Pada tanggal 12 Oktober 2012, Batavia Air mengadakan promo tiket semua rute hanya sebesar Rp 124.000 saja. Wow! Kesempatan ini nggak saya sia-siakan untuk melancong ke wilayah timur Indonesia dengan harga murah. Alhasil, dengan tanpa perjuangan saya membeli Jakarta - Palu, agak sedikit berjuang saya membeli Jakarta - Manado, dan akhirnya walaupun sudah di tangan karena keterlambatan sekian detik, saya harus melepas Jakarta - Sorong. Wah, sering-sering aja dech Batavia mengadakan promosi begini. Lumayan.
Eh, menjelang hari keberangkatan, pada tanggal 7 Januari 2013, saya dapat sebuah telepon di sore hari yang mengklaim bahwa mereka dari Batavia Air dan mengatakan bahwa Rute Jakarta - Palu dicancel. Saya yang terbengong-bengong tidak bisa berkata apa-apa namun segera membuka situs mereka. Betul, jadwal untuk rute tersebut sudah tidak bisa diketemukan dalam beberapa bulan ke depan. Sialnya, pegawai tersebut mengatakan rute tersebut efektif cancel per 7 Jan 2013 dan belum ada pemberitahuan lebih lanjut apakah akan dibuka kembali atau tidak. Tiket hanya bisa refund full tanpa ada opsi lainnya.
Dalam keterkejutan saya, selama penjelasan customer service tersebut, langsung saja saya memotng dan meracau, "Batavia Air mau bangkrut ya, Pak? HEH?! Batavia Air mau bangkrut yaaaa?!?!". Tentu, anda nggak perlu mempertanyakan seberapa marahnya saya saat itu. Jelas lah, dua hari menjelang, tentu saya sudah cukup mempersiapkan rute dan itinerary. Konsentrasi saya cukup banyak apalagi mengingat Sulawesi Tengah belum terlalu terpetakan dengan baik sebagai jalur wisata. Sang customer service pun hanya bisa mengatakan maaf sambil terus menjelaskan. Saya yang masih nggak terima melanjutkan, "Ini bukan kejadian pertama kalinya! dari kemaren sudah banyak kejadian dicancel begini!", dan kemudian saya mengulang lagi, "Batavia Air bener bener mau bangkrut ini!", sebuah klausa yang membuat teman-teman sekantor saya menengok ke arah saya. Saya melanjutkan racauan saya, "Saya masih ada penerbangan lainnya setelah ini, mau dicancelin juga?! HEHH?!?". Customer service yang malang tersebut pun hanya bisa menjelaskan bahwa ia belum memiliki informasi lebih lanjut soal ini. Percakapan ditutup dengan saya yang mendengus kesal dan si cs yang sudah nggak sabar untuk meletakkan gagang telepon namun tetap harus mempertahankan etika karena saya sebagai raja disini.
Orang-orang sih sebenernya nggak habis pikir. Sulawesi Tengah. Kenapa saya harus pergi ke Sulawesi Tengah? Saya ingin sekali ke Sulawesi Tengah lantaran ingin masuk ke Taman Nasional Lore Lindu, tempat batu batu megalitik purba terutama Palindo yang memiliki tinggi beberapa meter dan sampai sekarang masih misterius kenapa tersebar di dataran luas antara Tonusu dan Gimpu. Ini adalah tujuan utama saya, selain kota lain yang angker namun menarik bagi saya : Poso. Ya, Poso, Tentena dan Pendolo adalah tujuan utama kedua setelah berhasil menyelesaikan trek di Taman Nasional Lore Lindu. Lagi-lagi orang-orang nggak habis pikir, mengapa saya menggemari menuju lokasi konflik padahal bara tersebut belum benar-benar padam dan kejadian terakhir berupa bom di pasar justru baru terjadi beberapa minggu sebelumnya. Mengerikan ya? Saya sendiri membaca Tentena, adalah ibukota Pamona Utara, terletak hampir di tepi Danau Poso yang merupakan danau terluas ketiga di Indonesia, dengan pemandangan gereja di kaki bukit serta rumah-rumah berpagar kayu yang dicat putih. Cantik ya pastinya? Konflik di Poso adalah hal lain, yakni kita tetap harus hati-hati dan tidak membicarakan soal agama disana. Beberapa desa memang sebaiknya tidak dimasuki lantaran sejarah berdarah yang cukup mengerikan, seperti misalnya di Buyumboyo. Akan lebih bijak sebenarnya mengunjungi Poso, terutama wilayah Poso Pesisir yang belakangan, seperti Tamanjeka yang memakan korban dari pihak kepolisian.
Tempat menarik yang wajib kunjung adalah Tojo Una-Una yang terkenal dengan panorama bawah lautnya yang menawan, Luwuk, wilayah Sulawesi yang paling dekat dengan Maluku, Morowali dengan Taman Nasionalnya dan Burung Maleo, Donggala dan Tanjung Karang dengan keindahan pantainya, Parigi Moutong dimana di Desa Tinombo ada Tugu Khatulistiwa juga, jalur menuju Toli-Toli yang ekstrem, misterius sekaligus menantang, dan Buol, lokasi yang hangat akhir-akhir ini karena kasus suap dan kebun sawitnya. hehehehe. Sulawesi Tengah memang menantang dan menarik, nggak habis habis keinginan saya untuk bertandang ke dalamnya. Ditambah dengan jarangnya turis yang menghabiskan waktu disini, membuat Sulawesi Tengah menjadi semakin misterius sekaligus eksotis. Duh, saya sudah kebayang mengenakan celana pendek suku Kulawi, menari bersama suku Mori, memainkan musik bambu suku Kaili, dan menari Dero bersama suku Pamona. Gadis-gadis ber-rok tumpuk, lenyap sudah dari bayangan saya....hiks...
Ya, bagaimanapun, walaupun konsumen adalah raja, namun perusahaan tetaplah pemenangnya. mereka hanya menawarkan refund 100% tanpa ada harapan untuk pilihan lain seperti pindah jalur atau entah bagaimana caranya. Ya sudah, sayaq tidak marah lagi sekarang. Mungkin ini memang sudah jalanNya. Sama seperti Aceh, saya akan berhasil ke Sulawesi Tengah setelah gagal sebelumnya. Tahan dulu untuk Sulawesi Tengah yang eksotis.
Eh, menjelang hari keberangkatan, pada tanggal 7 Januari 2013, saya dapat sebuah telepon di sore hari yang mengklaim bahwa mereka dari Batavia Air dan mengatakan bahwa Rute Jakarta - Palu dicancel. Saya yang terbengong-bengong tidak bisa berkata apa-apa namun segera membuka situs mereka. Betul, jadwal untuk rute tersebut sudah tidak bisa diketemukan dalam beberapa bulan ke depan. Sialnya, pegawai tersebut mengatakan rute tersebut efektif cancel per 7 Jan 2013 dan belum ada pemberitahuan lebih lanjut apakah akan dibuka kembali atau tidak. Tiket hanya bisa refund full tanpa ada opsi lainnya.
Dalam keterkejutan saya, selama penjelasan customer service tersebut, langsung saja saya memotng dan meracau, "Batavia Air mau bangkrut ya, Pak? HEH?! Batavia Air mau bangkrut yaaaa?!?!". Tentu, anda nggak perlu mempertanyakan seberapa marahnya saya saat itu. Jelas lah, dua hari menjelang, tentu saya sudah cukup mempersiapkan rute dan itinerary. Konsentrasi saya cukup banyak apalagi mengingat Sulawesi Tengah belum terlalu terpetakan dengan baik sebagai jalur wisata. Sang customer service pun hanya bisa mengatakan maaf sambil terus menjelaskan. Saya yang masih nggak terima melanjutkan, "Ini bukan kejadian pertama kalinya! dari kemaren sudah banyak kejadian dicancel begini!", dan kemudian saya mengulang lagi, "Batavia Air bener bener mau bangkrut ini!", sebuah klausa yang membuat teman-teman sekantor saya menengok ke arah saya. Saya melanjutkan racauan saya, "Saya masih ada penerbangan lainnya setelah ini, mau dicancelin juga?! HEHH?!?". Customer service yang malang tersebut pun hanya bisa menjelaskan bahwa ia belum memiliki informasi lebih lanjut soal ini. Percakapan ditutup dengan saya yang mendengus kesal dan si cs yang sudah nggak sabar untuk meletakkan gagang telepon namun tetap harus mempertahankan etika karena saya sebagai raja disini.
Orang-orang sih sebenernya nggak habis pikir. Sulawesi Tengah. Kenapa saya harus pergi ke Sulawesi Tengah? Saya ingin sekali ke Sulawesi Tengah lantaran ingin masuk ke Taman Nasional Lore Lindu, tempat batu batu megalitik purba terutama Palindo yang memiliki tinggi beberapa meter dan sampai sekarang masih misterius kenapa tersebar di dataran luas antara Tonusu dan Gimpu. Ini adalah tujuan utama saya, selain kota lain yang angker namun menarik bagi saya : Poso. Ya, Poso, Tentena dan Pendolo adalah tujuan utama kedua setelah berhasil menyelesaikan trek di Taman Nasional Lore Lindu. Lagi-lagi orang-orang nggak habis pikir, mengapa saya menggemari menuju lokasi konflik padahal bara tersebut belum benar-benar padam dan kejadian terakhir berupa bom di pasar justru baru terjadi beberapa minggu sebelumnya. Mengerikan ya? Saya sendiri membaca Tentena, adalah ibukota Pamona Utara, terletak hampir di tepi Danau Poso yang merupakan danau terluas ketiga di Indonesia, dengan pemandangan gereja di kaki bukit serta rumah-rumah berpagar kayu yang dicat putih. Cantik ya pastinya? Konflik di Poso adalah hal lain, yakni kita tetap harus hati-hati dan tidak membicarakan soal agama disana. Beberapa desa memang sebaiknya tidak dimasuki lantaran sejarah berdarah yang cukup mengerikan, seperti misalnya di Buyumboyo. Akan lebih bijak sebenarnya mengunjungi Poso, terutama wilayah Poso Pesisir yang belakangan, seperti Tamanjeka yang memakan korban dari pihak kepolisian.
Tempat menarik yang wajib kunjung adalah Tojo Una-Una yang terkenal dengan panorama bawah lautnya yang menawan, Luwuk, wilayah Sulawesi yang paling dekat dengan Maluku, Morowali dengan Taman Nasionalnya dan Burung Maleo, Donggala dan Tanjung Karang dengan keindahan pantainya, Parigi Moutong dimana di Desa Tinombo ada Tugu Khatulistiwa juga, jalur menuju Toli-Toli yang ekstrem, misterius sekaligus menantang, dan Buol, lokasi yang hangat akhir-akhir ini karena kasus suap dan kebun sawitnya. hehehehe. Sulawesi Tengah memang menantang dan menarik, nggak habis habis keinginan saya untuk bertandang ke dalamnya. Ditambah dengan jarangnya turis yang menghabiskan waktu disini, membuat Sulawesi Tengah menjadi semakin misterius sekaligus eksotis. Duh, saya sudah kebayang mengenakan celana pendek suku Kulawi, menari bersama suku Mori, memainkan musik bambu suku Kaili, dan menari Dero bersama suku Pamona. Gadis-gadis ber-rok tumpuk, lenyap sudah dari bayangan saya....hiks...
Ya, bagaimanapun, walaupun konsumen adalah raja, namun perusahaan tetaplah pemenangnya. mereka hanya menawarkan refund 100% tanpa ada harapan untuk pilihan lain seperti pindah jalur atau entah bagaimana caranya. Ya sudah, sayaq tidak marah lagi sekarang. Mungkin ini memang sudah jalanNya. Sama seperti Aceh, saya akan berhasil ke Sulawesi Tengah setelah gagal sebelumnya. Tahan dulu untuk Sulawesi Tengah yang eksotis.
Tiket promo AirAsia, Citilink, dan Mandala hampir pasti saya ambil. Tapi untuk tiket promo Batavia tahun lalu ini saya memang sengaja nggak ngambil mas, terutama saat terdengar kabar Batavia akan dibeli AirAsia pertengahan tahun lalu. Pasti ada yang nggak beres sama maskapai ini. Benar saja, Oktober 2012 AirAsia batal membeli Batavia setelah melakukan audit yang ternyata hasilnya cukup mengejutkan.. Nggak perlu disebutin disini kali ya. :D
ReplyDeleteEfek batalnya pembelian Batavia oleh AirAsia ya ini banyak rute yang dipangkas. Lha sekarang Batavia cuma mengoperasikan 22 pesawat dari 33 yang dimiliki (disewa). Kebanyakan pesawat rusak, dan Batavia lagi nggak punya dana untuk maintenance.
Kemaren juga ada berita bahwa Batavia digugat pailiti oleh lessor pesawat karena menunggak pembayaran sewa sekitar 10 juta dollar. Ini baru dari dua kreditur, belum dari kreditur lainnya.. Ya tinggal tunggu aja sih bertahan atau nggak..
kalau lama ditahan biasanya penuntasannya asoy bangethhh #eh #lospokus
ReplyDeletetunda keheranannya lebih lanjut : Rute Batavia Air Jakarta - Palu - Jakarta dibuka kembali untuk umum. Hanya ditutup 7 Januari 2013 sampai 16 Januari 2013. FYI, saya berangkat 9 Januari dan kembali 16 Januari 2013. Sampai disini, saya jadi heren suheran heran. Apa iya, ini semacam peringatan bahwa saya belum boleh ke Sulawesi Tengah? Peringatan dari yang di Atas?
ReplyDeletePosting ini mustinya berjudul "Tidak Jadi ke Sulawesi Tengah Karena Batavia Air Bangkrut". Habis, kelihatan banget keselnya sama Batavia :). Emeng-emeng, saya kan katrok nih, jadi nggak tau, gimana sih dapat informasi soal tiket-tiket promo dari berbagai maskapai?
ReplyDelete