Maksud hati sich mau berhemat. Namanya juga backpacker! Segala daya dikerahkan agar bisa tetap hemat dan anggaran rendah. Jadi, saya turunkan teman saya di simpang Tuk-Tuk Siadong untuk menunggu angkutan yang akan membawa saya ke Pangururan. Namun, saya masuk ke dalam Tuk-Tuk Siadong untuk mengambil tas dan peralatan lainnya. Berhubung dari Tuk-Tuk Siadong nggak ada angkutan untuk menuju jalan raya Tomok – Pangururan, maka saya hanya bisa mengharapkan belas kasihan dari Lae yang menjaga Bagus Bay untuk mengantarkan saya kembali ke depan dengan gratis tis tis tis tis! Secara, saya sudah menggunakan jasa motornya selama sehari penuh. Masak iya sich, nganterin sebentar ke depan saja nggak mau? Ya nggak sich? Begitulah perhitungan hemat (dan pelit) saya. Hihihihi.
Maka, dengan perhitungan tersebut, saya pun meninggalkan teman saya di simpang Tuk-Tuk Siadong. Semua barang bawaan saya letakkan disini agar saya bisa mengangkut barang-barang yang tersisa di Bagus Bay dengan lebih leluasa. Mulailah saya melajukan sepeda motor tersebut ke Bagus Bay. Sesampainya di Bagus Bay, saya segera bertugas mengembalikan sepeda motor tersebut kepada Lae bergaya rasta yang menyewakan sepeda motor tersebut. Setelah mengambil barang-barang yang tersisa, saya bertanya kepada Lae tersebut, apakah bisa membantu mengantarkan saya ke depan simpang Tuk-Tuk Siadong? Pemilihan kata-katanya pun saya atur sedemikian rupa agar ini berkesan sebagai “minta tolong”, bukan servis tambahan yang akan dikenakan biaya. Hihihi. Sekali lagi, maklum, kami backpacker! *berdalih dan bersembunyi di balik topeng backpacker, padahal aslinya pelit* hahahaha.
Demikianlah, perjalanan singkat tersebut selesai karena hanya sejauh 2 KM saja. Sesampainya di depan Simpang Tuk-Tuk Siadong, saya segera menurunkan barang-barang saya dan kemudian bersalaman dengan Lae tersebut sambil mengucapkan terima kasih. Namun, hal yang tidak diduga terjadi. Hahaha. Sang Lae segera meminta upah atas jasanya dia mengantarkan saya hingga ke depan. Saya segera protes dengan mengatakan bahwa ini harusnya masih bagian dari penyewaan motor. Namun ia bersikukuh meminta uang jasa atas pengantaran tersebut. Akhirnya, saya berikan Lae tersebut uang Rp. 5.000. Nggak cukup sampai disitu saja, dia kembali protes dengan mengatakan “hanya lima ribu saja? Sepuluh ribu!”. Jiaaaah. Buset dech. Bener-bener komersilnya tempat ini terasa banget. Jarak 2 KM harusnya ga menghabiskan 1 liter bensin dan waktu tempuh nggak sampai 5 menit. Untuk sewa 12 jam saja, motor dikenakan biaya RP. 80.000, masak iya untuk jarak sependek itu dia minta RP. 10.000? Yah, disinilah baru saya mendebatnya. Saya protes karena harus membayar Lae tersebut Rp. 10.000. Buat saya, tarif pengantaran Rp. 5.000 sudah lebih dari cukup. Akhirnya, mungkin karena nggak pengen urusan menjadi panjang juga, akhirnya ia “mengkorting” biaya yang seharusnya ia terima. Akhirnya, ia meminta tambahan uang Rp. 1.000 saja. Saya yang sudah males dan nggak terlalu ingin jadi ribet akhirnya membayar RP. 1.000 tambahan kepada sang Lae yang mengantarkan saya. Akhirnya, ia pun menjulurkan tangannya dan menyalami tangan saya sambil berkata agar saya mempromosikan Bagus Bay kepada teman-teman dan agar kembali menginap di Bagus Bay pada kunjungan kali lain di Samosir. Ya ya ya.
Maka, dengan perhitungan tersebut, saya pun meninggalkan teman saya di simpang Tuk-Tuk Siadong. Semua barang bawaan saya letakkan disini agar saya bisa mengangkut barang-barang yang tersisa di Bagus Bay dengan lebih leluasa. Mulailah saya melajukan sepeda motor tersebut ke Bagus Bay. Sesampainya di Bagus Bay, saya segera bertugas mengembalikan sepeda motor tersebut kepada Lae bergaya rasta yang menyewakan sepeda motor tersebut. Setelah mengambil barang-barang yang tersisa, saya bertanya kepada Lae tersebut, apakah bisa membantu mengantarkan saya ke depan simpang Tuk-Tuk Siadong? Pemilihan kata-katanya pun saya atur sedemikian rupa agar ini berkesan sebagai “minta tolong”, bukan servis tambahan yang akan dikenakan biaya. Hihihi. Sekali lagi, maklum, kami backpacker! *berdalih dan bersembunyi di balik topeng backpacker, padahal aslinya pelit* hahahaha.
Demikianlah, perjalanan singkat tersebut selesai karena hanya sejauh 2 KM saja. Sesampainya di depan Simpang Tuk-Tuk Siadong, saya segera menurunkan barang-barang saya dan kemudian bersalaman dengan Lae tersebut sambil mengucapkan terima kasih. Namun, hal yang tidak diduga terjadi. Hahaha. Sang Lae segera meminta upah atas jasanya dia mengantarkan saya hingga ke depan. Saya segera protes dengan mengatakan bahwa ini harusnya masih bagian dari penyewaan motor. Namun ia bersikukuh meminta uang jasa atas pengantaran tersebut. Akhirnya, saya berikan Lae tersebut uang Rp. 5.000. Nggak cukup sampai disitu saja, dia kembali protes dengan mengatakan “hanya lima ribu saja? Sepuluh ribu!”. Jiaaaah. Buset dech. Bener-bener komersilnya tempat ini terasa banget. Jarak 2 KM harusnya ga menghabiskan 1 liter bensin dan waktu tempuh nggak sampai 5 menit. Untuk sewa 12 jam saja, motor dikenakan biaya RP. 80.000, masak iya untuk jarak sependek itu dia minta RP. 10.000? Yah, disinilah baru saya mendebatnya. Saya protes karena harus membayar Lae tersebut Rp. 10.000. Buat saya, tarif pengantaran Rp. 5.000 sudah lebih dari cukup. Akhirnya, mungkin karena nggak pengen urusan menjadi panjang juga, akhirnya ia “mengkorting” biaya yang seharusnya ia terima. Akhirnya, ia meminta tambahan uang Rp. 1.000 saja. Saya yang sudah males dan nggak terlalu ingin jadi ribet akhirnya membayar RP. 1.000 tambahan kepada sang Lae yang mengantarkan saya. Akhirnya, ia pun menjulurkan tangannya dan menyalami tangan saya sambil berkata agar saya mempromosikan Bagus Bay kepada teman-teman dan agar kembali menginap di Bagus Bay pada kunjungan kali lain di Samosir. Ya ya ya.
parah banget ya mas.. tahun lalu saya ke bali, sewa motor tarifnya untuk 24 jam kan 40.000 yah.. tapi karena keperluan saya nggak sampai 24 jam (cuma 12 jam) saya minta korting, tapi nggak dikasih.. katanya mau 12 jam atau 24 jam sama aja bayarnya 40.000. kemudian saya setuju 40 ribu tapi plus diantar ke airport dari legian secara gratiss.. eh mau tuh.. berarti masih mending di bali yah? atau memang tergantung orangnya?
ReplyDeletehehehe...ini sih kayaknya tergantung orangnya yach. Bukan institusi, atau hotel atau tempat rentalnya yang demikian. kalau Bagus Bay sich bagus banget ya. penginapannya juga murah dan harganya cukup fair. Ini sih lebih kepada orang dan pola pikirnya aja.
ReplyDeletehm...di Bali mungkin karena banyak siangan kali yach? makanya bisa sampai semurah itu harga sewanya. untuk 24 jam pula! Rasanya rental mobil pun Bali tetap lebih murah dibanding daerah-daerah lain. Kemarin teman saya dapat mobil RP. 150.000/hari! Bayangkan. dimana coba bisa nyari harga kayak gt di luar Bali? hihihihi
err.. di surabaya ada kok mas rental mobil 120.000 perhari, dapetnya mobil karimun mungil itu tapi.. hihihihi... kalo standarnya avanza atau xenia ya 150.000-200.000 bawa sendiri..
ReplyDeletewkwkwkw...ya begitulah, ada rupa ada harga :p di Yogyakarta kemaren temen saya dapat Rp. 150.000 untuk karimun estillo itu. harganya bisa lebih murah kalau pake uang deposit dua juta katanya. hehehe
ReplyDelete