Ulos, Nafas Kasih dan Kehangatan Masyarakat Batak

Ulos, kain adat tradisional dari Sumatera Utara, terutama suku Batak, adalah suatu maha karya. Selain komoditas berupa pariwisata dan minyak sawit, Ulos adalah komoditi unggulan SUmatera Utara dan telah terkenal hingga ke mancanegara.
Ulos sendiri secara harafiah memiliki maksa kasih dan hangat. Kehangatan yang dibuat dari kain tenunan ini, dapat diartikan sebagai kasih sayang dan kehangatan orang tua untuk anaknya. Secara turun termurun, Ulos memang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang.
Dalam pameran Sumut Expo 2008 di Balai Kartini, Ulos yang ditampilkan sungguh beragam. Apabila Ulos yang kita kenal umumnya digunakan sebagai selendang atau penutup tubuh, maka disini anda akan melihat ragam ulos mulai dari kain bahan pembuat pakaian, tutup kepala, tudung kepala, rok, hingga bermacam macam jenis pakaian dan garmen dari sarung bantal hingga perkakas rumah. Ulos pun banyak ragamnya, tergantung dari tiap suku Batak yang ada. Setiap suku Batak yang ada di Sumatera Utara memiliki corak dan ciri khas tersendiri, mulai dari Karo, Simalungun, Samosir, Tapanuli Utara, Tengah, Selatan, Pakphak Bharat, Dairi, Toba dan banyak lainnya.
Ulos sendiri memiliki proses pembuatan yang lama, dan rata-rata memakan waktu satu bulan serta bisa lebih lama lagi apabila kain yang ditenunnya besar. Keunikan Ulos adalah proses menenun dan merangkai motif dari antara benang-benang (bahkan terkadang diselipkan benang emas dan benang dari jenis serta kasar-sehingga memperlihatkan keindahan ulos secara utuh). Sehubungan dengan lamanya waktu tenunan, satu ulos bisa berharga ratusan ribu rupiah hingga jutaan (untuk yang bermotif sulit dan purba, bahkan bisa dihargai puluhan juta dan hanya diberikan kepada tamu kehormatan).
Uniknya ulos adalah motifnya yang cenderung sederhana namun tetap terasa nilai keindahannya. Beberapa suku Batak memiliki ulos dengan warna warna yang umum ditemui seperti abu-abu, hitam, biru tua dan warna gelap lainnya. Namun, beberapa suku memiliki warna yang jauh lebih meriah seperti merah, kuning, oranye hingga kreme sehingga terkadang tampak sekilas seperti songket. Ulos sendiri secara umum terbagi menjadi dua, ulos asli dan ulos modifikasi. Pertama-tama, saya bingung, apa itu ulos modifikasi. Namun, setelah diberi penjelasan, saya mengerti. Ulos modifikasi adalah ulos yang pengerjaannya dipadu dengan hiasan lainnya sehingga tidak lagi murni tenunan. Ulos sendiri umumnya berupa tenunan biasa saja dan bahkan rumbai-rumbainya terkadang masih ada yang tidak beraturan sehingga perlu bagi kita untuk memotongnya sendiri. Ulos yang sudah dimodifikasi umumnya memiliki hiasan berupa bordiran, tambahan renda, sulaman, manik-manik, roncean mote dan lain sebagainya, sehingga hasil pekerjaan ulos tersebut tidaklah murni dengan tenun alat saja. Ulos modifikasi ini dipercaya akan lebih menarik minat kawula muda untuk mengenakan ulos sehingga kekayaan budaya batak tidak hilang begitu saja di generasi muda. Beberapa Ulos memiliki motif yang teramat rumit san tidak dijual kepada umum. Ulos tersebut hanya untuk dipajang semata karena motifnya terlalu sukar dan belum ada penenun dari generasi sekarang yang mampu mengikuti motif tenunan tersebut. Konon, ulos tersebut telah berusia 20 tahunan. SUngguh, suatu maha karya yang indah.
Namun, keberuntungan saya juga, bahwa saya bisa menemukan sehelai ulos khas Phakpak yang berwarna khas Ulos Batak dan dapat digunakan sebagai selendang dengan harga RP. 40.000 saja. Tanpa pikir panjang, saya pun membeli ulos tersebut. Anda tertarik? mungkin bisa mencoba berkunjung ke SUmut Expo guna membeli berbagai macam bentuk Ulos dengan harga pengrajin tentunya.

0 komentar:

Post a Comment