Thursday, May 27, 2010

Argo Anggrek Ke Jawa Tengah

Setelah sekian lama hanya bisa menginginkan saja, tanpa bisa merasakan, akhirnya kali ini saya naik kereta api! Yippie! Senangnya hati ini. Entah mengapa, saya selalu menganggap kereta api adalah transportasi yang paling seksi, romantis dan sendu. Suara dentingan bel yang menandakan bahwa kereta akan segera berangkat selalu menggetarkan lubuk hati saya. Anda boleh bilang bahwa saya cengeng, berlebihan, atau bahkan gila. Yang jelas, nuansa serupa tidak akan pernah saya dapatkan ketika saya menaiki pesawat terbang atau bus umum. Saya malah menemukan suasana terburu-buru dan rusuh ketika melakukan check in dengan pesawat terbang. Tidak ada suasana perpisahan yang nyata di bandara. Saya jadi teringat ketika beberapa kali mengantarkan saudara atau teman di stasiun kereta,. Suasananya sungguh beda! Saya merasa terharu, pedih, seakan-akan teman atau saudara kita itu akan pergi jauh (padahal masih di seputaran Pulau Jawa). Suasana keramaian stasiun kereta api, orang-orangnya, kebersahajaannya, romantismenya, dan bunyi dentang gerbong ketika terbanting selalu menarik hati saya. Apabila transit dengan pesawat terbang, saya pasti akan merasakan mual yang tidak perlu. Menyebalkan. Proses take off maupun landing yang berlebihan membuat saya merasakan sensasi tidak enak. Hal berbeda terjadi di kereta api. Setiap berhentinya kereta api selalu menggambarkan hal yang khas. Misalnya, suasana berhentinya kereta di Cirebon, Pekalongan, Semarang, atau Purwokerto pasti masing-masing berbeda. Tidak pernah sama.
Ketika kali ini saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi pernikahan teman di Kudus, saya merasa gembira bisa kembali lagi berkesempatan menggunakan kereta api sebagai sarana transportasinya. Memang, kini harga tiket kereta api terutama kelas eksekutif sudah cukup tinggi, terkadang bahkan menyamai harga pesawat terbang. Kondisi demikian membuat perjalanan dengan kereta api tidak menarik bagi sebagian orang. Sebagian orang memilih jalur cepat dengan pesawat terbang. Namun, bagi saya yang kebetulan waktu liburannya cukup panjang, saya bersedia menggunakan kereta api dan berlama-lama serta tidur di dalam gerbong. Tidur di dalam gerbong kereta juga merupakan seni tersendiri, menurut saya. Walaupun tidak bisa nyenyak 100%, namun ada kenikmatan tersendiri ketika saya tidur. Yang jelas, saya bahkan tidak bisa tidur karena terlalu gembira bisa bertualang dan menaiki kereta api.
Tujuan utama perjalanan saya kali ini adalah Kudus, kota di semenanjung timur laut Jawa Tengah. Saya bermaksud untuk mengunjungi pernikahan teman karib saya disana. Sayang, Kudus tidak dilintasi jalur kereta api. Oleh karena itu saya memutuskan untuk turun di Semarang untuk kemudian berganti angkutan bus umum guna mencapai Kudus. Untuk keberangkatan, saya memilih untuk menaiki Argo Anggrek, kereta api jurusan Jakarta Gambir – Surabaya Pasarturi yang akan berhenti di Semarang Tawang. Kereta Argo Anggrek ini akan melintasi jalur utara dan hanya berhenti di kota-kota besar saja seperti Cirebon, Pekalongan, Semarang Tawang, Cepu dan Surabaya Pasarturi sebagai tujuan akhir. Harga tiketnya Rp. 190.000 dan kereta berangkat pukul 21.30 tepat. Buat anda yang belum pernah naik kereta api eksekutif, cobain dech sekali-kali. Walaupun jarak tempuhnya cukup panjang (misal : Jakarta – Semarang yang bisa ditempuh dalam 55 menit perjalanan pesawat terbang, harus ditempuh kereta api dalam waktu 8-10 jam) tapi kenikmatan duduk di kelas eksekutif tidak bisa dibandingkan dengan pesawat kelas ekonomi. Yang jelas, kursi yang kita gunakan adalah kursi reclining sehingga bisa direbahkan asal tidak mengganggu orang belakang. Untungnya, jarak santara satu kursi dengan kursi di depan/belakangnya cukup lebar, memungkinkan kita untuk merebahkan kursi dengan cukup leluasa. Kursi di depan kita juga mempunyai pijakan kaki yang bisa distel. Tak lupa, tersedia bantal kecil dan selimut untuk membungkus tubuh di kala malam. Bagi yang butuh energi listrik, di bagian dinding kereta di setiap kursi ada stopkontak loch. Menarik yach? Barang bagasibisa diletakkan di bagian bawah sementara barang berharga saya kepit di sebelah saya dan saya balut dengah selimut. Aman! Malam hari bisa menjadi sangat dingin di dalam kereta api. Oleh karena itu, jangan lupakan jaket dan yang terpenting kaus kaki untuk menjaga kaki anda tetap hangat sepanjang malam. Entah yach, soalnya saya merasa udara dingin justru tersebar merata di bagian bawah kaki. Walau memiliki televisi, namun siaran televisinya kebanyakan berupa acara musik pop Indonesia. Menjelang tengah malam (saat saya sudah mulai mengantuk), siarannya berganti menjadi film action. Selepas tengah malam (saya terbangun sekilas), saya mendapati televisinya sudah berlayar biru. Tidak ada siaran lagi. Mungkin ini waktunya untuk beristirahat kali yach? Karena sistem tempat duduk di kereta memiliki nomor, maka anda tidak bisa dengan mudahnya bertukar tempat duduk. Duduklah sesuai dengan nomor kursi anda. Untuk memberikan kesan baik, mengobrollah ringan dengan orang di sebelah anda.
Satu hal yang perlu anda tahu, makanan dan minuman tidak tersedia gratis di dalam kereta api. Semua ada harganya. Dulu, makanan memang menjadi satu paket tiket perjalanan. Namun sekarang, makanan dijual terpisah dari tiket. Makanan yang mereka tawarakn tidak termasuk dalam harga tiket. Jangan terkecoh. Walaupun harganya tidak seberapa, namun pastinya ada sedikit rasa kesal begitu kita mendapati sebuah tagihan dikirimkan ke tempat duduk kita. Ooo...ternyata nasi goreng dan jus jeruk yang saya makan tadi tidak gratis, rupanya. Bertanya dahulu jauh lebih baik. Bertanyalah kepada petugas yang membagikan, apakah makanan ini gratis atau bayar. Menjelang pagi (tepatnya menjelang subuh), siap-siaplah dibangunkan karena seluruh selimut dan bantal akan ditarik dari peredaran. Untuk anda yang termasuk penikmat tidur, bersiap-siaplah hak anda terampas. Hehehe...

Monday, May 24, 2010

Selamat Datang Di Jawa Tengah!

Di tengah-tengah pulau Jawa, dari Brebes sampai Rembang, dari Wonogiri sampai Jepara, terbentanglah propinsi Jawa Tengah. Propinsi ini adalah propinsi yang paling dikenal sebagai ruh-nya Pulau Jawa walau tidak semua daerahnya mencerminkan hal tersebut. Suku Jawa jelas mendominasi penduduk di kawasan ini. Karakteristik penduduk Jawa Tengah tidak akan bisa ditemukan di Jawa Timur maupun Jawa Barat. Hal pertama yang biasanya teringat akan Jawa Tengah adalah kehalusannya, walau sekali lagi, tidak semua wilayahnya mencerminkan demikian. Wilayah Jawa Tengah yang luas, bergunung-gunung, di tepi pantai dan terbuka turut andil dalam membentuk ragamnya karakteristik propinsi ini. Secara umum, suku Jawa yang mendiami kawasan ini terbagi menjadi beberapa sub kelas yakni Tegal, Banyumasan, Pesisir, Mataraman dan Wilayah Utara. Walau tidak berbeda secara signifikan, namun setiap penduduk yang tinggal di berbagai wilayah ini memiliki ciri khas tersendiri yang unik. Dialek dan kehalusan bahasa Orang Semarang dan Solo, misalnya, sudah berbeda. Hal ini terbentuk dari warisan Kerajaan Mataram yang turut andil dalam membentuk warga Solo dan posisi Semarang yang berada di tepi laut sehingga aktif dan terbuka terhadap pengaruh dari luar. Kudus dan Demak yang dahulu pernah menjadi titik awal Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa dipercaya membentuk ciri khas warga Semenanjung Utara. Walau terdengar serupa, dialek Tegal dan Banyumasan jelas berbeda. Inilah uniknya Jawa Tengah. Wilayah yang cukup luas ini tidak bisa selesai dikunjungi dalam waktu beberapa hari saja. Dari satu titik ke titik lainnya anda akan menemukan perbedaan unik yang menawan.
Segala macam bentang alam bisa anda temukan di Jawa Tengah. Mulai dari pantai yang perawan, hingga gunung tinggi ada disini. Dataran tinggi yang dingin hingga kota metropolitan ada dan hadir di Jawa Tengah. Mau danau dan telaga yang cantik hingga rawa dan air terjun serta bebatuan karst, tinggal pilih. Wilayah tengah propinsi ini bergunung-gunung mulai dari Gunung Slamet di Banyumas hingga Gunung Lawu di Karanganyar. Anda bisa menemukan sejumlah dataran tinggi yang dingin seperti Dieng dan air terjun cantik di wilayah pegunungan ini. Pantai-pantai cantik bisa ditemukan di pesisir selatan Pulau Jawa maupun pulau-pulau lepas pantai Karimun Jawa. Sisa peninggalan kebudayaan manusia purba bisa anda temukan di bebatuan karst Sangiran, sisi timur propinsi ini. Jawa Tengah juga terkenal sebagai salah satu tempat di Indonesia yang memiliki koleksi candi-candi ekstravaganza. Sebut saja Borobudur di Magelang dan Prambanan di Klaten. Belum lagi candi-candi lainnya seperti Gedong Songo, Candi Dieng, Ratu Boko, Ceto, Sukuh, dan banyak lagi.
Soal makanan, Jawa Tengah juga merupakan gudang makanan enak dan murah. Nasi Liwet Solo, Lumpia Semarang, Mendoan dan Getuk Goreng Purwokerto, Telur Asin Brebes, Rambutan Parakan, Garangasem dan Soto Kudus, Kopi Losari Serta Susu Boyolali dijamin bisa menggoyang lidah anda, bahkan ketika baru saja diucapkan. Soal oleh-oleh, Jawa Tengah juga rajanya nich, ada batik yang tersebar dari barat hingga timur mulai dari Pekalongan hingga Solo dan Kudus. Ada juga ukiran kerajinan kayu khas Jepara yang cantik. Oleh-oleh makanan juga tak boleh dilupakan untuk dibawa pulang yach.
Nah, sudah tertarik mengunjungi Jawa Tengah atau bahkan sudah menentukan kota tujuan anda? Ya, umumnya di daftar nomor 1, turis akan memilih untuk mengunjungi Solo dan Yogyakarta ketika berada di Jawa Tengah ini. Di urutan kedua ada Semarang dan Purwokerto. Urutan berikutnya ada Dieng dan Karimun Jawa yang sedang naik daun. Urutan berikutnya disusul lagi oleh sejumlah kota yang sedang menggeliat dan berbenah untuk menjadikan kota mereka tujuan wisata utama para turis. Mungkin anda tertarik untuk mengunjungi kota-kota lain untuk merasakan Jawa Tengah yang sebenarnya? Selama masih di Pulau Jawa, anda tidak perlu takut akan sarana angkutan. Berbagai macam angkutan tersedia dari berbagai kota untuk mengantarkan anda ke Jawa Tengah. Kereta Api misalnya, memiliki dua jalur di utara (Brebes ke Blora) dan selatan (Cilacap ke Sragen) yang bisa mengantarkan anda ke kota-kota di wilayah tersebut. Sejumlah jalur kereta api juga banyak dibuat untuk menghubungkan jalur utara dan selatan seperti misalnya Semarang ke Solo dan Yogyakarta. Kereta yang digunakan bervariasi mulai dari kereta ekonomi yang penuh berdesakan hingga eksekutif yang ber AC dan nyaman. Kalau anda tidak tertarik akan kereta api, bus antar kota banyak menjadi alternatif untuk saat ini. Bus antar kota juga bervariasi mulai dari ekonomi sampai AC dengan reclining seat. Jangkauan bus lebih lebar daripada kereta api. Bus bisa melayani rute hingga ke kota-kota pelosok ataupun yang terletak di atas gunung. Sejumlah bandara tercatat berada di wilayah ini. Dua bandara komersil yang bisa didarati pesawat berbadan besar berada di Semarang (Achmad Yani) dan Boyolali (Adi Sumarmo). Lapangan udara perintis terdapat di Cilacap (Tunggul Wulung). Walaupun angkutan antar kota umumnya beroperasi malam hari, namun tidak demikian dengan angkutan kota maupun desa yang melayani rute jarak-jarak pendek. Anda perlu berjaga-jaga kalau anda terpaksa naik angkutan kota selepas senja tiba. Ketersediaan angkutan bisa jadi terbatas atau bahkan hilang sama sekali. Usahakan sebaiknya tiba di lokasi penginapan selepas gelap menjelang kalau anda menggunakan angkutan umum.
Suhu rata-rata di Jawa Tengah hampir sama seperti layaknya tempat lain di Indonesia. Titik tertinggi Jawa Tengah terletak di Gunung Slamet (3428 mdpl). Anda tidak akan membutuhkan baju hangat di lereng gunung ini kecuali anda seorang pendaki gunung profesional yang memanjat hingga ke puncaknya. Wilayah yang paling dingin di seantero Jawa Tengah mungkin berada di dataran tinggi Dieng. Usahakan untuk mengenakan pakaian dingin di tempat ini. Nah, sudah siap ke Jawa Tengah? Atau jangan-jangan sudah mengemas baju dan membeli tiket? Wow! Mari, saya antar anda ke Jawa Tengah!

Berkenalan Dengan Tana Toraja

Inilah puncak dari kunjungan anda selama berada di Sulawesi Selatan. Setelah melihat pantai dan pulau-pulau yang cantik, makanan yang eksotis, dunia kupu-kupu, lokasi pembuatan kapal Phinisi, berlayar di atas Danau Tempe dan melihat kelelawar, anda wajib datang ke Tana Toraja. Tana Toraja adalah salah satu bangsa dengan kebudayaan unik tiada duanya di dunia. Orang Tana Toraja terkenal akan kebudayaan dan ritual kematiannya. Pesta kematian mendapat posisi cukup penting dalam masyarakat Toraja disamping perayaan lainnya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa untuk menyelenggarakan satu pesta, banyak kerbau disembelih untuk memberikan jamuan kepada para tamu. Pestanya sendiri dapat dilangsungkan hingga berhari-hari lamanya. Tempat meletakkan jenazah itu sendiri umumnya di batu cadas, atau di erong, peti mati khas Toraja. Sebagai representasi mereka yang telah meninggal, dibuatlah Tau-Tau, boneka yang mirip dengan orang aslinya yang diletakkan di dekat kuburan mereka.
Rumah adat Toraja yang bernama Tongkonan dengan bentuk seperti kapal juga merupakan daya tarik Tana Toraja. Selain rumah, Tana Toraja memiliki tari-tarian adat yang menarik, pesta selain kematian, situs penguburan, seni ukiran dan tenunan, dan bentang alam yang menarik. Iklim di Tana Toraja sejuk bahkan cenderung dingin pada pagi atau malam hari. Kabut tebal kerap menutupi pegunungan di wilayah ini. Walaupun kebudayaan Mamasa dan Toraja cenderung sama, namun Tana Toraja sudah jauh lebih dahulu mendunia. Fasilitas dan akomodasi bagi para turis tersedia banyak. Aneka macam penginapan mulai dari losmen hingga hotel berbintang bisa ditemukan disini. Paket tour yang menarik serta tour guide yang berpengalaman bisa ditemukan disini. Akses jalan menuju Tana Toraja dapat dikatakan bagus. Kondisi berbeda hanya didapatkan ketika anda mengelilingi desa-desa sekitar. Solusi terbaik untuk mengunjungi desa-desa sekitar adalah dengan berjalan kaki atau bersepeda. Mobil agak sukar digunakan untuk memasuki beberapa tempat yang akses jalannya kecil.

Menuju Tana Toraja

Jarak Makassar – Tana Toraja sejauh 300an KM dapat ditempuh dalam waktu 8-10 jam. Banyak sekali pilihan bus yang bisa mengantarkan anda dari Makassar ke Tana Toraja, baik ekonomi maupun AC, baik bus kecil maupun bus besar dengan reclining chair. Jam keberangkatannya banyak sekali dan beroperasi hampir 24 jam. Ada transport pagi sekali atau malam sekali yang bisa membawa anda dari Makassar ke tana Toraja atau sebaliknya. Apabila anda bukan berada di Makassar, pilihan untuk memasuki Tana Toraja bisa dilakukan dari Pare-Pare, Sidenreng, atau Enrekang. Dari utara, Toraja bisa dimasuki dari Kota Palopo atau Luwu dengan waktu tempuh sekitar 2 jam perjalanan melalui winding road. Opsi lain yang tidak kalah menariknya adalah pesawat terbang. Dari bandara Hasanuddin, Toraja bisa dimasuki dalam 45 menit perjalanan udara. Pesawat ini ada setiap hari selasa dan jumat. Sayangnya, this service unreliable. Sering terjadi pembatalan perjalanan karena cuaca buruk ataupun jumlah penumpang kurang.

Tidur

Tana Toraja memiliki apapun yang anda inginkan. Mulai dari losmen murah dan bersih hingga hotel berbintang mewah, semua ada disini. Mulai dari lokasi hotel yang terpencil dan sepi hingga yang terletak tepat di pinggir jalan raya sibuk, ada semua. Anda tidak akan kesulitan dalam menemukan hotel yang sesuai dengan selera anda dan anggaran anda. Beberapa yang boleh dijadikan pilihan adalah Wisma Maria I dan Pia’Poppies.

Berkeliling Tana Toraja

Berkeliling Kota Rantepao atau Makale cukup mudah. Anda bisa menggunakan kaki atau sepeda untuk melakukan ini. Namun, objek wisata pemakaman, desa wisata dan upacara adat biasanya berlangsung di luar kota. Objek wisata tersebar mulai dari pinggir jalan raya utama hingga masuk ke pedalaman. Walaupun jalan-jalan utama di Tana Toraja cukup banyak dilalui pete-pete, namun banyak pula area yang tidak dilintasi oleh kendaraan umum. Beberapa jalan masuk menuju objek wisata bahkan cukup sukar dilintasi kendaraan roda empat. Solusi terbaik untuk anda yang sendiri atau berdua adalah dengan sepeda motor. Sepeda motor hampir mampu menjangkau keseluruhan wilayah Tana Toraja. Hanya beberapa ruas yang cukup buruk yang sukar dilalui oleh sepeda motor. Objek wisata yang terletak di ruas Makale – Rantepao umumnya cukup mudah untuk dicapai dengan angkutan umum. Objek wisata yang terletak di ruas Rantepao – Batutumonga juga cukup mudah dicapai dengan angkutan umum.

Bori

Tempat ini terkenal dengan batu-batu menhir yang menjulang tinggi ke angkasa. Bori dikenal sebagai rante atau lokasi persembahan atau upacara.

Deri

Kalau di Lemo, dinding batu cadas besar dilubangi untuk dimasukkan mayat, maka di Deri, batu-batu cadas yang tidak terlalu besar namun jumlahnya banyak, digunakan untuk lokasi penyimpanan mayat. Batu-batu ini tersebar di banyak tempat, di pinggir jalan, di tengah sawah, dan di depan rumah.

Pangli

Adalah salah satu kompleks deretan Tongkonan yang masih dimiliki perseorangan. Di Pangli terdapat sejumlah Alang yang berderet cantik dengan Tongkonan besar di hadapannya.

Batutumonga

Terletak di kaki Gunung Sesean, Batutumonga menawarkan pemandangan indah Kota Rantepao dan Tana Toraja dari ketinggian. Terkadang, awan dan kabut menutupi tempat ini sehingga tampak seperti negeri di atas awan. Batutumonga boleh dijadikan sebagai pusat kegiatan karena disini terdapat penginapan dan rumah makan. Sambil memandang Tana Toraja dari ketinggian, nikmati secangkir kopi Toraja yang hangat di café.

Tinimbayo

Dari Tinimbayo, kita bisa melihat hamparan sawah terasering yang cantik terbentang di bawah dengan Gunung Sesean yang melatarinya. Di Tinimbayo hanya terdapat gazebo-gazebo kecil yang dapat digunakan untuk bersantai.

Pallawa

Disinilah foto-foto pemandangan Tana Toraja rata-rata diambil. Pallawa menawarkan deretan Tongkonan dan Alang yang saling berhadapan, sangat khas Tana Toraja. Masyarakat lokal masih tinggal di desa ini dan menjual produk kerajinan tangannya berupa kain, kalung, aksesoris, patung dan badik.

Rambu Solo

Rambu Solo adalah upacara adat khas Tana Toraja yang berfungsi untuk merayakan kematian. Walaupun dalam suasana sedih, Rambu Solo diadakan dengan meriah terutama dengan pertarungan kerbau dan pemotongan kerbau dalam jumlah besar. Rambu Solo bisa berlangsung berhari-hari dan membutuhkan biaya cukup banyak terutama bila kerbau yang disembelih cukup banyak. Untuk mengunjungi Rambu Solo, yang umumnya diadakan di pedalaman, bawalah hantaran secukupnya berupa gula atau rokok untuk menghormati keluarga yang ditinggalkan.

Ke’te’ Kesu’

Ini adalah desa wisata tercantik dan terlengkap yang ada di seantero Tana Toraja. Memiliki kemiripan dengan Pallawa, terutama dari deretan Tongkonannya, namun Ke’te’ Kesu; jauh lebih terkenal dan lebih tertata dengan rapi. Pemandangan di Ke’te’ Kesu’ yang sangat autentik Toraja adalah deretan Tongkonan dan Alang. Selain deretan Tongkonan, turis bisa memasuki kuburan gantung erong, macam-macam tau-tau di dinding batu, workshop kerajinan ukiran kayu, dan toko oleh-oleh yang menjual berbagai macam produk kerajinan tangan Tana Toraja.

Rantepao

Rantepao, ibukota Tana Toraja Utara memiliki banyak sekali penginapan mulai dari kelas losmen hingga hotel berbintang lima. Rantepao memiliki pasar wisata yang menjual pernak-pernik khas Toraja, kue Tori khas Toraja, dan sirup markisa asli Toraja.

Makan

Makanan Tana Toraja cukup bervariasi namun kebanyakan masuk dalam kategori slow food. Proses pemasakkan makanan cukup membutuhkan waktu, hingga berjam-jam lamanya. Walaupun ada makanan yang cukup mudah dibuat, namun makanan seperti Londong atau Pa’Piong membutuhkan waktu dalam pembuatannya. Rasa makanan di Toraja sendiri cenderung hambar atau sangat gurih. Banyak tempat di Rantepao menyajikan makanan khas Toraja seperti Mart’s Café.

Berkenalan Dengan Lembah Mamasa

Mamasa adalah sebuah wilayah yang terletak di pegunungan, diapit lembah-lembah hijau dan langit yang biru. Terletak di ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, Mamasa beriklim sejuk dan cenderung dingin pada saat malam hari. Kabut selalu meliputi kawasan ini pada pagi dan sore hari. Pemandangan indah tersebar hampir di seluruh penjuru lembah. Aneka bentang alam mulai dari air terjun, bukit, lembah, dan pegunungan. Sayang, Mamasa tidak memiliki pantai karena seluruh batas wilayahnya tidak ada yang berbatasan dengan laut. Kabupaten yang baru berdiri 8 tahun ini masih dalam tahap membangun. Jalan rusak ringan hingga parah mendominasi wilayah lembah ini, bahkan ketika anda baru memasuki gerbang kabupatennya. Jalan yang berkualitas cukup baik hanya terdapat di seputaran kota saja. Akibatnya, jalan sepanjang 90 KM yang menghubungi Polewali dan Mamasa harus dilalui dalam waktu sekitar 5 jam karena kondisi yang rusak. Tidak hanya jalan negara saja, jalan desa yang mengelilingi kabupaten ini juga rusak dalam kondisi lebih parah. Terkadang, antara satu desa dengan desa lainnya bahkan belum terbentuk suatu jalan. Anda harus berjuang keras menembus jalan tanah berpasir yang apabila hujan akan menjadi kubangan tanah liat.

Fitur

Bukan sekedar kekayaan bentang alam yang menjadi daya tarik Mamasa. Mamasa justru terkenal akan kebudayaannya. Mamasa dikatakan masih bersaudara dengan Tana Toraja yang terletak di sebelah timur. Walaupun terletak bersebelahan, namun tidak ada jalan yang langsung menghubungkan kedua wilayah ini. Karena Tana Toraja lebih dahulu terkenal, maka Mamasa kerap dikatakan memiliki kemiripan dengan Tana Toraja. Kemiripan kedua wilayah ini tampak pada ukiran kayu yang terdapat di rumah, bentuk rumah, upacara adat dan pakaian adat mereka. Walaupun tidak sama persis, namun sangat jelas terlihat ada hubungan antara kedua wilayah ini. Mamasa terkenal karena keindahan arsitektur rumahnya, situs pemakaman, dan kehidupan desa adatnya.

Menuju Mamasa

Jalan utama yang paling umum digunakan untuk mencapai Mamasa adalah melalui Polewali. Di jalur ini, sudah ada rute bus umum dari Makassar walaupun tidak sepopuler Tana Toraja. Apabila anda tidak melalui Makassar, ada bus umum atau kijang dari Pare-Pare, Pinrang atau Polewali yang dapat mengantarkan anda menuju Mamasa. Kijang reguler beroperasi dua kali sehari di Kota Polewali, pagi dan siang hari. Tidak ada angkutan malam hari dari dan ke Mamasa. Jalur alternatif lain dengan kondisi jalan lebih buruk adalah melalui Mamuju. Jalur ini tidak populer namun bisa menjadi alternatif untuk anda yang berasal dari Mamuju. Alternatif terakhir adalah untuk anda yang berasal dari Tana Toraja namun tidak ingin melewati Polewali. Jalur hiking ini bisa ditempuh dalam 2 hingga 3 hari perjalanan dengan kaki. Jalurnya agak curam di beberapa titik namun mudah diikuti karena sering digunakan oleh penduduk lokal. Dari Ponding di tana Toraja, anda harus melewati sejumlah desa seperti Paku, Bittuang dan Timbaan untuk sampai di Mamasa. Hanya gunakan rute ini apabila anda memiliki banyak waktu dan kaki yang kuat.

Tidur

Penginapan di Mamasa terkonsentrasi hanya di pusat kotanya saja. Sejumlah penginapan sederhana namun bersih dapat ditemukan dengan mudah di penjuru kota yang ukurannya tidak terlalu lebar ini. Beberapa penginapan yang bisa dicoba adalah Matana Lodge dan Wisma Tongkonan Mamasa. Berhubung Mamasa belum disambungkan dengan telepon, maka satu-satunya sarana perhubungan yang bisa dilakukan di seluruh lembah adalah dengan telepon selular. Tidak semua operator selular pun mampu hidup di Lembah Mamasa

Berkeliling Mamasa

Mamasa hanya memiliki transportasi yang menghubungkan kota dengan kota-kota kecamatan saja. Belum ada transportasi yang menghubungkan desa-desa di sekitar Mamasa. Padahal, objek wisata kebanyakan terletak di pedalaman, di desa-desa tersebut. Oleh karena itu, ojek menjadi satu-satunya pilihan bagi anda untuk mengelilingi desa-desa di Mamasa. Tarif ojek cukup bervariasi namun biasanya tinggi pada musim hujan karena kondisi jalan. Desa yang terletak agak jauh pun mampu menaikkan harga sewa ojek secara signifikan. Desa yang terletak cukup jauh biasanya memiliki akses jalan yang cukup buruk. Usahakan untuk memilih ojek yang benar-benar mengetahui medan dan lokasi.

Osango

Desa wisata ini terkenal akan Banua Suranya yang cantik. Banua Sura adalah rumah adat Mamasa yang penuh dengan ukir-ukiran. Banua Sura ini terletak di Desa Osango dan masih menjadi titik pusat kegiatan masyarakat selain Gereja Mamasa yang terletak di sebelahnya.

Balla Peu

Ini adalah kompleks desa wisata terlengkap yang ada di Mamasa. Desa ini memiliki 100 buah Banua yang disusun berjejer memanjang. Masyarakat adatnya masih hidup dalam kebersahajaan. Aneka jenis rumah adat mulai dari Banua Longkarrin, Banua Rapa, Banua Bolong, dan Banua Sura ada di tempat ini. Sayang, Banua Layuk atau rumah tinggi tidak terdapat di desa ini.

Tedong-Tedong

Ini adalah kompleks pemakaman yang telah berusia ratusan tahun. Tedong memang berarti kerbau. Mayat orang yang meninggal akan dimasukkan dalam peti mati yang berbentuk kerbau. Satu tedong-tedong bisa berisi puluhan hingga ratusan mayat. Umumnya, satu anggota keluarga dimakamkan pada satu tedong-tedong yang sama. Di tempat ini ada banyak sekali tedong-tedong. Masyarakat masa kini sudah jarang menguburkan mayat dengan cara seperti ini.

Buntu Kasisi

Adalah tempat para wanita-wanita di Mamasa menenun Sambu, kain khas Mamasa yang berfungsi untuk menghangatkan badan. Sambil melihat proses pembuatannya yang dikerjakan dengan cara manual, kita bisa langsung membeli produk mereka.

Rante Sepang

Lokasi ini dikhususkan untuk souvenir dan kerajinan tangan khas Mamasa yang dibuat oleh para pengrajin di seluruh lembah. Koleksi yang dimilikinya seperti Sambu, miniatur Banua, kalung, gantungan kunci, rompi, topi, dan aksesoris lainnya.

Kole

berlokasi di atas kota, Kole adalah pemandian air panas yang paling terkenal di Mamasa. Kole memiliki sejumlah kolam air panas berbelerang yang dapat digunakan untuk berendam. Air panas Kole diyakini mampu mengatasi berbagai penyakit kulit. Jangan berendam terlalu lama atau anda akan keracunan belerang.

Makan

Tidak ada makanan khas Mamasa disini. Rumah makan kebanyakan berpusat di tengah kota. Mereka justru menjual makanan Makassar atau makanan non-Sulawesi. Agak sukar mencari rumah makan di luar wilayah kota.

Wednesday, May 19, 2010

Praktis Dengan AirAsia Self Check In

Buat anda yang nggak menggunakan bagasi, ada pilihan cerdik yang bisa digunakan saat check in keberangkatan dengan pesawat AirAsia. Fitur ini tergolong baru walaupun nggak baru-baru amat lantaran sudah ada sekitar 1 tahun yang lalu. Tulisan ini jelas bukan bermaksud mempromosikan AirAsia namun agar para pembaca yang hobi menggunakan maskapai ini bisa lebih terbantu dalam hal kecepatan check in. Jadi, praktisnya, kalau anda nggak membawa bagasi dan hanya barang kabin saja, check in lah dengan mesin yang sekarang terdapat di sejumlah bandara di Indonesia yang dilayani AirAsia. Beberapa kota tersebut antara lain : Surabaya, Jakarta, Yogyakarta, Makassar, Medan dan Denpasar. Yang perlu anda lakukan adalah mencari mesin ini, melakukan scan barcode di itinerary anda (atau mengetikkan kode booking anda), dan kemudian mendapatkan boarding pass untuk tanda masuk ruang tunggu. Pembayaran pajak bandara bisa dilakukan di loket berikutnya. Anda akan terbebas dari jubelan para pengguna maskapai penerbangan yang umumnya gemar membawa barang banyak-banyak ke dalam bagasi. Hingga kini, mesin ini tampak tidak terlalu sering dipergunakan. Mungkin banyak orang yang beluem mengetahui fitur mesin ini kali yach? Coba dech cobain alat ini kalau anda kebetulan nggak membawa (dan membeli) bagasi. Foto diambil di Bandara Juanda Surabaya, Januari 2010.

Sate Bebek Khas Kembang Jepun Kya Kya Surabaya

Omong-omong tentang Kya-Kya di Pecinan dan Pekojan, Surabaya Utara, ada satu jenis makanan yang khas muncul dari tempat ini. Kalau anda masuk dan memperhatikan sepanjang jalan Kembang Jepun ini, makanan bebek goreng tampak jelas keberadaannya dimana-mana. Ketenaran bebek di tempat ini juga sudah lumayan melegenda sampai salah seorang kerabat di Jakarta minta dibawakan bebek goreng di tempat ini. Sebegitunyakah?
Begitu mulai memasuki pintu gerbang Kya-Kya, salah satu warung bebek goreng memang telah tampak di sudut tepi jalan. Jangan bayangkan warung tempat berjualan bebek adalah tempat mewah yang berada di dalam ruko dengan kursi-kursi yang nyaman. Warung ini adalah warung tenda dalam arti harafiah, dibuka di pinggir jalan dan tidak memiliki tempat permanen. Sejumlah warung bebek yang saya lihat sich bentuknya seperti itu yach. Entah kalau ada bentuk yang lebih ‘permanen’.
Salah seorang teman saya yang aseli Surabaya merekomendasikan satu tempat warung bebek yang menurut dia cukup enak. Daripada penasaran dan mulut basah membayangkan bebek goreng yang hangat diatas nasi hangat mengepul dengan minum teh tawar hangat, mendingan kita langsung menuju tempat kejadian perkara saja yach. Teman saya bilang warung bebek itu berada di Jalan Songoyudan. Jalan Songoyudan adalah percabangan dari jalan Kembang Jepun. Nama tempatnya adalah Sate Bebek Top. Sekali lagi, jangan bayangkan anda makan di ruko atau restoran yang nyaman dengan meja lebar yach. Untuk mencari Jalan Songoyudan saja saya harus sedikit tersasar lantaran tidak merasa yakin dengan lebar jalan ini. Sate Bebek Top yang dimaksud itu berada di dalam suatu gang percabangan Jalan Songoyudan yang lebih kecil lagi dari jalan utamanya. Saya sendiri saja nggak yakin. Disinikah tempatnya?
Seorang nci-nci yang masih muda menyambut kami dan mempersilahkan kami duduk. Tempatnya memang tidak terlalu lebar dan ada cabang utama di jalan Kupang Jaya. Kami harus sedikit menunggu tamu yang sedang makan agar bisa mendapatkan tempat duduk di dalam. Untungnya hal ini tidak berlangsung lama. Kami segera mendapat tempat duduk lantaran tamu sebelumnya bergegas pergi. Saya memesan bebek gorengnya karena penasaran. Selain digoreng, ayam atau bebek di tempat ini bisa dibakar, sesuai dengan selera anda. Ada satu menu yang tampaknya menarik yakni Sate Bebek Jumbo Madu sejumlah 5 potong dengan harga Rp. 9.500. Sayang, saya sudah terlanjur memesan bebek goreng. Jadi, mari kita nikmati bebek gorengnya saja.
Jujur, saya sih tidak merasa ada yang spesial dengan bebek gorengnya. Entah saya salah memesan menu atau salah memilih warung bebek yah? Walau tidak ada yang spesial, namun secara keseluruhan bebeknya enak dan tidak bau. Dengan harga Rp. 9.500 untuk sepotong paha bebek, Rp. 2.000 untuk nasi putih dan Rp. 1.500 untuk teh tawar hangat, anda sudah bisa makan kenyang di warung ini. Ada pilihan lainnya yang bisa meramaikan menu anda mulai dari usus bakar, kepala ceker, hingga ati dan ampela. Anda boleh banget mencoba makan di tempat ini karena rasanya enak dan tempatnya cukup bersih. Sayang, saya belum menemukan ‘klik’-nya dengan makanan ini sehingga enaknya ya sekedar enak saja. Tanpa ada kelebihan lainnya. Mungkin lain kali saya harus mencobai sate jumbo madunya kali yach?

Di Depan Patung Sura Dan Baya

Ikon apa yang paling terkenal dari Kota Surabaya? Kalau pertanyaan ini diajukan, pasti mayoritas akan menjawab patung Hiu dan Buaya yang bertarung, mengalahkan jawaban-jawaban lain seperti Jembatan Suramadu, Tunjungan, atau bahkan Rujak Cingur. Hihihi... Dalam bahasa setempat, ikan hiu disebut sebagai Sura yang melambangkan kebaikan dan buaya disebut Baya yang melambangkan kejahatan. Patung Sura dan Baya yang bertarung ini sebagai simbol perlawanan masyarakat Surabaya melawan ketidakadilan yang dibuat oleh penjajah Belanda pada masa itu. Karena sebab itulah nama Surabaya digunakan hingga saat ini oleh kota terbesar kedua di Pulau Jawa ini. Karena digunakan sebagai ikon atau lambang kota, berfoto di depan patung ini menjadi semacam kewajiban bagi para turis yang menyambangi Surabaya. Iyakah?
Patung Surabaya yang sangat terkenal tersebut berada kurang lebih 1 kilometer di selatan Gubeng, atau tepatnya di depan Kebun Binatang Jalan Raya Darmo. Nah, saya nggak berkunjung ke patung yang berada di kebun binatang ini lantaran tidak memiliki cukup waktu. Alih-alih kesana, saya berkunjung ke patung Surabaya yang agak baru yang terletak dekat dengan MonKaSel, di belakang Surabaya Plaza di tepi aliran sungai. Dari segi ukuran, patung yang kedua ini jelas lebih kecil daripada patung aslinya. Namun, patung kedua ini memiliki kelebihan berupa patung sang Sura yang bisa menyemburkan air ke arah sungai. Patung ini berada di Taman Skate dan BMX yang masih baru, bersih dan tertata dengan rapih. Jadi, sambil berkunjung ke patung Surabaya, kita bisa menyaksikan anak muda bermain-main skateboard dan atraksi sepeda BMX di tempat ini. Taman ini memang dilengkapi dengan sejumlah lintasan berupa landaian maupun tanjakan yang cocok sekali untuk para pencinta skateboard dan sepeda BMX untuk mempertunjukkan kebolehannya mereka. Sayang, saat itu siang hari. Hanya saya dan teman saya yang nekad memanggang diri di hari yang panas di taman itu. Maklum, taman ini masih tergolong baru jadi keberadaan pohon peneduh juga tidak terlalu banyak sehingga lumayan panas juga berlama-lama di taman tersebut. Kecuali anda datang pagi atau sore, sebaiknya tidak berlama-lama di tempat ini kalau nggak mau mandi keringat.

Monumen Kapal Selam Yang Menarik!

Masak ke Surabaya cuma jalan-jalan ke mall aja? Surabaya juga punya loch beberapa tempat alternatif yang seger dan menarik. Salah satu tempat unik dan menarik yang wajib kunjung di Surabaya pusat adalah Monumen Kapal Selam atau yang lebih dikenal sebagai MonKaSel. Monumen ini berlokasi di pusat kota, tepat di sebelah Surabaya Plaza. Harusnya, kalau anda cukup sering putar-putsar Kota Surabaya, anda setidaknya pernah melewati tempat ini walaupun cuma sekali. Bentuknya yang paling jelas mencolok adalah kapal selam perang berukuran besar berwarna hijau yang diparkir di sebuah pelataran terbuka. Ini bukan sekedar hiasan, namun MonKaSel adalah sebuah museum yang dapat dimasuki dan dikunjungi. Anda bisa masuk dan melihat-lihat bagian dalam kapal selam perang loch. Makanya, jangan cuma lewat saja, sesekali berhenti donk dan masuk ke dalam monumen!
Tiket masuk museum ini seharga Rp. 5.000 saja, murah banget yach? Atraksi utamanya jelas hanya monumen kapal selam yang bisa dimasuki. Selain atraksi utama, ada juga atraksi sampingan yakni pertunjukkan video rama tentang kapal selam yang bisa disaksikan setelah mengunjungi kapal selam. Dengan panjang sekitar 76 meter, kapal buatan Rusia pada tahun 1952 ini cukup nyaman dikunjungi pada siang hari lantaran ber AC sehingga terasa sejuk. Sepanjang kapal berukuran 76 meter tersebut, anda akan memasuki berbagai jenis ruang mulai dari ruang mesin hingga ruang tidur para awak kapal ini. Situasi di dalam kapal selam cukup terang namun sayang, pengunjungnya sangat jarang. Saya nggak yakin berani menjelajah kapal selam ini kalau saya seorang diri! Walaupun bagian dalam kapal cukup terang, tampak tanda usia mulai menggerogoti bagian dalam kapal selam ini. Cat-cat yang menguning dan terkelupas tampak jelas disana-sini, tidak mampu menyembunyikan usia kapal ini yang sebenarnya. Beberapa bagian kapal juga memiliki instalasi listrik yang dipasangi tanda bahaya lantaran bertegangan tinggi. Anda harus menjaga anak-anak anda dengan hati-hati agar tidak menyentuh tempat-tempat yang bertanda larangan ini.
Selain sebagai kapal selam dimana kita bisa mengamati berbagai aneka jenis peralatan tempur dan interior kapal, monumen ini juga berfungsi sebagai museum. Sejumlah foto-foto lama, prasasti, aneka informasi disajikan cukup jelas. Para penggila dan pencinta kapal selam pasti bahagia banget bisa masuk ke dalam tempat ini. Antara satu ruangan dengan ruangan lain dipisahkan dengan pintu palka yang rata-rata kedap air. Kalau pernah melihat film kapal selam di televisi, pintu ini pastinya berguna untuk mencegah air masuk membanjiri seluruh ruangan kalau salah satu ruangan mengalami kebocoran. Sedikit bau minyak dan besi lama agak menguar di beberapa ruangan. Beberapa ruangan juga terasa cukup panas, membuat saya berkeringat. Dari semua ruangan, tampaknya yang cukup menarik dan bisa dicoba adalah ruangan periskop. Walaupun tua dan agak kusam berjamur, lensa periskop dan periskopnya masih bisa digunakan untuk melihat kondisi sekeliling di luar kapal selam. Selain periskop ini, hampir tidak ada fasilitas lain yang bisa diujicoba. Beberapa ruang tidur awak mulai dari nahkoda hingga awak kabin bisa dimasuki dan dicoba. Saya baru tahu, ruang tidur awak kabin dan bahkan kapten sekalipun ternyata sempit dan kecil. Semoga saja mereka tidak Claustrophobia!

Seusai melihat-lihat monumen, seharusnya anda melihat video rama. Namun, ruangan tempat melihat video rama tampak tertutup dan kosong. Saya memang tidak sempat mengecek langsung. Tapi, pengunjung MonkaSel pada pagi itu tampaknya hanya kami saja sehingga kami melihat tidak ada alasan untuk membuka video rama seandainya mereka mau. Bisa jadi, video rama hanya diputar pada saat akhir pekan atau pada saat kunjungan ramai yach. Sejumlah toko souvenir tampak di depan MonkaSel dan menjual berbagai pernak-pernik bernuansa militer. Selain aneka pernak-pernik militer, ada juga sekumpulan mainan anak-anak yang dijual disini. Lumayan juga untuk menghibur anak-anak dengan mainan ini yach? Nah, buat yang ingin bersantai, ada sejumlah gazebo yang berjajar di tepi sungai yang bisa digunakan untuk duduk-duduk. Sambil duduk-duduk, anda bisa memesan makanan di restoran yang banyak berada di sisi MonKaSel. Sungai yang berwarna kecoklatan jelas tidak menarik untuk dinikmati. Namun, sungai ini tidak berbau dan hanya berlumpur saja. Boleh banget menghabiskan sore hari di tempat ini. Pemandangan Kota Surabaya dari sisi ini pada senja hari juga cantik loh, terutama dengan banyaknya lampu-lampu kota yang menyala di tepi sungai.

Tuesday, May 18, 2010

(Tidak Jadi) Ke Jembatan Suramadu

Sudah pernah liat ikon terbaru Surabaya? Jembatan Suramadu yang memiliki bentang panjang sekitar 5 kilometer ini jelas menjadi ikon baru Surabaya per tahun 2009 lalu. Jembatan ini menghubungkan Surabaya dan Kota Kamal di Pulau Madura. Jembatan ini bisa dilalui motor dan mobil, bukan hanya kendaraan roda empat saja. Untuk melintas jembatan ini, dibutuhkan biaya retribusi jalan tol tergantung jenis kendaraan yang anda gunakan. Dengan dua buah tiang penyangga utama, jembatan ini menarik perhatian banyak sekali pengunjung. Sudah banyak sekali orang yang sengaja datang ke Surabaya untuk menikmati jembatan ini. Begitu juga dengan saya.
Saat itu, sekitar pukul 3 sore. Langit digelayuti awan tebal yang membuat Surabaya gelap. Saya tetap nekad bertolak dari Tunjungan Plaza menuju Jembatan Suramadu yang bisa dicapai dalam waktu setengah jam. Perlu anda ketahui, saat ini belum ada kendaraan umum yang bisa mengantarkan anda dari sudut manapun di Surabaya menuju bibir Jembatan Suramadu selain taksi. Biaya taksi dari wilayah sekitar Gubeng sampai bibir jembatan sekitar Rp. 30.000. Untuk anda yang sudah mencapai bibir jembatan ini dan ingin menikmati sisi pantai, usahakan untuk meminta supir taksi menunggu anda. Menurut informasi yang saya dapat, tempat ini dahulunya masih berupa deretan gudang dan sawah sebelum adanya pintu masuk Jembatan Suramadu. Tidak ada angkutan sama sekali yang bisa membawa anda pergi dari bibir jembatan ini begitu anda terdampar. Untuk alasan keamanan juga, jangan sampai terjebak malam di tempat ini. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkot Surabaya untuk menyediakan angkutan wisata yang reguler dan murah bagi para wisatawan yang tertarik dengan Jembatan Suramadu ini.
Sialnya, sesampainya di sisi pinggir jembatan, hujan turun dengan derasnya. Kami sempat menunggu sebentar di sisi jembatan sambil berharap hujannya reda. Sayang, harapan tersebut tak kunjung datang. Hujan semakin deras mengguyur Suramadu. Alhasil, kami yang hampir setengah jam di dalam taksi, menunggu, meminta agar taksi kembali ke kota untuk pulang. Selesailah sudah kunjungan saya di tepi Jembatan Suramadu yang terhalang oleh hujan. Lokasi Jembatan Suramadu ini memang berada di laut, Selat Madura. Karena berada di laut, cuaca di tempat ini seringkali berubah ekstrim. Apabila ada badai atau angin, jembatan ini kerap ditutup dari perlintasan kendaraan. Kabut pun tampak sesekali menutupi pandangan jembatan ini. Untuk anda yang penasaran, usahakan untuk mencapai jembatan ini pada siang hari atau pagi. Usahakan untuk memiliki kendaraan yang layak tersedia dan tidak mengandalkan angkutan umum lantaran belum tersedia.

Makan Di Depot 3.6.9. Shanghai Tunjungan Plaza II

Salah satu tempat makan yang boleh banget dicoba ketika anda berada di Surabaya, atau Tunjungan Plaza II adalah Depot 3.6.9 Shanghai Noodles & Dumpling. Walau nggak bener-bener autentik Surabaya (di Jakarta juga ada cabangnya), makanan Chinese ini layak banget anda coba lantaran harganya yang cukup bersahabat dan rasa makanan yang lumayan. Pertama, anda nggak usah jiper terlebih dahulu lantaran interior restoran ini yang kelewat mewah. Ya, interior restoran ini cukup terlihat mewah dan menarik. Ditambah dengan jubelan pengunjung dengan tampilan berkelas yang kerap memenuhi kursi-kursi makannya, semakin kentaralah restoran ini adalah restoran mahal dan berkelas. Jangan takut dulu, silahkan cek harga di buku menu yang terpampang di pintu masuknya. Harganya bersahabat koq! Yang istimewa dari restoran ini adalah -tentu saja sesuai namanya- mie dan dim sumnya.
Restoran ini memiliki sejumlah varian rasa mie dan dimsum aneka macam yang menggugah dan menarik untuk dicoba. Untuk anda yang muslim dan tidak mengkonsumsi babi, sebaiknya tidak mencoba restoran ini lantaran beberapa menunya menggunakan daging babi. Aneka macam mie-nya pun bisa dimodifikasi. Mienya sendiri memiliki 4 varian rasa yang menarik untuk dicoba. Dari 4 jenis tersebut, ada mie sayuran yang warnanya agak hijau yang pastinya lebih sehat dan menantang untuk dicoba. Rasa mie-nya sendiri kalau boleh dikata, agak kurang kuat. Namun di sisi lain, saya berpikir mungkin ini efek tidak digunakannya penyedap rasa pada makanan yang saya makan kali yach? Aneka jenis makanan ditawarkan dalam rentang harga sedang hingga cukup tinggi misalnya menu yang agak jarang seperti sup dalam pot tembikar untuk kesehatan. Sambil menunggu, nikmati acar timun yang manis dan teh yang harum dan hangat. Saya sendiri, sambil menunggu makanan hadir, berfoto-foto dengan interior restoran yang banyak dihiasi bambu dan ornamen khas Dinasti China.

Kamar Superior Hotel Olympic Surabaya

Mungkin juga saya salah, tapi koq, kamar superior di Hotel Olympic Surabaya terasa lebih kecil daripada kamar standard-nya yach? Kamar standard Hotel Olympic (walaupun tanpa AC) berada di lantai dasar dan bisa dibaca disini. Sebelumnya, pada kunjungan awal, saya memang pernah merasakan kamar standard Hotel Olympic. Pada kali kedua kunjungan saya, saya mencicipi kamar superior yang berada di lantai 2-nya. Dari segi pemandangan, jelas kedua kamar ini berbeda. Kamar standard terletak di lantai dasar dan tidak memiliki jendela luar. Pemandangan yang bisa terlihat dari jendelanya hanya berupa koridor dalam dan parkiran motor. Suasana agak seperti ‘penjara’ terutama dengan aneka hiasan teralis menguatkan kesan ini. Nah, kamar superior berada di bagian atas hotel. Pemandangan yang terlihat dari lantai 2 bisa dikatakan lumayan, yakni keramaian Jalan Urip Soemohardjo wilayah Keputran Surabaya. Di depan kamarnya sendiri terdapat dua buah bangku berukir dan sebuah meja yang berukir juga. Padahal hanya beda Rp. 20.000 saja loch, tapi fasilitasnya lumayan beda yach? Pada tahun 2009, kamar Standard dihargai Rp. 110.000 dengan fasilitas kamar mandi dalam, kipas angin, sarapan pagi 2 orang dan televisi. Pada tahun 2010, harga tersebut naik Rp. 10.000 menjadi Rp. 120.000. Kamar Superior sendiri berharga Rp. 140.000. Entah, apakah di tahun mendatang kenaikan selalu signifikan sebesar Rp. 10.000 atau tidak. Hehehe…
Mari, kita lihat bagian dalam kamar superior yang memiliki AC dibanding kamar standard yang berada di lantai bawahnya. Selain dari AC, fasilitas lainnya sama persis, termasuk kamar mandi dalam, sarapan dan televisi. Ranjangnya sich agak sedikit beda terutama dari material yang dipergunakan. Pada kamar standard, ranjangnya merupakan ranjang besi. Walau demikian, kasurnya nyaman ternyata! Pada kamar superior, ranjangnya terbuat dari kayu dengan kasur yang nyaman dan bed cover yang hangat untuk ukuran saya. AC window yang sudah agak berumur (dan berbunyi) tampak di sudut ruangan. Butuh waktu lumayan sampai ruangan tersebut menjadi benar-benar dingin karena AC. Tanda gerusan jaman jelas tidak akan mampu ditutupi oleh perawatan yang bagaimanapun. Jelas, bagian dalam kamar tersebut sudah banyak mendapat aneka perlakuan dari berbagai penghuninya. Tanda yang paling jelas adalah coretan krayon di sudut kamar ini. Hmm…tampaknya sejumlah anak-anak pernah bermalam di tempat ini.
Hotel Olympic adalah sisa dari peninggalan jaman Belanda yang mengusung gaya Art Deco. Dilihat dari bangunannya, hotel ini sebenarnya apik dan unik. Namun, kalau kita amati, jelas hotel ini bukan pilihan utama saat kita akan bermalam di Surabaya. Bangunannya jauh dari kesan hotel yang menyenangkan dan malah menampilkan kesan menyeramkan. Nuansa jaman dahulu sangat kental di hotel ini. Walau demikian, untuk turis dengan anggaran menengah, hotel ini layak sekali menjadi pertimbangan bagi anda para pelancong. Sejumlah turis asing juga seringkali tampak menginap disini. Jangan pikirkan fisik bangunannya, pegawai hotel ini cukup ramah dan cukup informatif (walaupun, tidak semua mampu menampilkan informasi yang jelas). Alih-alih mencharge kamar kami sebesar 50% untuk check out selepas pukul 12, mereka dengan senang hati dititipkan barang-barang kami di lobby hotelnya. Senyum tidak pernah lepas dari wjaah-wajah para staffnya. Kalau mau pulang menuju bandara, hotel ini menyediakan persewaan angkutan kijang dengan supir dengan harga terjangkau. Anda akan diantar selamat sampai tujuan.

Saturday, May 15, 2010

Travel Melayani Rute Malang - Surabaya

Karena Kereta Malang Express sudah tidak ada lagi, akhirnya saya memikirkan alternatif lain untuk menuju Surabaya. Saya mengeliminir pilihan dengan bus karena kami harus berganti-ganti angkot beberapa kali hingga di tengah Surabaya. Bayangkan saja, dari tengah Malang, lanjut ke Arjosari. Dari Arjosari, naik bus antar kota ke Bungurasih. Dari Bungurasih, menuju Gubeng. Ya kalau waktunya panjang dan barang bawaan enteng sich nggak papa yach. Masalahnya, tangan saya sudah penuh di kanan dan kiri dengan kardua-kardua yang isinya oleh-oleh. Kayaknya, membawa benda-benda ini akan sangat menyusahkan ketika keluar masuk angkot. Belum lagi, kardua yang menyenggol muka orang. Hahaha…
Akhirnya, pilihan lain jatuh kepada travel. Surabaya – Malang ternyata jalur gemuk untuk usaha travel. Travel aneka rupa dengan berbagai jenis kendaraan nampang di sepanjang jalan sederetan dengan Stasiun Malang. Harganya bervariasi, tergantung jenis kendaraan dan kondisi kantor mereka. Hihihi…maksudnya apa yach? Jadi gini, saya kan memasuki satu persatu kantor-kantor travel tersebut, mulai dari kantor yang rapih dan ber AC serta para staffnya melontarkan kata sambutan, hingga kantor yang agak berantakan (barang dan kertas disana sini), tidak ber AC dan staffnya agak cuek ketika saya masuk sekalipun. Harga di kedua tempat ini jelas berbeda. Mobil yang umum digunakan memang APV, namun ada beberapa travel yang menggunakan Grand Livina, tentu harganya tidak sama dengan penumpang APV. Untuk mobil APV sendiri, harganya pun bervariasi, mulai dari Rp. 55.000 hingga Rp. 80.000. Untuk Grand Livina, harganya mulai dari Rp. 90.000 per penumpang. Walaupun mahal, tapi travel jelas memiliki kelebihan dibanding kendaraan lainnya. Yang pertama tentu saja fasilitas penjemputan. Anda akan dijemput dimanapun anda berada di Kota Malang ini. Yang kedua adalah lokasi tujuan yang juga bisa dimodifikasi. Umumnya, para penumpang memilih untuk turun di Bandara Juanda karena mereka bermaksud untuk melanjutkan perjalanan dengan pesawat. Namun, bagi anda yang sudah puas main-main di Malang namun masih ingin bermain ke Surabaya, minta saja untuk diturunkan di tengah kota atau bagaian manapun dari Surabaya yang menjadi tujuan anda. Tentu, modifikasi tujuan pasti disertai dengan modifikasi harga per penumpang juga. Yang ketiga, travel jelas lebih terjaga keamanannya. Anda bisa saja tidur pulas di dalam travel (walau demikian tetap waspada yach). Hal ini tentu nggak bisa anda lakukan di kereta bisnis atau bahkan ekonomi. Perjalanan Malang – Surabaya akan menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Jadi, arif-ariflah memilih jasa travel. Mereka sangat bersaing keras dalam hal harga dan pelayanan sehingga bisa dikatakan pelayanan mereka jauh di atas rata-rata. Kalau anda males memeriksa satu-satu travel tersebut, pesan saja travel yang ada di hotel. Yah, anda sich jadinya nggak bisa membandingkan harga. Pilihan ini cocok banget untuk orang yang nggak mau ribet dan tidak terlalu mempermasalahkan beda sekian puluh ribu rupiah.

Friday, May 14, 2010

Isi Perut A La Malang Town Square

Kalau di tengah kota ada Olympic Garden yang tergolong mall kelas menengah, maka di daerah Universitas Brawijaya ada MTS atau MATOS atau yang lebih dikenal sebagai Malang Town Square. Agak berbeda dengan Olympic Garden. Kalau Mall Olympic Garden terletak di tengah-tengah pemukiman era kolonialisme yang tertata rapi, Malang Town Square terletak di tengah-tengah hamparan kampus berbagai universitas. Angkot ADL (Arjosari-Dinoyo-Landungsari) melalui jalur ini. Mall yang termasuk kelas menengah ini juga ramai dikunjungi, terutama saat akhir pekan. Pada saat malam tiba, mall ini gemerlap, lampu kerlap kerlip berwarna kuning menyala memenuhi setiap sudut mall ini.
Seperti layaknya mall dimanapun, mall ini diisi oleh aneka toko pakaian hingga handphone dan elektronik. Aneka bank membuka atmnya di tempat ini. namun, bukan itu sebab kunjungan utama saya ke mall ini. Saya mencari foodcourt Malang Town Square untuk mengisi perut. Food court Malang Town Square dikenal sebagai salah satu food court yang cukup lengkap menyajikan aneka makanan khas Malang. Aneka jenis makanan apapun yang ada di Malang, biasanya bisa ditemukan disini. Seperti contohnya, saya mencari Bakmi Bromo Podjok dan Cwie Mie Malang Ni Hao Ma yang ternyata bisa ditemukan di tempat ini. Rasa makanan-makanan tersebut sama dengan cabang aslinya. Harganya pun serupa. Perbedaannya hanyalah di kemasan makanan yang terlihat lebih sederhana di food court ini. Sebagai contoh saja, minuman yang disajikan di food court menggunakan gelas plastik alih-alih gelas kaca yang digunakan di cabang asli. Walau demikian, ini bukan halangan. Besaran porsi yang disajikan pun tetap sama. Food court ini menjadi solusi gemilang untuk anda yang tidak mau repot-repot mencari aneka makanan khas Malang yang tersebar di penjuru kota. Cukup dengan menghampiri food court ini, anda bisa menemukan aneka makanan khas Malang! Gampang banget toh? Nggak hanya food court saja sich, Malang Town Square juga memiliki restoran yang seru buat dicoba. Restoran ini berlokasi di tepat di atas food court, menyajikan makanan Jepang hingga tradisional Jawa dengan gaya lesehan yang sangat menarik. Untuk variasi jenis makanan, boleh banget nich nyobain restoran ini.
Usai makan, silahkan turunkan kalori yang anda tabung dalam bentuk berjalan-jalan mengelilingi mall. Lumayan, Malang Town Square memiliki departement store Matahari, hipermarket Hypermart, bioskop 21, tempat bermain anak Timezone dan toko buku Gramedia. Dijamin, habis kelilingan dan menguras dompet, perut akan lapar lagi minta diisi. Hehehe...

Mengikuti Misa Di Gereja Hati Kudus Yesus Kayutangan Malang

Postingan ini melanjutkan postingan sebelumnya tentang Gereja Hati Kudus Yesus yang berada di Malang. Postingan sebelumnya bisa dibaca disini.
Kali ini, saya kembali mengunjungi Gereja Hati Kudus Yesus yang berada di dekat Alun Alun Kayutangan, Malang. Kali ini, saya berniat untuk mengikuti misa di gereja ini. Saya mengikuti misa sore jam 18.30 pada hari sabtu. Gereja dengan gaya Neo Gotik ini memiliki berbagai prasasti yang ditulis dalam bahasa Belanda. Saya sendiri nggak bisa bahasa Belanda dan nggak bisa mengira-ngira terjemahannya seperti apa. Tapi dari prasasti ini, saya mendapat informasi bahwa tahun 1905 dan 1906 adalah tahun penting bagi gereja ini. Menurut info dari Mbah Google, Gereja Hati Kudus Yesus ini didirikan pada tahun 1905. Jadi, kemungkinan 1906 adalah tahun penyelesaian bangunan gereja ini. Untuk menara gereja, baru selesai dibangun pada 1930. Umur gereja ini sudah 100 tahun lebih yach jadinya. Gaya arsitektur gereja ini tetap dipertahankan hingga saat ini, seperti layaknya Gereja Maria Bunda Karmel atau yang lebih dikenal dengan Gereja Ijen.
Memasuki ruangan gereja, ada sebuah tangga menuju ke atas. Upsss...anda nggak usah nekad naik karena tangga itu khusus bagi para paduan suara. Di atas, tidak ada bangku duduk untuk umat. Jadi, pilihlah tempat di bagian bawah saja. Seperti khasnya gereja jaman Neo-Gotik, kubah atap tinggi menjadi ciri khas gereja ini. Bangku kayu panjang dengan ukiran di beberapa tempat serta kaca patri warna warni berpola menghiasi interior gereja ini. Tulisan Belanda hanya tampak di depan, di prasasti pendirian gereja ini saja. Sisanya, tulisan dalam Bahasa Indonesia, terutama ejaan lama memenuhi sudut-sudut gereja tepat seperti yang tampak di bawah 12 lukisan besar yang kerap digunakan untuk prosesi Jalan Salib. 6 lukisan berada di sebelah kiri dan 6 lukisan berada di sebelah kanan. Salah satu tulisan yang tampak di bawah lukisan adalah “T. Jesus Ditanggali Pakaiannja”. Perhatikan imbuhan ‘Di-i’ pada kata tanggal dan keterangan milik ‘nja’ pada kata pakaian. Jelas, tulisan ini dipasang sesudah jaman kemerdekaan dan pada masa ejaan Soewandi masih dipergunakan.
Gereja ini berada di bawah Keuskupan Agung Malang. Sebelum masuk dan mengikuti misa, ekspektasi saya ialah misa dilangsungkan dalam bahasa Jawa-Malang. Ternyata saya keliru, misa dilangsungkan dalam bahasa Indonesia dan buku pujian yang digunakan adalah Puji Syukur, bukan Madah Bakti yang merupakan buku lama. Urutan dan proses berlangsungnya misa pun tidak jauh berbeda dengan yang di Jakarta. Bangku gereja tidak sepenuhnya terisi penuh pada malam itu dan suhu di dalam gereja agak panas walaupun jendela-jendela tinggi di sisi gereja dibuka. Gereja ini belum mengadopsi penyejuk udara seperti banyak gereja modern. Untuk rekan-rekan, kalau ada kesempatan datang ke Malang, mainlah ke gereja-gereja berarsitektur Neo-Gotik ini. Untuk rekan yang beragama Katolik, sembari melihat-lihat, sempatkanlah mengikuti misa sembari melihat kecantikan arsitektur interior gereja ini.

Bakpau Mantap Isi Babi Yang Mantap Banget!

Kalau sudah makan Bakso Pak Samut, mampir dech ke toko sebelahnya. Masih di Jalan Samut, toko sebelah Bakso Pak Samut bergelar Warung Bakpau Mantap ini spesialis dalam hal bakpau. Bakpaunya juga bukan bakpau sembarangan karena isinya babi. Jadi, buat rekan-rekan yang muslim, waspada yach. Hehehe.
Walaupun ada menu-menu seperti Nasi Campur Hongkong dan Nasi Babi Kecap lalu Chasio, Sio Bak dan Sio Ke, namun andalan warung ini tetaplah bakpaunya. Bakpaunya sendiri isinya beragam mulai dari babi, babi panggang, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah hingga ayam. Namun sudah saya bilang sebelumnya, yang spesial di warung ini adalah Bakpau Babinya, baik Babi biasa (Rp. 5.000) atau Babi Panggang (Rp. 5.500). Silahkan coba dan tentukan sendiri dech pendapat anda. Kalau anda vegetarian, boleh juga sich cobain bakpau isi kacangnya yang rasanya juga unik. Selain bakpau, warung ini juga menyediakan aneka macam makanan kecil termasuk kue basah seperti Siomay, Lemper, Risoles, Kue Lobak, Kue Pandan, dan Nogosari Samarinda. Coba dech usai dari Pak Samut, main kesini. Kan asik banget tuh, sambil menempuh perjalanan kembali ke kota, sambil memakan bakpau yang masih hangat ini. Hihihi...Hati-hati, jangan sampai anda kalap terus borong!

Bakso Pak Samut Tidar Malang Yang Uenak Tuenan!

Apa iya kalau ke Malang harus mencobai bakso Malang? Wajib nggak sich? Kalau anda mengangguk-anggukkan kepala anda saat ini, mari, saya antar anda ke salah satu bakso yang paling enak di Malang. Bakso Pak Samut namanya. Saya tahu tempat ini dari salah seorang teman yang merekomendasikan tempat ini kepada saya. Lokasinya mudah dicapai karena terletak di jalan besar, Jalan Tidar namanya. Ada satu angkot yang bisa diandalkan untuk mengantarkan anda mencapai tempat ini. Angkot AT akan mengantarkan anda dari Terminal Arjosari ke Tidar, persis di depan warung bakso Pak Samut ini. Asyiknya, angkot AT juga melewati Hotel Helios tempat saya menginap. Tinggal nyebrang, dapet angkot dech. Untuk pulangnya, anda bisa mengandalkan angkot yang sama untuk kembali ke tengah kota.
Bakso Pak Samut ini terletak di deretan ruko-ruko di dekat salah satu kampus Kota Malang di Jalan Tidar. Spanduk besar nampang persis di depan rukonya. Walaupun tanpa AC, warung ini ramai dikunjungi pengunjung. Sejumlah meja di dalam ruko tampak penuh. Duh, jadi nggak sabar ingin mencoba baksonya! Bakso dan pangsit serta aneka macam gorengan diletakkan di deretan baki-baki di dekat kasir. Anda hanya perlu mengambil mangkok dan mengambil jenis yang mana saja yang anda inginkan. Psssttt....harga satu jenis bakso-baksoan ini adalah Rp. 1.000. Jangan kalap dan lapar mata yach! Seusai mengambil yang anda inginkan, datanglah ke kasir untuk diberikan kuahnya dan diberikan harganya. Anda bisa membayar seusai anda menikmati seporsi bakso tersebut.
Yang jelas, Bakso Pak Samut ini enak. Kalau orang Jawa Timur bilang : "Ueeeeeennnnaaaaakkkk tuuueeeeennnaaaaaannnn". Durasi mengatakan "Uenak Tuenan"nya sekitar 1 menit. Hihihihi... Setelah porsi pertama seharga Rp. 14.000, saya nambah sekali lagi Rp.6.000! Wow! Jujur saja, yang paling enak justru goreng-gorengannya seperti pangsit goreng dan teman-temannya. Rasanya pengen nambah dan nambah terus. Untung saja saya masih inget kapasitas perut jadi bisa berhenti. Hehehe...Air minum dalam gelas juga murah karena cuma seharga Rp. 500. Jangan lupa untuk menambahkan daun bawang (yang banyak) ke atas mangkok anda. Uhh...enak banget dech bakso ini! Sempet kepikiran untuk bungkus tapi saya pikir-pikir lagi, pasti rasanya udah nggak enak kalau dibungkus dech. Buat yang berada di dekat Malang, Bakso Pak Samut ini juga menerima pesanan di nomor (0341)7090726. Usahakan menghindari jam makan siang karena warung ini biasanya ruamuai tuenan pada jam-jam tersebut. Jam biasa aja sudah ramai, gimana jam makan siang yach? Hehehe...

Oleh Oleh Soponyono Malang

Selain sebagai kota peristirahatan, Malang juga punya koleksi lengkap penjualan oleh-oleh di seantero kota. Selain di Und Corner, toko oleh-oleh bertebaran hampir di penjuru kota, misalnya Jalan Sudirman. Dijamin, anda nggak akan kesulitan untuk menemukan toko oleh-oleh sama sekali. Nah, buat yang eksperimental, cobain dech sesekali menyambangi Toko Soponyono yang terletak di Malang Tenggara. Toko Soponyono terletak agak jauh di luar pusat kota sich, memang. Lokasinya masuk ke dalam wilayah perumahan dan terus terang, mencarinya butuh perjuangan dengan sedikit bertanya-tanya dan nyasar sedikit. Maklum, nggak ada papan petunjuk sama sekali.
Toko Soponyono yang terletak di Jalan Saparua ini adalah cabang asli dari seluruh Soponyono yang bertebaran di seantero Malang. Salah satu cabangnya yang baru dibuka terletak di Jalan Mondoroko A1/2 (Ruko Puri Kendedes) telepon (0341) 451459. Ketika anda berhasil mencapai tempat ini, jangan kaget, pintu utamanya ditutup. Yah...Soponyono ini sejatinya adalah sebuah rumah. Hanya spanduk kecil di bagian dalam rumah yang menegaskan rumah ini adalah cabang utama Soponyono. Anda perlu mengetuk gembok pagar terlebih dahulu baru ada orang yang akan membukakan pintu untuk anda. Seorang Engko yang ramah akan menyambut anda dan memberikan rekomendasi oleh-oleh apa yang laris dan tidak. Ia bahkan menyarankan untuk mengambil produk tertentu dan tidak untuk produk lainnya. Mungkin ia tidak mau mengecewakan kami dengan produk yang rasanya biasa-biasa saja kali yach? Yang jelas, saya memborong ubi ungu, kentang, singkong, kulit sapi dan kacang-kacangan. Nggak lupa saya memborong keripik buah-buahan khas Malang seperti apel, nangka, dan nanas. Harga per satuan paknya bervariasi mulai dari Rp. 15.000 hingga Rp. 25.000. Saya sampai kalap memborong beberapa bungkus keripik-keripik ini.
Soponyono ini juga bisa menyediakan kardus dan dikemas dengan baik untuk yang akan membawa oleh-oleh ini ke dalam pesawat. Sayang, Soponyono ini kurang lengkap walaupun merupakan cabang induk. Toko yang berada di ruko justru jauh lebih lengkap karena memang diperuntukkan khusus untuk berdagang. Sayang sekali lagi, Soponyono di rumah tidak menyediakan tester. Mungkin diakibatkan juga oleh jarangnya pengunjung yang datang sampai ke rumah kali yach? Oya, satu lagi, buat yang hobi menggunakan kartu debit atau kartu kredit, maaf saja, disini tidak ada mesin EDC. Jadi, bawa cash saja yach sebaiknya. Buat yang ke Malang, boleh dech cobain belanja oleh-oleh di Soponyono, rasanya nggak mengecewakan koq.