Saturday, November 17, 2012

Lagundri, Surganya Peselancar Di Nias

Di sisi timur Pantai Sorake, ada Teluk Lagundri. Walaupun gempa Nias 2004 dan 2005 sedikit banyak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pulau Nias, namun untungnya pariwisata di Teluk Lagundri kembali berbenah dan hidup kembali. Turis-turis terutama asing yang ingin menjajal manisnya ombak di Teluk Lagundri sudah ramai berdatangan dan banyak menginap di homestay sederhana yang berderet di tepi teluk. Untuk pariwisata, saya sendiri lebih menyukai Teluk Lagundri karena suasananya yang lebih turis dibanding Pantai Sorake yang lebih sepi. Deretan homestay sederhana yang berjejer di tepi teluk pun rata-rata dipenuhi oleh turis plus papan selancarnya.
Ada batas jelas antara area penginapan dan pantai. Area semen dan pasir yang cukup jelas membedakan dua tempat ini. Sebelum tsunami menghantam, air laut pasang hingga cukup dekat ke bibir pantai. Ini sebabnya, saat tsunami terjadi, banyak penginapan yang hancur diterjang gelombang. Saat Pulau Nias dijungkat-jungkit oleh gempa, garis pantai menjauh beberapa puluh meter ke tengah laut. Di Teluk Lagundri, anda bisa menyaksikan sejumlah areal karang yang kering, basah karena pasang, hingga yang benar-benar sudah kering, berpasir dan ditumbuhi oleh rumput darat. Untuk melakukan surfing, para turis harus berjalan cukup jauh melalui karang-karang tersebut guna mencapai arah aliran ombak.
Masuk menuju Teluk Lagundri memang nggak bayar karena tidak ada loket tiket sama sekali. Namun, untuk menikmati fasilitas, umumnya turis harus menyewa losmen dan penginapan yang memang nggak mahal tersebut. Buat yang sudah kangen dengan suasana desa wisata yang ramai dengan turis asing macam Prawirotaman, Poppies, Tuk-Tuk Siadong, atau Jalan Jaksa, Teluk Lagundri ini bisa menjadi alternatif. Untuk menginap, coba dengan Manuel Keyhole Losmen di 081397396410.

Wednesday, November 14, 2012

Sepinya Sorake Saat Sekarang

Nias adalah salah satu pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkat posisinya, sebagian besar wilayahnya menghadap langsung ke Samudera Hindia, lokasi laut yang terkenal dengan ombak ganasnya. Tidak luput pula adalah Pantai Sorake yang terletak di bagian selatan agak barat daya pulau ini. Pantai Sorake yang terkenal dan terletak di Nias Selatan memang menghadap langsung Samudera Hindia.
Saya agak sedikit salah soal Sorake ini. Saya berpikir pantai yang masih alami dan jauh dari sentuhan kreatifitas manusia di dalamnya. Selayaknya sebuah pantai yang masih benar-benar pantai saja, berpasir putih (seperti layaknya pantai di Samudera Hindia), dan tanpa polesan apapun. Nggak disangka, ojek yang saya tumpangi membawa saya ke sebuah bangunan besar yang cukup lebar, dengan sejumlah penginapan bergaya Omo Hada di seberang atrium utama tersebut. Memang sich, semuanya terlihat berjaya dan tertata dengan baik. Walau demikian, usia tempat ini nggak bisa dibohongi. Walaupun fasilitas cukup lengkap sehingga membuat area ini berkesan "mahal", namun perawatan yang nampaknya agak kurang telah membuat kusam lokasi ini. Ketiadaan staff yang berjaga, kurangnya perawatan, cuaca, angin laut, dan pengabaian terhadap bangunan dan tanaman liar sedikit banyak telah menurunkan wajah Pantai Sorake. Ditambah dengan bungalow-bungalow yang saya nggak terlalu yakin apakah ditempati atau tidak, plus ketiadaan rumah makan dan penunjang kehidupan turis, saya nggak yakin mau berlama-lama apalagi melewatkan malam di tempat ini.
Memang, sejumlah fasilitas seperti kolam renang terlihat dibuat dengan serius dan bukan ala kadarnya. Sejumlah bungalow dan pendopo bangunan dibuat dengan manis plus bercita rasa dan arsitektur khas Nias Selatan, lengkap dengan ukir-ukirannya. Sebut saja aneka lukisan, ornamen batu alam pada dinding dan lantai, dan sofa rotan beserta sejumlah bantal empuk. Lagi-lagi, minimnya perawatan yang mungkin juga disebabkan oleh minimnya kunjungan membuat pengabaian terjadi. Bahkan, jalan masuk menuju pantai dari areal atrium utama tertutup oleh tingginya rerumputan dan sejumlah sampah. Tidak ada jalan utama yang tegas yang memberitahukan posisi dimana pengunjung seharusnya berjalan. Pohon kelapa menjadi pemandangan umum yang memenuhi pantai di wilayah ini.
Sore itu, sejumlah remaja lokal tampak berkunjung ke Pantai Sorake. Namun bukan untuk bermain-main sebab kondisi pantai Sorake tidak bisa dikatakan bagus kalau nggak mau disebut jorok. Lepas dari pantai yang tidak terlalu lebar dan pasirnya agak menguning, tampaklah hamparan batu karang yang cukup lebar dan digenangi oleh air pasang yang tidak bisa keluar lantaran laut sedang surut. Kondisi tersebut membuat ombak pecah jauh di tengah laut sana. Tidak ada pengunjung yang niat untuk bermain air karena situasi yang demikian. Sang ojek saya bahkan berkata, "berbahaya" untuk mendeskripsikannya. Entah maksudnya pantainya yang berbahaya, ombaknya yang berbahaya, atau batu karangnya yang berbahaya, saya tidak bertanya lebih lanjut. Jadi, saya berpikir untuk melewatkan saya bermain air di Sorake ini. Para muda-mudi tersebut pun nampak hanya menikmati semilir angin laut, sambil beberapa diantaranya berfoto. Walaupun ada juga yang mengenakan busana pantai lengkap dengan kainnya, namun nampaknya berjemur, apalagi bermain air menjadi sesuatu hal yang agak sulit dilakukan di pantai ini.
Tsunami tahun 2004 dan 2005 pernah menghantam wilayah ini. Kerusakan cukup parah pernah dilanda kawasan ini dengan hancurnya sejumlah bungalow yang terkena ombak dan diseret ke laut. Walau demikian, kerusakannya tidaklah masif dan para pengusaha setempat segera berbenah diri untuk membangun ulang dan kembali melayani para wisatawan yang sebagian besar adalah peselancar asing. Walaupun sekian tahun sudah berlalu semenjak kejadian tsunami tersebut dan perbaikan telah rampung diselesaikan, namun dampak nyata dari gempa dan hantaman tsunami masih ada. Hal yang paling jelas adalah efek jungkat-jungkit di Pantai Sorake, yang mungkin terjadi juga pada sejumlah pulau di lepas pantai barat Sumatera. Pada Pantai Sorake, air laut yang dahulu langsung menghantam tepian pantai, kini bergeser menjauh menjadikan Sorake adalah pantai berkarang. Itu sebabnya mengapa air laut tergenang tersisa diantara karang-karang yang nampak tersebut. Di sisi lain, ada bagian pulau Nias ini yang terendam air laut karena efek tersebut. Beberapa jepretan saya akan Pantai Sorake akan lebih menjelaskan.