Salah satu produk kesenian Batak yang terkenal adalah hasil ukir-ukiran. Kalau anda memandangi rumah Batak, baik ruma atau sopo, mata anda akan dimanjakan dengan ukir-ukiran pada palang yang menghiasi Rumah Batak, yang disebut dengan Gorga. Gorga ini memiliki nilai estetis dan sekaligus nilai filosofis. Oleh karena itu, Gorga terlihat unik, cantik dan sekaligus eksotis pada dinding rumah masyarakat Batak. Nggak hanya Gorga saja sich. Produk ukir-ukiran Batak bisa ditemukan di hiasan rumah, patung-patung, hiasan dinding, tungkot yang sering dibawa oleh para raja jaman dahulu, hingga benda-benda yang dipakai sehari-hari. Nah, di Tuk-Tuk Siadong ini, ada lho tempat untuk melihat produk-produk kerajinan tangan tersebut yang lumayan lengkap. Judulnya sich Handicraft Center, tapi kalau nggak beli dan lihat-lihat saja nggak apa-apa koq. Saya saja cuma lihat-lihat dan nggak jadi beli lantaran bingung mau ditaro dimana kalau sampai beli ukir-ukiran Batak yang cantik dan eksotis ini.Bukan nggak suka, tapi nggak mungkin donk selama berpetualang, saya membawa ukir-ukiran cantik ini?
Memang sich, di wilayah Tuk-Tuk Siadong, ada banyak sekali toko-toko souvenir yang menjual ragam produk seni khas Batak dengan jualan utama berupa Ulos dan produk ukiran. Seperti yang saya bilang tadi, produk ukiran masyarakat Batak sangat banyak. Mulai dari hiasan dinding sampai peralatan rumah tangga, semuanya rata-rata berukir atau dipahat. Bener-bener asli buatan tangan dan oleh karena itu nggak heran produk-produk ini harganya lumayan tinggi karena usaha yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya juga nggak sedikit. Nah, satu toko yang sekaligus merangkap sebagai museum dan menjual produk kerajinan ini terletak dekat dengan Hotel Carolina dan Hotel Silintong. Memang, nggak seperti pada museum pada umumnya, dimana setiap benda yang dipajang ada keterangannya, disini, setiap benda dipajang begitu saja tanpa ada keterangan apapun. Aneka benda rumah tangga, penghias dinding, lukisan ukiran, hingga Gorga, dan miniatur Rumah Bolon pun dijual disini. Menarik! Sayangnya, ruangan tempat menampung barang-barang ini juga nggak terlalu lebar sehingga ya cuma segitu aja yang bisa dilihat.
Pada saat kedatangan saya, ada seorang bapak yang sedang asyik menggambar sebilah papan yang nantinya akan menjadi gorga. Papan tersebut panjang, berukuran kurang lebih dua meter namun lebar sekitar 30 cm. Bapak tersebut tampak tidak terganggu dengan kehadiran kami yang hanya melihat-lihat saja dan sesekali bertanya-tanya. Untuk Gorga, apabila dikerjakan sendiri dan tidak diburu-buru, sang bapak mengklaim bisa menyelesaikannya dalam dua hari saja. Hmm...mungkin itu tergantung ukuran kali yach? Kalau disuruh untuk menyelesaikan seluruh Gorga di satu rumah yang jelas sih nggak mungkin dua hari juga. Canggih bener. Hahaha.
Ya buat anda yang memang senang mengkoleksi benda-benda etnik untuk menghias rumah, produk ukir-ukiran ini sebenernya wajib banget untuk dimiliki. Kalau saya sich, jujur, nggak terlalu suka dengan barang-barang etnik begini. Hehehe. Lebih suka yang minimalis dan sedikit aja. Jangan rumit-rumit. Sayangnya, bapak yang mengerjakan Gorga tadi dan seharusnya menjaga handicraft center tersebut sama sekali tidak melakukan penawaran kepada kami. Saya jadi nggak yakin, apakah bapak tersebut merangkap sebagai penjual atau bagaimana. Ya, memang sich, di sisi lain, saya seneng banget kalau bisa lihat-lihat benda koleksi sampai puas tapi nggak direcokin dengan penunggu museum/toko yang terus menerus nempel di kita, kecuali kalau sambil diberikan penjelasan. Itu beda soal. Dari semua yang dipajang di ruangan tersebut, mungkin yang paling menarik adalah Patung Sigale-gale yang bisa digerakkan dengan sejumlah tuas yang berada di bagian belakang kotak mekanik patung tersebut. Saya mencoba menggerakkan tuas-tuas tersebut namun segera berhenti karena takut apabila patung tersebut bergerak ke arah yang tidak saya duga, gerakannya dapat memecahkan atau merusak benda-benda produk kerajinan yang ditata di sekeliling patung. Setelah puas dengan melihat benda-benda hasil kerajinan tangan ini, akhirnya kami melanjutkan perjalanan, sesudah pamit ke bapak yang tetap asyik menggambar gorga-nya.
Memang sich, di wilayah Tuk-Tuk Siadong, ada banyak sekali toko-toko souvenir yang menjual ragam produk seni khas Batak dengan jualan utama berupa Ulos dan produk ukiran. Seperti yang saya bilang tadi, produk ukiran masyarakat Batak sangat banyak. Mulai dari hiasan dinding sampai peralatan rumah tangga, semuanya rata-rata berukir atau dipahat. Bener-bener asli buatan tangan dan oleh karena itu nggak heran produk-produk ini harganya lumayan tinggi karena usaha yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya juga nggak sedikit. Nah, satu toko yang sekaligus merangkap sebagai museum dan menjual produk kerajinan ini terletak dekat dengan Hotel Carolina dan Hotel Silintong. Memang, nggak seperti pada museum pada umumnya, dimana setiap benda yang dipajang ada keterangannya, disini, setiap benda dipajang begitu saja tanpa ada keterangan apapun. Aneka benda rumah tangga, penghias dinding, lukisan ukiran, hingga Gorga, dan miniatur Rumah Bolon pun dijual disini. Menarik! Sayangnya, ruangan tempat menampung barang-barang ini juga nggak terlalu lebar sehingga ya cuma segitu aja yang bisa dilihat.
Pada saat kedatangan saya, ada seorang bapak yang sedang asyik menggambar sebilah papan yang nantinya akan menjadi gorga. Papan tersebut panjang, berukuran kurang lebih dua meter namun lebar sekitar 30 cm. Bapak tersebut tampak tidak terganggu dengan kehadiran kami yang hanya melihat-lihat saja dan sesekali bertanya-tanya. Untuk Gorga, apabila dikerjakan sendiri dan tidak diburu-buru, sang bapak mengklaim bisa menyelesaikannya dalam dua hari saja. Hmm...mungkin itu tergantung ukuran kali yach? Kalau disuruh untuk menyelesaikan seluruh Gorga di satu rumah yang jelas sih nggak mungkin dua hari juga. Canggih bener. Hahaha.
Ya buat anda yang memang senang mengkoleksi benda-benda etnik untuk menghias rumah, produk ukir-ukiran ini sebenernya wajib banget untuk dimiliki. Kalau saya sich, jujur, nggak terlalu suka dengan barang-barang etnik begini. Hehehe. Lebih suka yang minimalis dan sedikit aja. Jangan rumit-rumit. Sayangnya, bapak yang mengerjakan Gorga tadi dan seharusnya menjaga handicraft center tersebut sama sekali tidak melakukan penawaran kepada kami. Saya jadi nggak yakin, apakah bapak tersebut merangkap sebagai penjual atau bagaimana. Ya, memang sich, di sisi lain, saya seneng banget kalau bisa lihat-lihat benda koleksi sampai puas tapi nggak direcokin dengan penunggu museum/toko yang terus menerus nempel di kita, kecuali kalau sambil diberikan penjelasan. Itu beda soal. Dari semua yang dipajang di ruangan tersebut, mungkin yang paling menarik adalah Patung Sigale-gale yang bisa digerakkan dengan sejumlah tuas yang berada di bagian belakang kotak mekanik patung tersebut. Saya mencoba menggerakkan tuas-tuas tersebut namun segera berhenti karena takut apabila patung tersebut bergerak ke arah yang tidak saya duga, gerakannya dapat memecahkan atau merusak benda-benda produk kerajinan yang ditata di sekeliling patung. Setelah puas dengan melihat benda-benda hasil kerajinan tangan ini, akhirnya kami melanjutkan perjalanan, sesudah pamit ke bapak yang tetap asyik menggambar gorga-nya.
patungnya lucu ya :D
ReplyDeleteklo aku mau yang bisa dipake aja deh #loh siapa yang mau beliin :P
foto yang ketiga itu langitnya bagusss :D
hihihi...lucu sih...tapi saya nggak berminat memajangnya buat hiasan rumah, Tir :p beberapa benda Batak ada nilai magisnya loch. Misalnya kayak Patung Debata Ribu-Ribu, ukurannya kecil, bisa digenggam, tapi biasa dipergunakan untuk ritual ilmu hitam. hiii..... saya lebih suka gorganya aja. [atung2nya ngga deh. makasih hehehe
ReplyDeletemakasih atas pujian foto nomor 3 nya hehehhee :">
nice articel..
ReplyDeleteSaya dosen seni yang sangat tertarik dengan galeri yang menjual kerajinan khas Batak. Dimana ya alamat yang bisa saya hub? Atau via email? Mhn bantuannya. Terimakasih.
ReplyDelete*santi, Semarang
ibu Santi silahkan e-mail ke gorga_batak@yahoo.com
ReplyDelete