Gerbang merah berhiaskan arsitektur kebudayaan Tiongkok menyambut kami di salah satu sudut Surabaya Utara. Hiasan naga bertemu di puncaknya serta atap gerbang yang melengkung menegaskan bahwa ini adalah pecinan, kawasan pemusatan etnik Chinese di Surabaya. Tulisan “Kya-Kya” terpampang jelas di bagian atas gerbang merah tersebut.
Sebenarnya, wilayah yang saya akan masuki ini merupakan salah satu Jalan di Surabaya. Jalan Kembang Jepun namanya. Jalan ini memanjang mulai dari ujung Jalan Rajawali (dibatasi oleh Sungai Kalimas dan Jalan Jembatan Merah) hingga Jalan Kapasan (dibatasi pula oleh anak Sungai Kalimas). Wilayah ini menampilkan wajah kolonialisme dipadu dengan chinese lebih kental daripada daerah lain di Surabaya. Maklum, hingga kini di jalan ini, masih banyak bangunan antik peninggalan era kolonialisme dan penjajahan.
Sepotong jalan ini punya sejarah panjang dari awal terbentuknya negara Indonesia. Mulai dari Jaman Kerajaan Sriwijaya, jalan ini sudah memegang peranan penting sebagai tempat berlabuhnya para pedagang dan saudagar pada masa itu. Pada jaman penjajahan Belanda, pembagian etnik di wilayah ini lebih kentara lagi. Orang Belanda tinggal di bagian barat (kurang lebih wilayah Rajawali dan Kalisosok). Orang Arab dan Melayu tinggal di bagian utara Kembang Jepun (nggak heran, ada Masjid Sunan Ampel yang konon katanya terbesar se-Asia Tenggara). Sementara itu, orang Chinese tinggal di bagian selatan Jalan Kembang Jepun. Pada jaman Penjajahan Belanda, nama jalan ini masih “Handelstraat” yang kurang lebih artinya Jalan Perdagangan. Pada jaman penjajahan Jepang, nama Kembang Jepun menjadi terkenal hingga sekarang. Kembang yang dimaksud disini adalah teman wanita atau mungkin bisa diartikan secara bebas sebagai wanita penghibur bagi pada serdadu Jepang (Jepun) disini. Seiring dengan perjalanan waktu, dinamika pembangunan jalan ini banyak dipengaruhi oleh komunitas Tionghoa yang ada di wilayah ini. Nggak heran, banyak bangunan bernuansa Tiongkok yang mendominasi kawasan ini. Wilayah ini sekarang menjadi sentra perdagangan yang cukup besar di Surabaya. Sayangnya, ramainya kondisi ini pada siang hari tidak menjamin kondusifnya situasi pada malam hari. Pada malam hari, wilayah ini sangat gelap, rawan dan menakutkan. Atas dasar itulah maka pada 31 Mei 2003, hari Ulang Tahun Kota Surabaya, wilayah ini dibuka menjadi pusat hiburan malam dengan sebutan “Kya-Kya” yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kawasan ini. Kya-Kya sendiri kurang lebih artinya jalan-jalan dalam bahasa Tionghoa. Serupa dengan Kesawan di Medan, Achmad Yani di Palangka Raya, Malioboro di Yogyakarta dan Kampung Solor di Kupang, daerah ini menjadi ramai dan menarik saat malam hari. Banyak sekali kegiatan malam yang dilakukan disini mulai dari kesenian, tari-tarian dan pementasan kebudayaan yang lintas etnis mulai dari Tionghoa hingga khas Jawa Timur. Tidak hanya itu, daerah ini menjadi semacam pusat jajanan makanan khas Jawa Timur dan Tionghoa.
Kalau kita amati, memang, sepanjang jalan Kembang Jepun ini banyak sekali toko beraneka macam yang membuka usahanya di tempat ini. Hampir semua jenis produk dagangan bisa ditemukan disini mulai dari makanan pia hingga raket tenis, kantor surat kabar hingga bank. Menelusuri Jalan Kembang Jepun ini serasa kembali ke jaman dahulu. Banyak bangunan bergaya lama masih dipertahankan hingga saat ini dengan fungsi menjadi semacam ruko. Anda nggak mungkin salah mengenali ruas jalan ini, di ujung pintu masuk Kya-Kya ini masing-masing terdapat sebuah gerbang merah dengan hiasan naga yang sama. Tak lupa, patung dua buah Kilin (perpaduan anjing singa khas Tionghoa) berjaga di sisi kiri dan kanan gerbang. Sayang, menurut teman saya yang berada di Surabaya, Kya-Kya saat ini tidak sehidup dulu, bahkan tidak pernah terdengar kabarnya lagi. Versi yang lebih ekstrem mengatakan, Kya-Kya sudah ditutup, entah karena alasan apa. Sayang, saya nggak sampai disini pada malam hari sehingga saya nggak benar-benar melihat situasi Kya-Kya pada malam hari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah gw suka banget ama foto ketiga dr atas..gedung apa ya???unik...
ReplyDeletelo boleh percaya boleh ngga. itu toko alat olahraga sekarang...jualannya raket bulutangkis...hihihi...:D
ReplyDeletewah gak nyangka jualannya alat olahraga...hehe
ReplyDelete