Dari jalan masuk tersebut, Sonaf bisa anda temukan dengan berjalan kaki sejauh 200 meteran. Sebelum saya masuk ke dalam jalan tersebut, saya disapa oleh sekumpulan gadis dan ibu-ibu yang sedang duduk-duduk mengobrol sambil mengunyah pinang sirih di bawah sebuah pohon besar. Saya tersenyum kepada mereka dan mereka spontan langsung bertanya (tentunya ini diakibatkan oleh pakaian saya yang tidak biasa dan saya membawa kamera) “Mau kemana?” sambil tetap tersenyum. Maka saya pun menjawab bahwa saya ingin melihat Sonaf Niki-Niki dan saya berasal dari Jakarta. Mereka kemudian sambil tetap tersenyum mempersilahkan saya sambil memberitahukan jalan mana yang harus saya tempuh. “Tidak jauh lagi, ada di bawah sana, dik” begitu kata salah seorang gadis tersebut. Sungguh, kemurahan hati masyarakat Timor telah menggugah hati saya dan saya sangat tersanjung karenanya.
Sesampainya di dekat Sonaf, saya melih
Agak bingung dengan istilah Sonaf dan Lopo yang tampaknya tertukar, Sonaf di Niki-Niki memiliki empat kaki, bukan satu kaki sebagai tiang utama. Hal
Sayangnya, pada saat kunjungan saya ke Niki-Niki, Sonaf Raja Nope ini telah rusak. Yang tersisa di lokasi hanyalah empat tiangnya yang sudah tidak terlalu utuh, fondasi bata dan semak-semak tinggi yang memenuhi sekeliling tiang Sonaf. Atap Sonaf atau bagian atas Sonaf sama sekali sudah tidak dapat disaksikan. Sebagai gantinya, tepat di belakang Sonaf tersebut, terdapat sebuah rumah permanen yang terbuat dari bata dengan gaya tahun 1980-an yang tampaknya menjadi kediaman baru Raja Nope dan keluarga (menurut informasi, anak-anak Raja Nope pun sudah bersekolah ke luar negeri dan telah menjadi orang sukses). Tiang-tiang Sonaf yang tersi
Bapak penjaga yang tadi menyapa saya tidak bersama saya sepanjang kunjungan saya. Jadi, saya tidak bisa bertanya terlalu banyak tentang Sonaf ini kepada beliau. Menurut sedikit informasi, atap Sonafnya memang sudah rusak namun dilepas dan disimpan di dalam rumah permanen yang sekarang berdiri di belakang Sonaf utama Raja Nope. Berhubung Niki-Niki adalah daerah dataran tinggi, maka bunga-bungaan banyak tumbuh di sekeliling Sonaf dan cukup menakjubkan karena berwarna-warni. Sebagian dari bunga-bungaan tersebut memang tumbuh liar namun sebagian besar tampaknya ditanam di penjuru rumah. Mungkin keluarga Nope memang menyukai bunga-bungaan. Sementara itu, ada sejumlah bunga-bungaan aneh yang, ketika saya dekati, saya terperanjat karenanya. Bunga yang membuat kaget tersebut terbuat dari kertas tisu makan yang berwarna-warni dan digabung dalam sebuah pot tanaman hidup sehingga, dari jauh, cukup
Puas berkeliling area Sonaf dan puas terpanggang panas matahari, saya kembali menemui sang bapak penjaga rumah dan mohon pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan saya. Sayang sekali, apabila Sonaf ini mau dibetulkan dan dipromosikan, tampaknya Niki-Niki akan terkenal berkat Sonafnya. Sayang, sekarang hanya tinggal tiang-tiang Sonaf yang saya jumpai dan tentu ini tidak memberikan kepuasan dibanding melihat Sonaf utuh dengan atap di tengah-tengah pemukiman.
0 komentar:
Post a Comment