiap berjalan sedikit sudah menemui objek wisata.
Hari 1 : Umumnya, pesawat ke Padang mengambil waktu sore hari. Apabila anda sampai di Padang pada pagi hari, suatu keuntungan lebih untuk anda karena bisa menjelajah lebih. Extra satu hari lah, katakan. Nah, berhubung saya tiba di Padang pada malam hari, maka hari pertama memang tidak diisi dengan terlalu banyak kegiatan. Kendaraan/taksi yang akan membawa anda dari bandara ke pusat kota akan memakan waktu sekitar 1 jam karena cukup jauh. Sesampai di hotel, sebaiknya anda beristirahat atau bagi yang masih punya energi, silahkan nikmati jalan-jalan di Kota Padang malam hari. Walaupun tidak terang berderang, namun jalan-jalan malam hari di Kota Padang malam hari cukup menarik juga. Anda bisa melihat bangunan-bangunan tua bergaya Belanda atau Minang. Yang paling penting tentu saja karena alasan keamanan. Cukup aman berjalan di Padang pada malam hari. Sambil berjalan-jalan, anda bisa survei kecil-kecilan seputar lokasi tempat menginap anda. Apakah menjual souvenir atau oleh-oleh yang nantinya bisa anda serbu pada hari terakhir kunjungan.
Hari 2 : Lintas Selatan dan Timur. Kendaraan sewaan seharusnya sudah siap di hotel sekitar pukul 7 agar bisa tiba di Payakumbuh pada sore harinya. Pagi, kurang lebih satu jam perjalanan, kita akan tiba di Lubuk Peraku (pemandian air panas), Sitinjau Lauik (Padang Scenic Point, tempat melihat pemandangan Kota Padang dari ketinggian) dan Taman Hutan Raya Bung Hatta (Sejenis kebun raya dengan banyak tanaman).
Satu jam hingga satu jam setengah perjalanan, kita akan sampai di Danau Singkarak, danau terbesar di Sumatera Barat dan danau terbesar kedua di daratan Sumatera. Banyak titik untuk menikmati danau ini termasuk deretan café-café yang berjejer di tepi danau. Sebelum sampai danau ini, kita akan banyak melintas jalan raya sempit di desa-desa tradisional dengan rumah adat Bagonjong di kanan kiri jalan. Pemandangan yang menurut saya sangat etnik Sumatera Barat.
Satu jam perjalanan lagi, kita akan sampai di Kota Batusangkar. Sebelum tiba di Batusangkar, kita akan mencapai Desa Balimbiang, desa dengan kebudayaan Minang yang kuat, termasuk rumah adat yang berusia cukup tua ada disini. Di Batusangkar, selain mengunjungi objek wisata, kita bisa menikmati makan siang makanan Padang di kota ini. Autentik loch. Objek wisata di tempat ini ada tiga buah yang terletak di satu potong jalan yang sama di ruas Batusangkar – Pagaruyuang. Tiga objek wisata tersebut adalah (dari yang terdekat) Makam Ustano Rajo Alam (makam Raja-Raja Pagaruyuang), Istana Silinduang Bulan dan Istana Baso Pagaruyuang yang pada saat penulisan ini sedang direnovasi karena terbakar.
Satu jam hingga satu setengah jam perjalanan lagi ke arah utara, anda akan sampai di Kota Payakumbuh. Tepat di pintu masuk Payakumbuh, ada sebuah ngalau (gua) yang disebut Ngalau Indah lengkap dengan kolam renang buatan di sampingnya. Buat yang mau ngadem sehabis panas-panasan sepanjang perjalanan, silahkan masuk ke ngalau ini. Perjalanan darat dari Batusangkar – Payakumbuh pastinya nggak akan ngebosenin karena anda akan melintasi pinggang Gunung Marapi yang pastinya cantik banget. Coba dech berhenti di perbukitan dan sawah di sekitar Sungai Tarab untuk berfoto.
Satu jam perjalanan ke arah perbatasan SumBar – Riau, anda akan tiba di Sarilamak, ibukota 50 Koto. Nggak jauh dari kota ini, anda tiba di tujuan terakhir hari ini, Lembah Harau. Sehabis check in, segera berkeliling diantara lembah-lembah granit yang indah ini. Jangan lupa, kunjungi air terjun yang meluncur indah di sisinya sebelum malam tiba.
Hari 3 : Lintas Tengah dan Barat. Pagi hari, kesempatan yang sangat baik untuk eksplorasi Lembah Harau. Usahakan menikmati alam Harau sebelum pukul 9 karena masih banyak tempat yang harus dilihat. Setelah 2 jam perjalanan dari Harau ke arah barat, anda akan tiba di Bukittinggi. Di kota ini, ada sejumlah objek yang bisa dinikmati. Mungkin malah anda akan berhenti di kota ini cukup lama untuk menikmati berbagai objeknya. Objek yang bisa dinikmati adalah Kebun Binatang Kinantan, Benteng Fort De Kock, Jam Gadang, Pasar Atas dan Pasar Bawah, serta objek alamnya yakni Ngarai Sianouk. Ngarai Sianouk sendiri memiliki dua sudut pengamatan yang menurut saya, pemandangan dari Taman Panorama di bagian atas lebih dramatis dibanding bagian bawah. Di Taman Panorama itu sendiri, terdapat juga Lubang Jepang yang sarat nilai sejarah. Buat yang hobi menjelajah bunker bersejarah, silahkan coba masuk ke lubang ini. Jangan lupa, makan siang di kota ini, saran saya : Itiak Lado Mudo di dasar ngarai yang rasanya ngangenin banget.
Jangan lupa, masih ada jarak 2 jam perjalanan lagi untuk tiba di Maninjau. Usahakan untuk beranjak dari Bukittinggi sebelum pukul 1 siang agar masih bisa menikmati pemandangan Danau Maninjau yang super cantik sebelum malam menjelang. Dari Puncak Maninjau, hingga Taman Muko-Muko di sisi seberang Maninjau, masih butuh satu jam lagi. Jadi, hitung bener-bener waktunya. Dari Taman Muko-Muko melewati Air Panas Alamanda, Kota Lubuak Pasuang dan Tiku hingga kembali lagi ke Padang, anda butuh waktu 3 jam. Tidak ada lagi yang bisa dilihat di pesisir karena waktu sudah malam.
Hari 4 : Hari ini adalah harinya Sikuai. Hiking pagi-pagi di sekitar kota sebelum sampai Dermaga Batang Arau cukup menyenangkan juga. Apalagi, Perahu ke Sikuai berjalan pada pukul 10 dan baru kembali pada pukul 4 sore. Banyak objek di pulau seluas 44 hektar tersebut untuk dihabisi sepanjang hari. Kalau anda berniat menginap, esoknya anda akan pulang dari Sikuai pada pukul 11 siang. Kalau anda pulang ke Padang pada malam hari, saatnya untuk wisata kuliner di sepanjang Pondok dan Simpang Kinol. Ada sejumlah makanan yang menarik untuk dicoba, antara lain Es Durian, Martabak Mesir, Sate Padang dan variasinya. Lapar ngga?
Hari 5 : Kalau anda bangun pagi-pagi di Padang, nikmati hari ini dengan berkunjung ke Pantai Aia Manih untuk melihat Batu Malin Kundang. Siang harinya, jangan lupa beli oleh-oleh songket atau makanan khas Padang. Sorenya, jangan kelupaan pesawat yang akan membawa anda kembali ke kota yach :D

Monday, August 24, 2009

Tana Toraja, Tanahnya Para Raja

Apa sich bagian paling mengesankan dari perjalanan ke Sulawesi Selatan? Pertanyaan ini banyak mendera diriku sebelum akhirnya kuputuskan menjawab “Toraja!”.
Sempat dibilang gila oleh teman-teman saya atau terlalu nekad karena perjalanan menuju Toraja tidaklah dekat dari Makassar, Ibukota Sulawesi Selatan. Perjalanan menuju ‘paha’nya Sulawesi itu membutuhkan waktu 8 jam perjalanan darat. Pada saat tulisan ini saya ketik, perjalanan tersebut molor menjadi 10 jam lantaran ruas Makassar – Pare-Pare yang sedang dilebarkan. Ada opsi lain yakni menggunakan pesawat terbang kecil yang melayang rendah selama 1 jam perjalanan dari Makassar ke Toraja. Banyak yang bilang, penerbangan ini adalah penerbangan dengan pemandangan indah. Pesawat akan melintasi bukit-bukit hijau sebelum tiba di Rantetayo, Toraja. Sayangnya, ini bukan pesawat yang setiap hari bisa ditemukan. Penerbangannya hanya ada hari selasa dan jumat. Cukup sulit untuk dicocokkan dengan jadwal kunjungan saya.Akhirnya, dengan segala kenekatan, saya memutuskan untuk menjajal tanahnya para raja, Tana Toraja. Rugi besar kalau sudah ke Sulawesi namun tidak berkunjung ke wilayah ini. Mudah-mudahan, saya tetap mengatakan hal yang sama sepulangnya dari Tana Toraja 
Terdapat dua kali waktu awal keberangkatan bus dari Makassar ke Tana Toraja, pagi dan malam. Untuk keberangkatan saya ke Tana Toraja, saya memilih waktu keberangkatan pukul 10 malam dengan bus AC VIP (bus besar ber AC dengan kapasitas 30an orang plus senderan kaki yang bisa diatur). Asumsinya, lumayan banget bisa melewatkan malam di perjalanan, sekaligus nggak buang-buang waktu di siang hari, plus sekaligus juga hemat biaya hotel! Hehehe….
Sekilas info saja, Tana Toraja kini sudah mekar menjadi dua kabupaten, Tana Toraja dan Tana Toraja Utara. Masing-masing daerah tersebut beribukota di Makale dan Rantepao. Untuk tujuan turis, Rantepao jauh lebih terkenal dan memiliki lebih banyak hotel dibandingkan Makale. Makam dan objek wisatanya tersebar luas di seputaran kedua kota tersebut. Dari Makassar, kita akan tiba di Makale terlebih dahulu. Baru, 15 KM berikutnya sampailah kita di Rantepao. Karakteristik wilayah Tana Toraja (maksudnya keseluruhan wilayah Toraja, baik Tana Toraja ataupun Tana Toraja Utara) adalah bergunung-gunung. Ketinggiannya berkisar 700 hingga 2000 meteran di atas permukaan laut. Sudah pasti, Tana Toraja sangat dingin, dan berbeda dengan Makassar yang terletak di pinggir laut dan panas. Oleh karena itu, hampir tidak ditemukan satu penginapan atau hotel pun di Toraja yang memberikan fasilitas AC karena sudah sangat dinginnya tempat ini. Kalau anda masih sempet-sempetnya nanyain AC di salah satu hotel, siap-siap aja akan menerima pandangan “dasar-orang-kota” hehehe. Walaupun hanya berjarak 325 KM dari Makassar, perjalanan menuju jantung Toraja bisa membengkak hingga 8 jam dikarenakan karakteristik wilayahnya yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Perjalanan dari Makassar hingga Tana Toraja akan melewati sejumlah wilayah pesisir yang datar seperti Maros, Pangkajene, Barru dan Pare-Pare. Perjalanan mulai menempuh wilayah yang berbukit-bukit dimulai dari Sidenreng Rappang, Enrekang hingga di Tana Toraja sendiri. Pada wilayah pesisir, anda masih bisa menemukan deretan rumah, ruko dan bangunan yang akan anda lintasi sepanjang perjalanan walaupun sedikit diselingi kebon kosong dan perbukitan di kejauhan. Memasuki wilayah Rappang, saya mulai memasuki wilayah perkebunan dan di Enrekang, saya melalui jalan meliuk-liuk naik turun sepanjang bukit yang dikelilingi hutan. Gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Saya mual.
Rasanya, saya hampir nggak tidur malam itu. Bus yang menderu perlahan, sekali dua kali berpapasan jalan dengan kendaraan lain baik bus atau mobil membuat saya kerap terjaga. Entah terlalu gembira bisa ke Tana Toraja atau saya memang nggak bisa tidur di dalam bus yang sebenernya sich ya cukup nyaman yach. Rasanya, saya hanya tidur satu dua jam saja kemudian terjaga kembali dan memandang pemandangan yang tersaji di luar sana. Dramatis menurut saya. Saya hanya melihat perbukitan dari kejauhan yang diterangi oleh cahaya bulan sabit yang sebagian tertutup awan. Pepohonan dan semak-semak yang ada di samping saya terlihat bagaikan gumpalan abu-abu yang sebenarnya agak menakutkan karena hanya diterangi oleh sedikit sekali cahaya. Sekali dua kali dalam interval yang tidak terlalu panjang bus menjumpai cahaya terang dan suara kegiatan mesin pembuat jalan. Berkat cahata dan deru mesin tersebut, saya tahu bahwa saya masih berada di ruas Makassar – Pare-Pare yang sedang diperlebar. Situasi di luar sana tidak bisa dikatakan gelap seratus persen, saya masih bisa melihat apabila ada cahaya terang dari kegiatan jalanan atau lampu rumah penduduk.
Pagi hari menyambut saya di pegunungan sekitar Rantemario. Saat itu pukul 3 pagi, bus berhenti di sekitar Enrekang, Taman Nasional Bamba Puang, tempat untuk menyaksikan pemandangan alam Buntu Kabbobong atau yang lebih dikenal Gunung Nona. Sayangnya, situasi terlalu gelap untuk melihat kejauhan dengan jelas. Jendela kios makanan yang harusnya terbuka lebar dan menampilkan pemandangan Gunung Nona, tidak menampilkan satu bentuk apapun. Gelap saja. Buntu Kabbobong sendiri tidak dihuni sehingga tidak ada satu titik cahaya pun yang dapat menerangi keberadaan gunung tersebut. Ada alasannya mengapa Buntu Kabbobong disebut Gunung Nona. Kalau anda memutari wilayah Enrekang, ada satu titik pengamatan di Taman Nasional Bamba Puang dimana gunung tersebut akan terlihat seperti alat vital wanita. Walaupun bentuknya cukup mirip, namun tampaknya imajinasi lah yang membantu kita untuk menemukan bentuk tersebut…hehehe. Perhentian di Bamba Puang ini berupa sebuah kios penjualan makanan ringan dan oleh-oleh khas wilayah Enrekang dan Toraja. Dinginnya perbukitan dan pegunungan Rantemario sudah menusuk kulit disini. DItambah dengan bekunya bus AC dan saat itu masih dini hari, kebayang donk dinginnya kayak apa? Saya terus menerus menggosok kulit saya biar ga terlalu beku. Jangan lupakan selimut dan jaket anda. Celana panjang adalah pilihan yang bijak saat itu.
Kembali, saya tertidur lagi di sisa perjalanan itu agar tidak terlalu banyak mabuk perjalanan. Kalau misalnya anda mabuk pada perjalanan naik turun gunung, dijamin, anda akan jackpot berkali-kali disini. Jalurnya, dashyat banget! Kalau anda pernah mencoba jalur Balimbiang – Batusangkar di Sumatera Barat atau Niki-Niki – Kefamenanu di Timor, mungkin jalur inilah yang dapat mengimbanginya. Mantap! Saya tergolong orang yang kurang mampu beradaptasi dengan jalur berliku pegunungan. Saya biasanya mabuk darat ketika melintasi ruas yang berkelok-kelok. Menyiksa sekali! Bahkan ketika lambung saya sudah tidak berisi apapun alias kosong, saya tetap merasakan dorongan untuk mengeluarkan isi perut saya. Sungguh tidak enak.
Menurut saya, hal paling menakjubkan selama saya menyaksikan Tana Toraja adalah pada saat saya tiba di Tana Toraja, pukul 5 pagi! Saya terbangun karena dingin yang saya rasakan sudah melewati batas toleransi. Dingin sekali! Matahari baru muncul sedikit sehingga langit masih berwarna abu-abu dan biru muda. Bus masih berjalan naik turun gunung melalui jalan berkelok-kelok. Kabut putih sangat tebal menutupi seluruh pandangan. Saya hanya melihat bus mendaki menurun berkelok di sisi bukit di tengah-tengah kabut putih. Seperti mimpi. Saya tidak pernah melihat kabut setebal itu dalam sepuluh tahun terakhir ini. Tempat-tempat wisata pegunungan yang saya kunjungi sudah kehilangan pesona kabutnya. Kabut-kabut di tempat itu sudah tidak terlalu sering muncul. Pemanasan global barangkali?
Pohon-pohon hanya tampak ketika sudah dekat menempel ke sisi bus saja. Saya merinding ketika tiba-tiba saja muncul sebentuk bangunan gereja sederhana di sisi bus. Secara mengagetkan lagi, tiba-tiba muncul bangunan sebentuk perahu dengan atap tinggi muncul di depan mata. Tongkonan. Saya sudah sampai di Toraja! Saya merinding sekali lagi saking gembiranya. Melihat bangunan-bangunan ini membuat saya merasa saya sudah tiba di negeri yang berbeda dari Jakarta atau wilayah sekitarnya. Bukan sekedar wisata alam saja, saya benar-benar melakukan perjalanan kali ini. Akhirnya saya tiba juga di Tana Toraja! Suatu tempat di Indonesia yang unik dan tiada duanya bahkan di dunia. Ya, Tana Toraja hanya ada satu di Indonesia, di Sulawesi Selatan saja. Tiada tempat lain di Indonesia atau bahkan dunia yang memiliki ritual dan bentuk kebudayaan sama persis dengan Tana Toraja. Tempat yang sangat penuh dengan kebudayaan. Saya rasa, anda sebaiknya merasakan perjalanan darat ini untuk merasakan magisnya Toraja. Sayangnya, kemagisan tempat ini berkurang selepas pukul 6 atau selepas perginya kabut seiring dengan semakin tingginya matahari. Seiring perginya kabut, saya mulai melihat hutan, kebun dan sawah diselingi dengan rumah-rumah penduduk dan Tongkonan. Beberapa penduduk sudah keluar dari peraduannya, sambil mengenakan sarung khas Toraja yang berwarna-warni dan kaya motif. Saya yakin, pasti dingin sekali di luar sana. Brrr…Bus pun kembali menderu mengantarkan saya menuju jantung Tana Toraja. Ya, saya bisa mengatakan hal yang sama kali ini. Rugi besar kalau sudah ke Sulawesi namun tidak berkunjung ke wilayah ini.

Saturday, August 22, 2009

Selamat Datang Di Bandara Minangkabau Katapiang

Baru dibangun dan selesai pada tahun 2005, Bandara Katapiang atau yang lebih dikenal dengan nama Minangkabau International Airport (MIA) ini memang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat. Bandara ini jauh lebih modern dan memang menggantikan fungsi bandara lama yang terletak di Tabing. Karena alasan kapasitas dan daya dukung, maka Bandara Tabing pun digantikan dengan Bandara Minangkabau yang lebih baru dan lebih modern serta berdaya tampung lebih baik.
Perpindahan ini bukannya tanpa konsekuensi. Apabila Tabing masih berada di dalam wilayah Padang, maka Minangkabau sudah masuk dalam wilayah Pariaman. Akses menuju pusat kota (Padang) cukup memakan waktu. Ketika di Tabing, pusat kota bisa diakses dalam kurun waktu sekitar 15 menitan saja. Namun, ketika bandara telah berpindah ke Pariaman, perjalanan menuju pusat kota ditempuh dalam waktu 1 jam. Bandara terletak di daerah yang agak sepi dari pemukiman. Jalanannya bahkan cenderung agak gelap bahkan. Dari segi keamanan, memang bandara baru ini baik sekali. Seturut dengan perkembangan Kota Padang yang semakin meluas, keberadaan bandara di tengah kota dan diantara pemukiman memang tidak dapat ditolerir lagi. Bandara ideal memang seharusnya berada di luar pusat kota untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan keselamatan dan keamanan penerbangan. Kini, Bandara Tabing tidak ditutup. Bandara hanya dijadikan pangkalan militer angkatan udara saja. Tertutup untuk kegiatan penerbangan komersil.
Pada waktu pengeras suara di dalam kabin menyebutkan bahwa dalam beberapa saat lagi pesawat akan mendapat di Bandara Minangkabau, saya segera buru-buru menegakkan sandaran kursi saya dan mengencangkan sabuk pengaman di perut saya. Tak lama, pesawat mulai bermanuver dan turun perlahan. Kemudian, pesawat menembus awan dan tampaklah pemandangan yang menurut saya bonus dari kunjungan saya ke Sumatera Barat. Selepas menembus awan, pesawat yang saya tumpangi tidak serta merta semakin menurun untuk mendarat. Tampaknya, pesawat malah turun lebih cepat di daerah Padang terlebih dahulu. Di sini, saya bisa menyaksikan Kota Padang, dengan sungai yang membelah kota dan mall besar yang tampak berwarna-warni dari ketinggian. Berikutnya, yang menurut saya paling spektakuler adalah punggung bukit-bukit yang berada tepat di pinggir pantai, membentang di ketinggian di bawah pesawat dengan hijau yang masih alami. Baru kali ini saya melihat pemandangan seperti itu. Langsung, saya menobatkan perjalanan mendarat ini sebagai perjalanan terindah (oh, jangan lupakan Banjarmasin dengan pulau-pulau besar yang menghiasi sungai-sungai besarnya). Bukit tersebut bukan hanya satu atau dua buah bukit saja namun deretan bukit yang membuat saya tidak bisa melihat adanya satu desa atau kota pun di bawah sana. Ya, saya semakin yakin bahwa Sumatera Barat adalah wilayah yang di’uruk’ di wilayah tengah pulau sehingga sisa urukannya itu membentuk bukit-bukit panjang, bahkan di sisi tepi pantainya. Tentu, pantai yang dapat dinikmati disini adalah pantai dengan bukit-bukit tinggi di sisi yang berseberangan. Beruntung saya mendarat di Sumatera Barat hampir malam hari. Tepat di antara bukit-bukit tersebut terdapat sejumlah desa-desa kecil atau kota yang berkelap-kelip karena cahaya lampu. Indah.
Saya nggak tahu pendaratan ini bonus perjalanan atau apa, yang jelas saya betul-betul menikmati pendaratan ini (biasanya saya tidak menikmati pendaratan karena mual melihat ke sisi jendela pesawat). Saya bahkan merasakan pesawat sengaja dilambatkan agar penumpang bisa menikmati pemandangan indah ini. Mungkinkah? Hehe...Akhirnya, setelah cukup lama (mungkin sekitar setengah jam) akhirnya deretan bukit telah berangsur-angsur berkurang. Pesawat semakin turun dan tak lama, wilayah pagar bandara telah siap menyambut pesawat mendarat (pada bagian ini, baru saya memalingkan muka dari jendela pesawat, takut mual). Pesawat pun mendarat dengan mulus di bandara. Asik! Saya sudah tiba di Ranah Minang!
Yah, mirip-miriplah dengan bandara hampir di seluruh wilayah Indonesia, ruang kedatangan hanya berupa sebuah ruangan besar tempat para penumpang masuk dan menunggu barang-barang mereka digulirkan di atas ban berjalan. Perbedaannya mungkin hanya terletak di kelengkapan fasilitasnya saja. Untung saja, Sumatera Barat memiliki bandara yang cukup lengkap fasilitasnya. Ada toilet yang cukup terawat, beberapa stand hotel dan kendaraan dengan brosur yang bisa diminta dengan gratis. Tampak, brosur Keripik balado Sherly memenuhi stand brosur di bagian tengah ruangan. Tak lupa, saya dan rekan-rekan berfoto terlebih dahulu donk dengan papan iklan besar yang ada di sudut ruangan bertuliskan “Selamat Datang di Sumatera Barat”.
Nah, urusan berikutnya adalah keluar dari area kedatangan. Kalau anda tidak memiliki bagasi yang akan ditunggu, sebaiknya segera keluar dari ruangan dan bisa leluasa mencari kendaraan. Nah, urusan mencari kendaraan di sini susah-susah gampang. Lagi-lagi, sama seperti bandara di seluruh wilayah Indonesia, supir taksi atau kendaraan sewaan akan langsung menyerbu anda begitu anda keluar dari ruangan. Dijamin, belum sempat anda menarik nafas, mereka sudah membujuk anda untuk menggunakan jasa kendaraan mereka. Agak menyebalkan sich sejujurnya. Tapi mau gimana? Kita butuh jasa mereka dan mereka memerlukan kita. Namun, yang saya butuhkan sekarang adalah space. Saya butuh diam sebentar untuk menentukan kendaraan apa yang akan saya gunakan dari bandara menuju pusat kota, tanpa direndengi dengan berbagai penawaran oleh rekan-rekan supir.
Pilihannya hanya dua. Apabila anda sendirian dan menghemat budget, maka naiklah bus damri yang terlihat jelas parkir di depan areal ruang kedatangan bandara. Biaya sekali jalan menuju pusat kota Rp. 18.000 per orang dan bus akan berhenti di Jalan Imam Bonjol, Padang. Jadwal bus? Oh, jangan kuatir. Bus akan selalu ada begitu pesawat mendarat. Jadi, jadwal kedatangan bus selalu bergantung pada kedatangan pesawat saja. Tidak ada jadwal yang harus dihafal toh? Lebih praktis. Telepon Damri untuk lebih yakin di 0751 – 7052137, Bandara Minangkabau di 0751 – 819123 dan informasi penerbangan di 0751 – 57560. Sesampainya di Imam Bonjol, silahkan pilih berbagai angkot atau kendaraan umum yang akan membawa anda ke lokasi tujuan. Angkot cukup tersedia sampai pukul 9 malam. Sebenarnya, angkot masih ada selepas pukul 9 malam namun keberadaannya sudah agak jarang, seturut dengan menurunnya mobilitas warga pada malam hari.
Pada saat anda akan mendatangi bus damri, anda pasti akan sedikit dihadang dan ditawari jasa taksi oleh supir-supir taksi yang bejibun jumlahnya di sekitar bandara. Apabila tawaran mereka cukup menarik dan masuk akal, silahkan pertimbangkan. Pertimbangannya apabila anda membawa barang dalam jumlah banyak dan tidak mungkin turun bus damri dan berganti angkot beberapa kali untuk mencapai lokasi tujuan. Apabila anda beramai-ramai, opsi ini tampaknya cukup menarik dari segi harga yang harus dibayarkan dan atas nama kepraktisan tentu saja. Supir taksi yang menawari kami mematok harga Rp. 100.000 untuk rombongan kami sampai di pusat kota. Harga yang masuk akal mengingat kami berempat, waktu sudah cukup malam, dan kami menenteng barang bawaan jadi cukup malas untuk berganti angkot. Satu hal yang perlu saya tegaskan disini ialah anda harus memastikan seratus persen tempat kunjungan anda dan tidak dapat dipengaruhi oleh apapun. Sekali anda katakan, itu adalah titah. Harus seperti itu. Apa pasal? Ketika anda sudah melakukan persetujuan harga di depan (sebelum anda menaiki taksi) oleh sang supir, itulah kekuatan anda. Ketika di dalam taksi, jangan coba-coba untuk merubah keputusan anda. Anda harus sudah yakin sebelum naik taksi atau bahkan sebelum keluar dari ruang kedatangan. Sang supir saya mengatakan bahwa hotel pilihan saya terletak agak di tengah kota dan jauh dari tempat makan dan cukup jauh untuk dilintasi kemana-mana dengan berjalan kaki. Kami goyah. Beliau menyarankan hotel yang sedikit berada di pantai (kebetulan saya sempat survei akan hotel ini) dengan asumsi akses jalan kemana-mana cukup mudah dan dekat dengan banyak tempat makan. Terdengar menarik yach? Beliau pun menawarkan diri untuk melintasi kedua tempat dan memberi bonus putaran satu kali untuk menunjukkan beberapa kemudahan yang didapat dengan menginap di hotel dekat pantai ini. Menyenangkan yach? Beliau menunjukkan rumah makan, tempat hiburan, pantai, lokasi wisata, dan café tenda yang menarik dan menjajakan banyak aneka makanan Minang. Yah, semuanya terdengar menarik hingga ia meminta tambahan Rp. 20.000 karena lokasi ini lebih jauh dari lokasi yang sudah disepakati sebelumnya di bandara. Senyum meredup dari muka saya. Setahu saya, tarif Rp. 100.000 sudah cukup standard untuk sampai pada wilayah mana pun di dalam kota. Seandainya ini adalah keputusan awal dan kesepakatan bersama dari bandara, tentu saya tidak berkeberatan. Masalahnya, beliau meminta uang lebih karena ‘merasa’ telah berbaik hati merekomendasikan lokasi yang lebih baik dan kebaikan hatinya untuk menunjukkan beberapa tempat menarik di seputar hotel. Ya, seperti yang telah saya utarakan sebelumnya, setiap celah dapat dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan lebih. Ya, saya akhirnya tidak terlalu berkeberatan. Saya rela membayar lebih sesuai dengan keinginan beliau. Saya merasa, bahwa liburan tidak seharusnya terlalu diperhitungkan secara detail. Namun, untuk anda yang memiliki budget pas-pasan, saya agar berhati-hati dengan kejadian ini. Untuk anda yang beranggaran cekak dan ketat, sebaiknya anda berhati-hati agar kejadian serupa tidak terjadi. Memang, ini bukanlah tindak kejahatan dan kriminal. Tapi, caranya itu yang bikin agak gregetan. Ini hal yang saya tidak suka. Ketidakjelasan. Kalau memang ada tarif resminya, katakan saja terus terang. Jangan mengambang di permukaan. Nanti, pada saat pembayaran, baru ribut ini itu. Pembayaran ternyata lebih mahal dari prakiraan kami. Apabila memang mahal, katakan saja dari awal. Jadi, saya masih bisa memutuskan untuk menggunakan jasa atau tidak. Tidak usah ditutup-tutupi dengan mengatakan murah di awal namun ujung-ujungnya mahal. Malah mengecewakan. Lagipula, kalau memang beliau memiliki niat baik untuk memberikan rekomendasi dan mengantar toh tidak seharusnya ia mengutip uang pembayaran lebih dari kami, ya kan? Lagipula, beliau ternyata juga menerima sejenis komisi dari hotel yang kami tuju. Agar anda tidak kecewa selama disini, sebaiknya lebih waspada disini. Kunci dompet anda erat-erat. Untuk anda yang bermodal kuat, bisa melewatkan bagian ini dan selamat bersenang-senang dalam liburan ini.
Jarak sejauh 20 kilometer dari bandara ke pusat kota ditempuh dalam kurun waktu sekitar hampir satu jam. Walaupun hanya 20 kilometer, ternyata cukup lama juga jarak yang harus saya tempuh. Sepanjang perjalanan, ternyata banyak hal menarik yang dapat anda saksikan. Malam saja sudah cukup menggugah rasa ingin tahu, apalagi kalau siang yach? Yang jelas, sepanjang perjalanan, anda akan dibawa dari daerah pinggiran kabupaten yang sepi menuju ke ramainya kehidupan kota. Dari sini, ada rel kereta yang membentang menghubungkan Pariaman dan Padang dan beberapa kota lainnya di Sumatera Barat. Rel kereta ini masih berfungsi untuk mengantarkan penumpang ke beberapa wilayah di Sumatera Barat. Tampaknya cukup menyenangkan juga naik kereta di Sumatera Barat. Hal kedua menarik adalah eks-bandara lama Sumatera Barat yakni Bandara Tabing yang dapat anda temui sekitar 15 menitan (9 kilometer) dari pusat kota. Kalau butuh informasi mengenai taksi bisa coba di Taksi Kosti 0751 – 7050333, jasa kereta api di 0751 – 35954 dan Kantor Pariwisata Sumatera Barat di 0751 – 34186.

Friday, August 21, 2009

Milah Milih Sarana Transportasi Di Ranah Minang

Atas nama “penghematan waktu”, kenyamanan dan kepraktisan, apabila anda dan teman-teman berniat menyambangi Ranah Minang dalam beberapa hari, terlebih akan menginap di sejumlah tempat berbeda, adalah sangat bijaksana apabila anda memilih menyewa kendaraan di Ranah Minang. Tentu, hal ini sudah jamak dan umum dilakukan karena anda dapat dengan mudah menemukan operator persewaan kendaraan yang dapat melayani anda disini. Anda tidak perlu pusing-pusing memikirkan kendaraan apa yang harus anda naiki berikutnya dan terhindar dari resiko terlalu lama di jalan. Karena, apabila menggunakan kendaraan pribadi, maka jarak yang anda tempuh adalah jarak dari kota satu ke kota berikutnya atau objek wisata satu ke objek wisata berikutnya. Tanpa ada jeda diantara dua titik atau pun resiko tersesat. Apabila anda pergi sendiri dan bergerak layaknya petualang, mungkin ide ini akan anda tolak mentah-mentah. Selain kurang terasa petualangannya, menyewa kendaraan bagi anda seorang diri bukanlah hal yang bijak. Hal ini dikaitkan atas nama budget dan anggaran. Saya yakin, pengeluaran anda akan membengkak jauh apabila anda nekad melakukan ini. Apabila anda berangkat sendiri, silahkan gunakan angkot dan bus antar kota yang menghubungkan kota-kota di Sumatera Barat. Beberapa kota di Sumatera Barat terhubung dengan kereta api seperti Sawah Lunto, Padang, Padang Panjang, Solok, Sinjunjung, Bukittinggi, Payakumbuh dan Padang Pariaman. Memang tidak terlalu praktis dibanding menyewa kendaraan untuk anda sendiri. Oleh karena itu, sangat tidak disarankan membawa barang terlalu banyak yang pastinya akan membebani punggung anda nantinya. Jangan sampai bukannya berjalan dan menikmati keindahan alam namun anda malah beristirahat terlalu lama karena kecapekan dan bermaksud meluruskan punggung anda. Siapa yang mau?
Kendaraan di Ranah Minang kebanyakan berpusat di Padang sebagai ibukota propinsi. Kendaraan paling kecil yang dapat ditemukan disini adalah Xenia dan Avanza. Tampaknya tidak ada kendaraan yang lebih kecil dari 1.300 cc seperti city car yang dipergunakan disini. Ini wajar, mengingat bentang utama Sumatera Barat adalah perbukitan dan pegunungan. Begitu anda keluar dari Kota Padang, anda langsung disambut oleh lereng perbukitan curam yang tentunya menuntut kecekatan dan keterampilan supir yang membawa kendaraan. Supir saya sampai mematikan semua perangkat di dalam mobil, termasuk air conditioner dan radio agar mobil bisa menanjak di lereng. Kami semua sampai menahan nafas dan diam saking membiarkan sang supir berkonsentrasi pada tanjakan miring yang dilaluinya.
Kendaraan di Sumatera Barat kebanyakan disewa untuk 12 jam penuh (logikanya, adalah tidak mungkin bagi sang supir untuk berkendara 24 jam terus menerus karena alasan kesehatan sang supir dan keamanan penumpang. Bisakah anda membayangkan sang supir tidak tidur selama 24 jam dan kehilangan konsentrasi di tengah jalan?Terlalu menakutkan untuk dibayangkan yach?). Supir bisa ikut kemana saja tujuan anda (bahkan hingga luar propinsi) asal mendapat lokasi penginapan yang bisa digunakan untuknya beristirahat (terpisah dari biaya kendaraan, umumnya). Tarif untuk persewaan perhari berkisar antara Rp. 300.000 ke atas untuk kendaraan yang paling bawah seperti Xenia atau Avanza. Di atas itu, tersedia Innova, Grand Livina, Kijang, APV, dan Pregio. Untuk makan siang dan makan malam, umumnya di luar biasa sewa kendaraan. Pilihannya kembali kepada kita, memberikan uang makan kepada sang supir atau sekaligus mengajak sang supir makan bersama. Jadi, umumnya harga yang kita bayarkan adalah harga sewa kendaraan per hari ditambah dengan seorang supir sekaligus sebagai guide. Biaya bahan bakar kendaraan umumnya pun berada di luar biaya sewa kendaraan. Sebagai gambaran, satu liter premium seharga Rp. 4.500 dan kapasitas tangki kendaraan rata-rata di atas 35 liter saat pengisian penuh. Dalam satu hari perjalanan, tangki tersebut bisa dipakai hampir habis. Jadi katakanlah satu hari pengisian untuk pemakaian satu hari saja. Mengenai lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU), jangan kuatir. Di Sumatera Barat, lokasi SPBU cukup mudah ditemukan bahkan hingga daerah pelosok sekalipun. Anda tidak akan mengalami kesulitan berarti saat ingin mengisi bahan bakar kendaraan. Untuk uang makan, perkiraan sekali makan adalah sekitar Rp. 15.000 hingga Rp. 20.000. Jadi, untuk makan siang dan makan malam, anda harus mengeluarkan pengeluaran ekstra sebesar Rp. 30.000 hingga Rp. 40.000 per hari. Makan pagi tidak diikutsertakan ke dalam kewajiban anda karena umumnya di hotel telah tersedia sarapan pagi atau jika kebetulan anda menginap di Padang, supir anda tidak perlu diberi biaya akomodasi/penginapan sehingga mereka bisa sarapan pagi di rumah masing-masing. Untuk biaya penginapan, apabila anda kebetulan bermalam di luar Kota Padang, anda cukup menambah biaya sekitar Rp. 50.000 hingga Rp. 75.000 per malam untuk penginapan termurah di kota/objek wisata tersebut. Apabila anda memiliki pengetahuan akan tempat penginapan yang lebih murah, anda bisa atur reservasinya. Tentu, ini bertujuan untuk mengehmat total pengeluaran anda.
Berikut adalah beberapa operator jasa persewaan kendaraan di Sumatera Barat :
• Uda Dodi (0852.6341.4288)
o APV / Xenia + Supir Rp. 350.000 / hari
o Makan siang dan makan malam beserta penginapan Rp. 50.000 tidak termasuk dalam tarif sewa kendaraan
• Padang Rent Car – Handi (0811.668.389)
o Avanza + Supir Rp. 300.000 / hari
o Makan siang dan makan malam beserta penginapan Rp. 50.000 tidak termasuk dalam tarif sewa kendaraan
• Pelangi Holiday – Rusdi (0811.660.140)
o Sukar / tidak bisa dihubungi
• Sutan Rajo Bendang (0812.670.1413 – 0751.784.1413)
o Grand Livina ( 7 orang ) + Supir Rp. 350.000 / hari
o Cukup irit bahan bakar, 1:16
o Makan siang dan makan malam beserta penginapan Rp. 50.000 tidak termasuk dalam tarif sewa kendaraan
• Keumala Holiday – David (0751.785.5145 – 0751.445.774 – 0812.671.9730)
o Avanza + Supir + Bahan Bakar + Penginapan Rp. 450.000 / hari
o Makan siang dan makan malam tidak termasuk dalam tarif sewa kendaraan
• Total Car Rental – Hengky (0811.218.494)
o APV + Supir Rp. 350.000 / hari
o Makan siang dan makan malam beserta penginapan Rp. 75.000 tidak termasuk dalam tarif sewa kendaraan
• Dhilla Auto Rental – Yenny (0751.785.9550)
o Avanza + Supir Rp. 300.000 / hari
o Innova + Supir Rp. 350.000 / hari
o Makan siang dan makan malam beserta penginapan Rp. 60.000 tidak termasuk dalam tarif sewa kendaraan
Apabila anda sangat puas akan pelayanan sang supir, tip sangat diterima dengan tangan terbuka. Apabila anda tidak puas, itu lain soal, namun apabila anda puas, silahkan berikan tip kepada sang supir yang telah mewujudkan rencana liburan anda menjadi begitu indah selama beberapa hari ini. Sedikit tip cukup untuk penghargaan bagi jasanya.
Untuk pembayaran, rata-rata operator menginginkan pembayaran hari pertama sebagai tanda jadi booking kendaraan. Pelunasan pembayaran bisa anda tangguhkan pada hari terakhir anda menggunakan jasa kendaraan tersebut. Disini, anda dituntut untuk bersikap tegas. Ada beberapa supir yang ‘nakal’ dengan meminta uang lelah atau uang rokok atau uang bensin pada saat awal-awal perjalanan. Anda diharap berbicara kepada pemilik jasa persewaan kendaraan akan hak dan kewajiban anda. Apabila anda hanya mendapatkan hak berupa supir dan kendaraan saja, artinya sang supir tidak berhak meminta uang lebih di luar biaya bensin, makanan dan penginapan. Anda berhak tahu setiap sen uang yang anda keluarkan. Jangan sampai anda ‘dikerjain’ oleh supir yang ‘nakal’ yang meminta anda mengeluarkan uang lebih untuk sesuatu yang tidak ada dalam perjanjian awal anda dengan operator pemilik jasa persewaan. Saran saya, apabila ada supir nakal yang meminta sesuatu yang tidak ada dalam perjanjian awal anda dengan pemilik kendaraan, segera tolak dengan tegas. Tip adalah urusan belakangan dan baru kita bayar apabila kita memang puas dengan pelayanan yang diberikan. Hal untuk memberi tip sepenuhnya berada pada tangan kita. Apabila anda puas, silahkan memberikan tip. Apabila anda tidak puas, kebebasan ada pada anda.

Monday, August 03, 2009

Persiapan Sebelum Ke Ranah Minang : Iklim, Aturan, Makanan, Interaksi dan Tips

Cuaca dan Iklim
Terletak hampir di khatulistiwa, Sumatera Barat beriklim tropis cenderung panas. Padang, ibukota Sumatera Barat adalah kota yang sangat panas berhubung lokasinya di tepi pantai. Kontur permukaan Sumatera Barat memang berbukit dan bergunung-gunung. Ada wilayah yang terletak di tepi pantai, ada pula tempat yang terletak di lereng gunung. Ketinggian wilayahnya berkisar dari 0 m dpl hingga 2912 dpl (Gunung Ophir, Pasaman Barat). Ini berarti, suhu di Sumatera Barat bisa sangat panas karena terletak di tepi pantai, bisa juga sangat dingin dengan ketinggian hampir mencapai 3000 meter dpl. Ini artinya, anda harus jaga diri dan waspada terhadap perubahan suhu yang sangat ekstrem. Tujuan wisata di Sumatera Barat sangat bervariasi, mulai dari kota-kota yang panas hingga kota-kota yang sejuk. Anda diharap agar selalu sehat pada berbagai kondisi ini. Jangan sampai anda tidak dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan suhu udara yang mengakibatkan anda jatuh sakit dan tidak dapat menikmati liburan dengan semestinya. Nyesel banget kan? Jadi, sangat penting untuk anda agar tetap mengkonsumsi vitamin selama perjalanan (terutama buat yang badannya lemah) kemudian jaga agar konsumsi makanan seimbang tetap dipertahankan. Kondisi paling umum saat travelling adalah sembelit dan susah buang air besar. Ini diakibatkan terutama oleh panas dalam atau tubuh sedang dalam proses adaptasi. Terlebih, makanan di Sumatera Barat kebanyakan berupa gulai dan santan. Dijamin, kondisi ini tidak akan menguntungkan bagi perut. Bisa jadi anda mengalami sembelit atau justru malah diare. Males kan kalau kemana-mana bawa sampah atau setiap sejengkal perjalanan, anda meminta pada supir untuk dicarikan toilet terdekat?
Suhu udara bisa menjadi sangat dingin terutama di saat malam hari atau hujan deras. Jaket yang baik digunakan saat panas maupun dingin sangat berguna sekali disini. Payung lipat kecil bisa menjadi pilihan namun hindarilah jaket terlalu tebal apalagi jas hujan. Percaya dech, ini semua hanya akan menghambat perjalanan anda.
Bawalah baju secukupnya dan berbahan tipis serta mampu menyerap keringat dengan baik. Untuk baju yang agak tebal mungkin bisa dibawa satu atau dua saja (mengingat bahwa kalau dingin kan orang jadi jarang keringatan, ya ngga?). Saya sendiri lebih nyaman mengenakan celana pendek sepanjang perjalanan agar tidak terlalu ribet dalam beraktifitas. Untuk para perempuan, sebaiknya perhatikan jenis celana yang akan digunakan. Mengingat Sumatera Barat memiliki nilai-nilai keagamaan yang masih dijunjung tinggi walaupun sudah cukup modern, sebaiknya anda membawa celana yang menutupi lutut. Celana 7/8 atau 3/4 disarankan. Bagi yang mau berenang (mengingat sebagian besar bentang alam yang kita kunjungi bernuansa air –danau, pantai-), ada baiknya membawa pakaian renang sendiri termasuk dengan kacamata renangnya yang bisa sangat berguna di Sikuai, misalnya.

Aturan LokalTentang Hotel-hotel di Sumatera Barat, mulai dari Padang hingga daerah pedalaman, sesuai dengan perkataan sebelumnya, masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat. Sehingga, apabila anda berdua berbeda jenis kelamin dan tidak memiliki ikatan pernikahan, maka jangan harap bisa tidur berdua dalam satu kamar walaupun dengan alasan untuk menghemat budget dan pengeluaran. Di beberapa tempat bahkan mensyaratkan anda untuk membawa surat nikah. Merepotkan? Ya, sedikit. Namun, sayangnya aturan ini tidak berlaku pada para turis (terutama bule). Tampak jelas mereka bebas melenggang check in dengan pasangannya yang saya sangat yakin bukan pasangan aslinya. Saya juga menemukan ada keluarga besar yang terdiri atas belasan orang berkelamin campuran, boleh menginap dalam satu pondok besar. Entah, apakah masing-masing dari mereka membawa surat nikah atau tidak. Saya sendiri, apabila sudah menikah pun mungkin tidak akan repot-repot membawa surat nikah atau fotokopinya sekalipun. Apabila anda berada dalam anggaran yang terbatas dan kelompok anda terdiri atas jenis kelamin campuran, maka pilihlah kamar dengan harga termurah.

MakananSelama anda berada di S
umatera Barat, siap-siaplah untuk terbosan-bosan memakan masakan Padang. Pokoknya, segala sesuatu di tempat ini akan terlihat berbalado, berlado hijau, bergulai dan bersantan. Saya sendiri sudah mengalaminya ketika harus makan masakan sejenis untuk yang kesekian kalinya. Saya tidak anti masakan padang. Bukan saya anti masakan ini namun patut menjadi perhatian bahwa anda akan mengalami hal yang saya alami apabila dalam beberapa hari anda dicekoki makanan yang sama. Walaupun demikian, makanan di Sumatera Barat sebenarnya cukup bervariasi. Andalah yang harus pintar-pintar mengeksplorasi makanan di tempat ini. Jangan sampai karena anda kurang kreatif dalam mencari sehingga selama beberapa hari berturut-turut anda mengkonsumsi masakan Padang. Hati-hati kolesterol anda, bung! Tentukan beberapa restoran Padang atau masakan Minang yang ingin anda coba selama beberapa hari di Sumatera Barat. Sisanya, pilihlah sesuatu yang benar-benar lain namun tetap autentik khas kebudayaan Minang. Caranya tidak susah. Saya yakin anda hidup dalam lingkaran pertemanan yang lebar. Orang Minang walaupun hanya satu pastilah ada yang menjadi teman anda. Nah, dari merekalah rekomendasi makanan enak bisa tercetus.

Komunikasi
Untuk hal komunikasi, tampaknya anda tidak perlu takut terputus dari duni
a luar sementara anda berada di da
lam wilayah Sumatera Barat. Hampir semua wilayah bahkan hingga pedalaman telah tertutup oleh jaringan provider telekomunikasi terkemuka. Hingga ke dasar lembah sekalipun, anda tetap bisa mendapatkan sinyal handphone. Tidak ada alasan sama sekali bagi anda untuk mengganti-ganti kartu sim card anda ketika sampai di wilayah tertentu dan mengganti lagi ke sim card asal ketika sinyal sudah kembali didapat. Sebagai informasi, Sumatera Barat terbagi menjadi tiga kode prefix area telepon, 0751, 0752, dan 0759.
0751 untuk wilayah Padang, Pariaman, Solok, Pesisir hingga ke selatan.
0752 untuk Bukittinggi, Tanah Datar, Payakumbuh, hingga Agam dan Pasaman.
Sementara itu, 0759 hanya dipergunakan di Kepulauan Mentawai.
Untuk anda yang wajib mendaftar dengan prefix dan nomor baru sesampainya di kota tujuan, harap anda selalu melakukannya agar anda tidak terputus hubungan dari kerabat anda.

Interaksi Dengan Warga Lokal
Orang Minang adalah salah satu suku yang paling lihai berdagang, mungkin tidak diragukan lagi kualitasnya hingga ke seluruh Indonesia. Rumah makan Padang yang bertebaran di penjuru nusantara menjadi bukti tersebut. Namun, ini berarti anda juga harus wasp
ada terhadap kemampuan mereka ‘berdagang’. Kalau tidak hati-hati, malah mungkin anda harus membayar lebih daripada seharusnya. Bukan bermaksud negatif namun memang begitulah aturan dagang. Untung besar lebih baik. Ya toh? Tanpa maksud menyinggung etnis tertentu, uang bukan masalah bagi anda yang memang memiliki anggaran berlebih untuk perjalanan ini. Namun, bagi anda yang berada dalam anggaran yang cekak dan ketat, saya sangat yakin setiap sen sangatlah berharga dan diperhitungkan. Setiap akan melakukan transaksi apapun, selalu berhitung dengan teliti dan bicarakanlah hak dan kewajiban anda sebagai pembeli disini. Tentukan pilihan anda secermat mungkin dan jangan pernah merubah pilihan lagi setelah anda mendapat harga yang disepakati. Perubahan akan pilihan anda mungkin saja bisa menjadi celah bagi mereka untuk mengorek uang lebih dalam dari kocek anda. Bicarakan dengan jelas apa yang akan anda bayar dan apa yang akan anda dapat. Jangan biarkan mereka bicara dengan nada berkumur-kumur atau tidak jelas. Tanyakan dengan jelas dan detail setiap inci transaksi. Kalau perlu, untuk transaksi berukuran besar, selalu gunakan tanda terima atau kwitansi pembayaran. Pintar menawar adalah kunci anda bisa bertahan disini. Beda yach antara memeras dan pintar berdagang. Memeras tidaklah benar dalam segi apapun. Pintar berdagang adalah kemampuan untuk menciptakan setiap celah dan peluang menjadi daya untuk mendapatkan keuntungan lebih. Tentu, pintar berdagang dibarengi dengan kecerdikan otak dan logika yang baik. Logika yang baik membuat anda dapat menerim
a celah transaksi tersebut sebagai kesalahan anda. Saya sendiri mengalaminya dan membuat saya cukup waspada untuk mempertahankan agar anggaran saya tidak melenceng dan membengkak dari rencana.
Orang Minang sendiri sangatlah ramah. Mereka dapat dengan mudah bercerita tentang apa saja dan bangga akan tempat tinggal mereka yang memang bernobatkan lokasi yang aman di seantero Sumatera. Mereka mudah sekali memberikan informasi. Apabila anda bertanya, tampaknya tidak segan-segan mereka akan memberikan informasi kepada anda, mulai dari lokasi makanan, tempat penginapan, arah jalan, hingga tujuan yang ingin anda capai. Kerukunan hidup antara etnis dan ras disini sangat terjaga. Orang non etnis Minang di Sumatera Barat pun fasih berbahasa Minang sebagai bahasa keseharian mereka. Jarang atau bahkan tidak ada saya temui perlakuan diskriminasi disini. Saya berjalan kaki mengelilingi kota bahkan dengan berjalan kaki. Sungguh nyaman dan aman. Anda bisa pegang kata-kata saya akan tingkat keamanan yang tinggi di Ranah Minang ini. Saya sudah membuktikannya sendiri.