Saturday, October 31, 2009
Katedral Paroki Hati Kudus Yesus di Malang
Friday, October 30, 2009
Informasi Lengkap di Malang Tourist Information Center
Malang tampaknya sangat sadar akan posisi mereka yang sangat strategis sebagai tempat wisata dan juga sebagai salah satu titik awal kunjungan turis yang akan ke Bromo. Pusat informasi turisnya saja tercatat ada dua buah di tempat yang tidak terlalu berjauhan. Dua-duanya buka dan informatif! Ya, ada dua pusat informasi turis yang berada di pusat kota. Satu kios berada di dekat Katedral Malang dan satunya lagi berada di Alun-Alun Malang, pusat kegiatan warga kota ini. Seperti umumnya pusat informasi turis, tempat ini dibekali dengan buku tamu, brosur-brosur, peta dan informasi yang bisa membantu anda mencapai Bromo. Ya, Malang sangat Bromo oriented. Tampaknya memang segala macam arus kunjungan turis akan sedapat mungkin dialihkan ke Bromo sebagai titik puncak kunjungan wisatawan selama di Malang atau Jawa Timur. Mereka menyediakan segala macam informasi yang berkaitan dengan hotel, persewaan mobil, tur yang bisa diatur dan jasa pemandu. Selain Bromo, tentu ada brosur yang berkaitan dengan Kota Malang sendiri, Batu dan Surabaya. Saya bahkan diberikan brosur fotokopi peta Kota Malang dan objek wisata yang ada di dalamnya. Hampir semuanya bisa dicapai dengan berjalan kaki.
Thursday, October 29, 2009
Bakmi Bromo Pojok Malang yang Super Enak!
Bakmi Bromo Pojok ini memiliki sejumlah cabang selain di Jalan Pattimura 53 ini. Satu cabang berada di Jalan S.Parman wilayah Glintung, satu lagi berada di Kota Singosari, cukup jauh di luar Kota Malang. Dari Hotel Helios, depot mie ini bisa dicapai dengan mudah dengan berjalan kaki. Nomor Telepon Depot Mie Bromo Pojok di Glintung Jalan S.Parman di 0341(9208080).
Wednesday, October 28, 2009
Selamat Datang di Kota Malang
Bukti warisan kolonialisme pada jaman dahulu tercermin dari bangunan-bangunan yang banyak menghiasi sudut kota ini. Yang paling jelas tentu bangunan-bangunan di sepanjang bundaran utama kota yang sangat kental nuansa kolonialismenya. Sebut saja, Balai Kota Malang, Katedral Malang, GPIB Malang, Kantor Pos dan Toko Oen. Semua bangunan tersebut masih dalam bentuk aslinya. Serasa berwisata ke 100 tahun yang lalu yach?
Walaupun matahari bersinar dengan terik, namun berjalan siang hari sekalipun di kota ini cukup menyenangkan. Teriknya matahari berimbang dengan segarnya udara kota ini. Karena pusat kotanya tidak terlalu lebar, area sekeliling bisa ditempuh dengan berjalan kaki mulai dari Lapangan Brawijaya, Gereja Katedral, Alun-Alun Kota, hingga Tugu Malang dan Stasiun Malang.
Kota ini bisa dicapai dari Surabaya selama 2 jam perjalanan darat menggunakan bus dari Terminal Purabaya (Bungurasih) atau dengan kereta Panataran dari Stasiun Kota (Semut) atau Gubeng, Surabaya. Kalau anda tidak berasal dari Surabaya, mungkin anda bisa mengambil pilihan lain berupa jalur udara. Malang dapat dicapai dengan pesawat udara. Bandara Abdurachman Saleh menjadi pintu gerbang kota ini dari udara. Malang bisa dapat dengan mudah dicapai juga dari kota-kota tetangganya seperti Blitar, Kediri, Batu, Jombang, Mojokerto, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo dan Lumajang. Kota-kota ini mempunyai angkot atau bus yang sampai ke Malang. Selain Batu, semua kota tersebut mempunyai akses jalan kereta api dari/ke Malang baik langsung atau melalui kota lain terlebih dahulu.
Kunjungan ke Malang adalah sesuatu yang membuat rindu. Saya senang bisa berkunjung ke kota ini. Saya rindu akan iklimnya yang sejuk dan di malam hari bisa membuat saya menggigil kedinginan. Selain itu, yang membuat rindu lainnya adalah kue-kue kecilnya yang enak dan murah dari Und Corner. Walau enak, saya nggak bisa lama-lama juga tinggal disini. Bisa-bisa saya gendut karena setiap hari memakan kue-kue kecil berkeju yang enak dan murah itu. Hehehe…
Tuesday, October 27, 2009
Mau Tidur Di Malang, Pilih Hotel Helios atau Jona's Homestay?
Saya tiba di Kota Malang dengan kepercayaan diri yang tinggi. Walaupun saya datang pada musim liburan, saya yakin akan mendapatkan tempat karena beberapa hari sebelumnya, ketersediaan kamar selalu tinggi. Jadi, saya merasa tidak wajib untuk booking kamar. Apalagi, sampai ketika saya tiba di Malang, saya masih bingung sebaiknya dimanakah saya menginap, Jona’s atau Helios. Bingung memilih sampai tidak jadi booking.Saya kena batunya. Siang itu, di Arjosari, saya baru menelepon kedua hotel tersebut. Hotel pertama yang saya telepon adalah Jona’s. Dengan sangat menyesal, pengangkat telepon yang ramah tersebut mengatakan bahwa tidak ada kamar pada siang itu. Yang tersisa hanya kamar berukuran besar yang harganya cukup mahal. Tidak masuk budget saya.
Rp. 75.000 (dua orang, televisi, air panas, kipas angin dan kamar mandi luar)
Rp. 100.000 (bisa untuk 3 orang dengan fasilitas yang sama)
Jumlah kamar di Jona’s memang terbatas, hanya dua untuk setiap jenisnya. Mungkin ini yang menyebabkan kamar-kamar tersebut selalu terisi penuh. Dalam Lonely Planet, Jona’s Homestay ini dikatakan berarsitektur kolonialisme sehingga saya pikir pasti menarik untuk ditempati dan dijadikan objek berfoto. Sayangnya, saya tidak memperoleh satu kamar pun di Jona’s. Bagi anda yang penasaran, bisa hubungi Ibu Anna yang ramah, Jona’s Homestay, Jalan Sutomo 4, (0341)324678.
Rp. 55.000 (kamar mandi luar, dua orang)
Rp. 95.000 (kamar mandi dalam, shower air panas, sarapan pagi nasi goreng untuk dua orang)
Rp. 115.000 (kipas angin, kamar mandi dalam, shower air panas, sarapan, dua orang)
Rp. 125.000 (AC, kamar mandi dalam, shower air panas, sarapan, dua orang)
Rp. 150.000 (AC, televisi, kamar mandi dalam, shower air panas, sarapan, dua orang)
Akhirnya, saya naik angkot AT (Arjosari Tidar) dari terminal Arjosari menuju pusat kota Malang. Memang, setelah melewati berbagai ruas jalan, berlama-lama di terminal (nggak apa-apa dech, kan kamarnya baru tersedia selepas pukul 1 siang) akhirnya saya sampai juga di Hotel Helios. Hotel ini terletak di dekat belokan jalan yang agak teduh dan tidak terlalu ramai. Di depan hotel tersebut ada serombongan orang yang baru saja tampaknya melakukan check out. Artinya kamar saya sudah siap donk? Hehehe…
Monday, October 26, 2009
Tiba-Tiba Sampai Di Terminal Arjosari
Terminal Arjosari sendiri adalah terminal besar Kota Malang yang menghubungkan Malang dengan banyak kota di Jawa Timur, mulai dari Surabaya, Jember, Probolinggo, Mojokerto, hingga Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta dan Denpasar.
Saturday, October 24, 2009
Naik Bus Dari Surabaya Ke Malang
Sepanjang perjalanan, saya menemukan banyak sekali objek. Diantaranya yang masih cukup jelas terpetakan adalah :
Taman Safari II di Prigen, Pasuruan. Setelah sekian lama mendengar ada Taman Safari lain selain Cisarua, akhirnya saya berkesempatan ‘melintasi’ Taman Safari ini. Lokasinya ada di sebelah kanan jalan ruas Surabaya – Malang. Taman Safari ini ada di kaki Gunung Arjuno.
Kebun Raya Purwodadi. Kebun raya ini terletak sangat jelas di pinggir jalan raya Surabaya – Malang. Kebun raya ini ukurannya sangat besar dan luas. Terletak di Purwodadi, suhu udara di tempat ini tidak terlalu dingin. Melihat kebun rayanya, kita bisa tahu bahwa kebun raya tersebut pun tidak memberikan kesejukan selain keteduhan. Memang, kebun raya ini khusus diperuntukkan untuk penelitian iklim kering pada tumbuhan tropis, jadi wajar kalau suasana yang terbangun memang nggak terlalu sejuk.
Kota Lawang. Ini titik tertinggi dari jalur Surabaya – Malang. Gunung Arjuno terlihat dengan jelas di kota ini. Penanda utama anda telah tiba di kota ini adalah adanya sebuah flyover (rasanya sih hanya satu-satunya flyover setelah anda keluar dari Gempol yach) yang membelah kota ke arah barat daya. Menurut saya, hawa kota ini adalah yang tersejuk bahkan dibanding Malang dalam rute saya kali ini. Walau demikian, nama Lawang memang kalah terkenal dibanding Malang sebagai kota resort. Satu hal yang menarik disini adalah Hotel Niagara yang bisa anda jumpai di sisi kanan jalan begitu anda turun dari flyover. Bangunan paling tinggi sendiri di kota Lawang ini selain memiliki arsitektur yang agak berbeda karena sudah agak berumur, juga mewarisi cerita-cerita miring tentang keberadaan penghuni dunia lain. Ya, Hotel Niagara terkenal karena cerita-cerita hantunya walau hingga kini, cerita hantu tersebut tidak terbukti benar.
Kebun Teh Wonosari. Lokasinya beberapa kilometer selepas Kota Lawang. Kebun teh ini berada di lereng Gunung Arjuno, memanjakan para pengunjungnya dengan hamparan teh. Bisa untuk tea-walk nich. Sayangnya, rute Surabaya – Malang tidak melewati kebun teh ini. Kebun teh ini terletak di luar jalur utama. Anda harus menggunakan kendaraan berbeda atau angkot untuk mencapai kebun teh ini.
Candi Singosari. Buat yang ingat cerita sejarah, Singosari dahulunya adalah sebuah kerajaan besar yang terletak di Jawa Timur. Nah, di kota Singosari inilah diperkirakan pusat kerajaan Singosari itu berada. Sayangnya lagi, rute Surabaya – Malang tidak melewati Candi Singosari, hanya melewati Kota Singosari dan Pasar Singosarinya saja. Dari pengamatan sekilas, perikehidupan Kota Singosari tidak jauh berbeda dengan kota-kota lainnya di Jawa Timur.
Candi Singosari. Buat yang ingat cerita sejarah, Singosari dahulunya adalah sebuah kerajaan besar yang terletak di Jawa Timur. Nah, di kota Singosari inilah diperkirakan pusat kerajaan Singosari itu berada. Sayangnya lagi, rute Surabaya – Malang tidak melewati Candi Singosari, hanya melewati Kota Singosari dan Pasar Singosarinya saja. Dari pengamatan sekilas, perikehidupan Kota Singosari tidak jauh berbeda dengan kota-kota lainnya di Jawa Timur.
Kalau anda punya waktu banyak dan lebihan atau nggak mau diburu-buru, cobain dech satu-satu tempat wisata ini. kalau sudah, jangan lupa share cerita anda disini yach :D
Friday, October 23, 2009
Lumpur Porong Sidoarjo, Lumpur Paling Terkenal se-Indonesia
Terlepas dari itu semua, saya memang agak terkejut melihat lokasi lumpur Lapindo ini. Begitu keluar dari jalan tol yang menghubungkan Surabaya dengan Gempol, bus yang saya tumpangi langsung masuk ke jalan utama yang menghubungkan Sidoarjo dengan Malang. Disinilah pengalaman saya bermula.
Lokasi lumpur tersebut persis berada di sisi sebelah kiri jalan yang saya lalui. Suasana panas menyengat sangat terasa di tempat ini(banyak yang bilang, suasananya mirip sekali dengan film-film cowboy di padang pasir di Amerika sana). Memang, saat itu banyak kendaraan sedang tertumpuk macet di tempat ini. Selain kemacetan, ada yang bilang juga suhu panas yang dirasakan berasal dari lumpur yang terus menerus meluap.
Thursday, October 22, 2009
Jangan Terkecoh, Nama Terminal ini adalah Purabaya atau Bungurasih
Anyway, setelah berhasil melepaskan diri dari serbuan para calo bus, mari kita mengisi perut terlebih dahulu sebelum bergerak lebih lanjut. Maklum, sampai di Sidoarjo, biasanya waktu sudah hampir siang. Kalau anda lanjut dengan naik bus berjam-jam lagi, mungkin anda sudah tidak mempunyai waktu untuk makan siang lagi. Kalau anda masih punya waktu untuk makan siang, coba dech makan di Nasi Soto yang banyak tersebar di Terminal Purabaya ini. Harganya gak terlalu mahal, seporsi hanya Rp. 5.000 saja. Isinya, nasi di mangkok yang disiram dengan kuah soto dan ditaburi dengan potongan-potongan daging dan sebuah telur yang dibelah-belah (bisa request koq kalau mau telur utuh). Warungnya cukup bersih dan gak hectic. Bisa makan disini sambil beristirahat sejenak. Selain itu, coba dech makan soto sambil ditemani oleh kerupuk beras atau semangginya. Harganya murah. Satu kerupuk hanya Rp. 500 saja. Mungkin gara-gara itu saya jadi kalap dan menghabiskan hingga 4 kerupuk. Hehehe…
Nggak usah repot-repot mencari rumah makan di terminal ini, sebab hampir semua rumah makannya menyajikan menu yang hampir sama persis : nasi soto. Seusai makan, saya segera bergegas menuju peron. Oh yah, di bagian depan terminal ini ada dua buah plang besar yang sangat saya ingat. Plang pertama : adalah plang yang bertuliskan (saya lupa persisnya) namun intinya Hati-hati terhadap barang bawaan anda karena banyak copet. Dan plang kedua adalah objek-objek wisata di seputaran Kota Surabaya. Saya ingin sekali berfoto ria dengan plang yang kedua. Namun, karena membaca plang yang pertama, keinginan tersebut saya kubur pelan-pelan. Mungkin kerawanan di setiap terminal yang ada di Indonesia adalah kurang lebih sama. Namun, karena ada tulisan besar itu, mau nggak mau saya sudah jiper duluan. Berjalanlah saya ke peron untuk menuju ke terminal pemberangkatan. Setelah membayar Rp. 200 per orang, saya masuk ke terminal. Kondisinya sama persis seperti terminal kedatangan sebelumnya. Calo berhamburan di sana-sini.
Yang jelas, begitu mencapai peron, saya langsung dikerubungi oleh segerombolan calo bus (lagi). Namun kali ini saya sudah cukup sigap dengan menyebutkan “Malang” dan begitu diantar (dengan sedikit dikawal –takut kabur kali yah-) menuju bus, saya langsung naik dengan memastikan bahwa bus ini tidak ber AC. Untungnya, bus sudah penuh dan siap untuk berjalan, tinggal menunggu satu dua orang penumpang lagi saja. Harga tiket dari Purabaya (Surabaya) menuju Arjosari (Malang) adalah Rp. 15.000.
Wednesday, October 21, 2009
Bandara Juanda Sidoarjo-Surabaya Gerbang di Timur
Memang, dari segi ukuran, Bandara Juanda cukup lebar. Dari titik kedatangan penumpang, saya dan penumpang-penumpang lainnya dijemput dengan shuttle bus untuk mencapai terminal kedatangan penumpang.
Masuk terminal kedatangan, saya tetap merasa ‘tidak ada yang spesial’ karena memang bandara ini tidak seperti bandara lain di Indonesia. Pengalaman saya yang sudah-sudah, setiap bandara berusaha menampilkan ciri khas kedaerahannya dengan menampilkan nama bandara besar-besar. Sebenarnya, yang paling penting buat saya adalah tulisan “Selamat datang di Kalimantan Selatan” atau “Selamat datang di Sumatera Barat” atau “Selamat datang di bandara El Tari Kupang” dan seterusnya. Namun, saya tidak menjumpai satu tulisan pun yang bernada seperti itu di Juanda. Bukan saya kurang memperhatikan, tapi tulisan tersebut benar-benar saya cari dan saya tidak menemukannya sama sekali. Tidak jadi dech, berfoto dengan tulisan Juanda di bandara ini.
Keluar dari Bandara Juanda tidak terlalu sulit. Walaupun jaraknya cukup jauh dari pusat kota (sekitar 20 KM) namun bandara ini terhubung dengan berbagai macam moda angkutan walau yang paling bisa diandalkan adalah taksi. Untuk keluar dari bandara, saya menggunakan Bus Damri seharga Rp. 15.000 per orang (tiket bisa dibeli di depan terminal kedatangan) untuk mencapai terminal Bungurasih (Purabaya) dan pusat Kota Surabaya. Seperti umumnya bandara-bandara di Indonesia, calo mobil sewaan sudah siap memangsa anda begitu anda keluar dari bandara. Apabila anda sudah tahu yang harus dilakukan, cukup tolak mereka dengan tegas saja.