Es Durian Ganti Nan Lamo Cabang, Alternatif Selain Pondok

Akhirnya, perjalanan panjang (nggak terlalu sich) selama di Sumatera Barat berakhir juga. Semua senang-senang ini harus berakhir dan kami kembali ke kenyataan. Banyak yang sudah kami lakukan agar bisa menjadi lebih lekat dengan Ranah Minang tempat kami berkelana selama 5 hari ini. Hari ini saja, saya sudah melihat Batu Malin Kundang, belanja songket dan makan Nasi Kapau. Berhubung pesawat akan berangkat sore nanti, kami tidak mempunyai banyak pilihan untuk kembali melihat-lihat pemandangan sekitar. Ngapain yach mendingan untuk melewati sisa waktu di tempat ini sebelum kembali ke bandara?
Saya terngiang-ngiang kembali akan kelezatan suatu jenis kuliner yang saya rasa akan saya impikan dan membuat saya terus bermimpi kalau sampai saya kembali ke Jakarta namun tidak memakannya sekali lagi. Saya bermimpi ingin sekali lagi mencicipi gurih dan lezatnya es durian, terutama Iko Gantinyo, setelah sebelumnya kami berhasil mencoba Ganti Nan Lamo. Sempat saya mengutarakan keinginan saya ke Uda untuk kembali ke Pondok agar kami bisa mencicipi Iko Gantinyo, sebagai pembanding rasa untuk Ganti Nan Lamo. Namun Uda Doni nggak lewat Pondok lagi, alhasil, kami sudah on the way menuju bandara.
Nah, Uda Doni pun menghentikan mobilnya di pinggir dan ternyata disini ada satu lagi Es Durian Ganti Nan Lamo di wilayah dekat Hotel Pangeran Beach. Es Durian ini adalah cabang dari Es Durian yang asli yang ada di Pulau Karam atau wilayah Pondok. Ya udah kami masuk aja, kebelet sama es durian sich! hehe...
Secara interior, kios es yang disini tidak terlalu menarik dibandingkan dengan yang ada di Pondok. Kalau yang di Pondok itu suasananya Café dan sangat anak muda serta kebetulan kami berkunjung pada sore ke malam hari, tepat pada jam makan malam. Mungkin wajar jadinya kalau yang datang silih berganti dan r
amai. Sementara itu, di cabang, ruangannya serupa dengan sebuah garasi yang tidak berfungsi kemudian dibuka dan diletakkan dengan berbagai meja kursi panjang yang jauh dari kesan café. Kami datang kesini juga pada siang hari, sekitar pukul 1 atau 2 siang. Pengunjung yang datang pada hari itu hanya kami sendiri dan ada satu dua pengunjung lain. sepi.
Entah perasaan saya saja, koq harga di tempat ini lebih murah 1.000 rupiah dibanding yang ada di Pondok yah? apa ini berhubungan dengan interios yang tertata rapi di Pondok sementara di cabang, ngga? Menu yang tersaji di tempat ini hampir semuanya sama dengan yang ada di Pondok, termasuk juga dengan Pempek. Sayangnya, sate Padang dan gado-Gadonya nggak ada disini. Disini ada gelas tertata rapih dalam tray gelas di setiap meja plus air minum dingin gratis untuk melegakan mulut dan tenggorokan setelah meminum es. Air dinginnya rasanya segar dan enak banged padahal itu air minum biasa loch. hehe...sugestif kali yach?
Rasa makanannya nggak berbeda, tetap hebat dan enak seperti biasa. Detik-detik es durian tersebut menyentuh bibir dan lidah...cessss....adalah sensasi termenyenangkan yang ada di dunia ini. Cara makannya kembali ke pilihan anda masing-masing, bisa diaduk atau justru menikmati tutupan saus durian asli di pucuk parutan es yang ada. Kali ini saya memesan Es Durian Tok atau Es Durian saja tanpa isi apapun. Ternyata, Es Durian Campur lebih menarik karena ada banyak campurannya tanpa mengurangi saus durian yang menutupi pucuk parutan es. Ah...dahaga saya akan es durian ini sudah terpuaskan. Saya bisa kembali ke Jakarta dengan tenang kalau begitu :)

0 komentar:

Post a Comment