Tanah Lot sendiri sebenarnya merupakan salah satu Pura Sendi Bali selain Uluwatu dan Besakih. Letaknya di laut, di atas bongkahan batu yang pada saat air pasang akan terpisah dari daratan, menciptakan keterisolasiannya sendiri. Wajah utama kawasan ini cukup terkomersialkan. Plang nama produk makanan yang sudah pudar termakan waktu masih bertengger dengan megah mempersembahkan lokasi wisata ini. Parkir di kawasan ini cukup mudah dan luas. Dengan harga Rp. 1.500, kendaraan sudah bisa masuk ke dalam area parkir. Sementara itu, jalan masuk kawasan ini cukup diramaikan dengan kehadiran pedagang mulai dari makanan, pakaian hingga aksesori dan kerajinan. Jangan salah, baju-baju bermerek seperti Polo dan merek pantai pada umumnya pun dapat ditemukan disini walaupun memang pedagang masih didominasi oleh pedagang kaki lima yang bercorak tradisional. Produk dagangan mereka yang paling umum tentu saja, satu penyu, kerajinan tembikar mini, tato, pakaian produk Bali mulai dari baju tidur hingga sarung dan ikat kepala, sandal pantai, aksesori wanita seperti jepit rambut, hiasan kerang-kerangan dan berbagai macam benda lainnya. Walaupun bercorak tradisional, jangan salah, bahasa asing mereka jauh lebih baik dibanding rata-rata anda yang membaca blog ini, termasuk saya. Saya sempat terkagum kagum dengan kemahiran seorang Ning berbahasa Chinese dalam hal tawar menawar, kemudian di lain waktu ada Ning yang mampu berbahasa Belanda. Apabila muka anda sedikit oriental, seperti saya, siap-siaplah anda akan menerima sambutan dalam bahasa Jepang ataupun Korea. Kalau tampang anda agak-agak putih bersih a la timur tengah, siap-siaplah menerima sambutan dalam bahasa Arab. Tanpa tahu isi si turis seperti apa, para pedagang tersebut bersemangat menyambut para turis dengan bahasa lokal masing-masing.
Jalan menuju pantai Tanah Lot menurun ke bawah sekitar beberapa puluh meter. Selepas gerbang Pura pertama, bersiaplah menyambut salah satu pura yang paling terkenal di Bali, berdiri kokoh dan gagah dalam terpaan ombak Samudera Hindia yang ganas. Sehubungan dengan lokasinya yang populer, anda harus berbagi ruang dengan turis turis lain yang mengunjungi pura ini. Pura Tanah Lot dapat dikatakan cukup ramai dan hampir selalu ramai. Keasyikan anda berfoto ditanggung harus terpecah saat turis lain juga asyik berfoto dengan kamera milik mereka sendiri.
Mau yang agak sepi? Tanah Lot menawarkan beberapa spot agak tersembunyi untuk melakukan foto-foto tanpa terganggu turis lain. Ada jalan agak ke atas yang berisi kumpulan restoran dan pemandangan lepas ke arah pantai Tanah Lot untuk digunakan berfoto-foto. Sayangnya, lokasi ini tidak gratis. Anda akan sedikit digoda oleh pramusaji restoran tersebut yang terus menerus menawarkan anda air kelapa muda untuk dinikmati sambil menyaksikan panorama sunset di Tanah
Atraksi lainnya di Tanah Lot ialah Ular Putih penunggu Tanah Lot yang berada di sisi timur tebing pura, bagian daratan. Disini, ada sebuah lubang yang dijaga oleh kakek-kakek Bali yang bercerita bahwa ular tersebut adalah ular penjaga Tanah Lot. Para pengunjung diperkenankan untuk menyentuh ular tersebut dengan ciri khas tempat yang terkomersialisasi. Ya, anda harus membayar uang seadanya untuk dapat menyentuh ular tersebut. Untuk anda yang menginginkan pengalaman unik, tidak ada salahnya mencoba menyentuh ular tersebut.
DI atas batu pura Tanah Lot dikatakan terdapat sumber mata air tawar yang dapat diminum bagi mereka yang bisa masuk dan berkunjung ke dalamnya. Sayangnya, selama empat kali kunjungan saya ke lokasi, saya belum pernah masuk sampai ke dalam pura. Tiga kali karena arus ombak yang mengamuk di sekeliling pura dan satu kali karena waktu yang sudah terlampau larut untuk berkunjung masuk. Mungkin bagi anda yang sudah masuk bisa bercerita tentang isi dari pura tersebut?
Seperti layaknya pura, areal dalam pura memang terlarang untuk perbuatan tidak senonoh, kata-kata kasar dan kotor, dan tentu saja wanita yang sedang menstruasi. Bahkan ada sejenis panda
Jam enam ke atas adalah saatnya anda untuk bergegas kembali ke tempat peristirahatan anda. Para turis yang sudah puas menyaksikan sunset biasanya akan kembali selepas sunsetnya ditelan oleh ufuk barat. Segera, sesaat setelah itu, pedagang-pedagang menutup kiosnya dan tempat parkir beranjak sepi. Yah, sehubungan dengan lokasi wisata alam, maka Pura Tanah Lot memang ditutup selepas gelap. Saatnya kembali ke lokasi peristirahatan.
sepintas mirip pantai baron di wonosari jogja.ada bebatuan juga disekitar bbir pantai nya...
ReplyDeletekalo ke bali, gw pasti ke tanah lot ini.
huehuehuehue
ReplyDeleteini is a must kalau kunjungan ke Bali...walaupun di buku buku ditulis, over commercialized dan tourist-trap loch.....
*blm pernah ke Baron di Wonosari...hiks*
Terima kasih telah berkunjung ke Tanah Lot Bali. Kami tunggu commentnya di :
ReplyDeletehttp://www.tanahlot.net