Geliat Pagi Sibolga

KMP Tanjung Burang merapat di Pelabuhan Sibolga
Perlahan namun pasti dan diimbangi saya yang sudah nggak bisa tidur, KMP Tanjung Burang yang berangkat semalam pukul 9 dari Gunungsitoli akhirnya hampir tiba di Pelabuhan Sibolga. Waktu kurang lebih sudah menunjukkan pukul 4 pagi, jendela jauh di ujung sana dan saya malas bergerak lantaran masih mengantuk. Hehehe. Namun, sebagian besar penumpang telah tampak tersadar dari tidurnya. Sebagian besar malah tampak terduduk dan terjaga sambil mengobrol dengan sesama penumpang lainnya. Mereka nampaknya tahu bahwa kapal telah hampir tiba di Sibolga namun belum cukup dekat sehinggs mereka tidak sibuk mengepak barang bawaannya. Saya sendiri masih malas-malasan. Melihat handphone saya, saya masih merasa ada sekitar dua jam lagi untuk tiba di Sibolga. Saya mau menikmati istirahat ini lebih lama, apalagi waktu datang posisi saya nggak enak. Sekarang, saya menikmati sofa ini lebih leluasa untuk diri saya sendiri, kenapa nggak dipuas-puasin? Hehehe.
Kesibukan pagi saat KMP Tanjung Burang merapat
Menjelang pagi, ketika kapal mulai melambat dan langit mulai berpendar kebiruan di balik bukit-bukit hijau yang melatari Sibolga, barulah tampak Kota Sibolga dari dekat. Sejumlah warga telah bersiap-siap menunggu di tepi dek pelabuhan untuk menyambut kami, baik dari penjemput ataupun mereka yang mencari peluang usaha dari merapatnya kapal ini. Pak Lömbu sedianya akan menjemput saya pagi ini guna mengantarkan saya ke travel yang akan berangkat menuju Medan. Saya sich nggak terlalu memperhatikan saat kapal merapat dan orang-orang mulai bergegas untuk keluar dari kapal, hingga saya sudah di atas motor milik Pak Lömbu dan keluar dari pelabuhan dan tiba di warung nasi Padang yang sama dengan keberangkatan. Hmm...disinilah nampaknya markas Pak Lömbu berada. Oh ya, warung tersebut nampak baru buka, cukup rajin dibanding sejumlah toko dan warung lain yang belum buka sepagi itu. Saya dipersilahkan mandi untuk mengembalikan kesegaran sebelum menempuh perjalanan panjang yang akan saya lalui hari ini. Ah, mandi, memang sesuatu yang amat saya butuhkan!
Pintu keluar Pelabuhan Sibolga
Seusai mandi di warung tersebut (terima kasih kepada Warung Sarinah Travel yang tekah berkenan menyediakan kamar mandi buat saya walaupun kondisinya 'rata rata' namun cukup untuk melakukan hajat saya di pagi tsb) saya mencoba untuk menikmati makan pagi sambil menunggu kendaraan yang akan membawa saya kembali ke Siantar. Saya sudah pernah cerita khan kalau saya dikira seorang misionaris? hahaha. Barang bawaan lain yang ramai tampak di antara barang-barang yang beredar adalah antena televisi, baik tipe PF maupun piringan. Sambil menunggu kendaraan yang akan membawa saya, saya duduk di tepi warung sambil melihat kehidupan yang baru mulai bergerak pagi itu. Sibolga, selayaknya kota pelabuhan, cukup kosmopolit dengan berbagai etnis yang hidup di dalamnya. Walaupun menjadi kota otonom setelah lepas dari Ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah yang bercirikan Batak, namun Sibolga sejatinya lebih bercita rasa Melayu Pesisir. Aneka macam etnis seperti Nias, Batak Toba, Mandailing, Minang, Cina, hingga Jawa berseliweran di sepanjang jalan. Beberapa wajah tersebut saya tampilkan dalam postingan ini, dengan ekspresi yang sedikit mengantuk. Hehehe.
Sang suami masih mengantuk
Bapak pembawa becak motor ini menengok tepat ke arah frame
Pagi-pagi sudah banyak becak motor
Bapak dengan ekspresi penuh arti
Gadis muda ini masih mengantuk...
Berminat belajar seni budaya Sibolga?

0 komentar:

Post a Comment