Sebelumnya, saya memiliki keraguan. Sehabis Coban Rondo, manakah yang sebaiknya saya kunjungi? Saya mengkandidatkan Songgoriti dan Selekta. Dua objek wisata ini walaupun dekat namun tidak terletak satu arah. Dengan waktu yang tersisa, tampaknya saya hanya memiliki satu kesempatan lagi untuk menyambangi objek wisata di Batu sebelum malam menjelang. Di ujung keraguan, saya memilih Songgoriti. Biarlah Selekta menjadi milik kali lain saja.*halah*
Saya berdiri cukup lama di pinggir jalan sambil menantikan bus dari Kediri yang datang untuk membawa saya menuju pusat Kota Batu. Sayangnya, jalanan tersebut sepi dan hanya sesekali mobil pribadi melintas. Apakah memang jalanan tersebut tidak sering dilintasi bus? Saya jadi sedikit bergidik kalau memikirkan hari yang sudah semakin sore. Sambil menunggu, saya menyempatkan diri untuk berfoto-foto di sekitar lokasi karena memang pemandangannya spektakular, khas pegunungan. Untungnya, tak lama kemudian, ada sebuah angkot bertuliskan “BNR” di bagian depan kacanya yang berhenti di sisi jalan. Saya segera bertanya kepada pak supir yang ternyata akan melewati daerah Songgoriti. Untunglah. Perjalanan itu tidak makan waktu terlalu lama, kembali saya melewati daerah pinggiran tebing yang berkelok-kelok. Sampai Songgoriti, saya membayar Rp. 3.000 untuk angkot yang tidak terlalu ramai tadi. Sampai sekarang, saya masih bingung, apa maksud BNR yang sebenarnya.
Pintu masuk Songgoriti ditandai oleh sebuah gapura PLN yang bertuliskan “Selamat Datang di Kawasan Wisata Songgoriti” dan di bawahnya “Kawasan Terang PLN Batu”. Di sebelah gapura tersebut ada sebuah stasiun bahan bakar umum yang berlatarkan Gunung. Nggak mungkin salah, satu-satunya jalan keluar dari Batu ke Kediri hanya lewat jalur ini. Kalau anda dari Pujon, Songgoriti ada di sebelah kiri. Tapi tunggu dulu, anda belum sampai. Perjalanan harus dilanjutkan lagi ke dalam dengan angkot warna hijau (jurusan Songgoriti) atau dengan jalan kaki. Saya memilih yang kedua karena memang jaraknya tidak terlalu jauh. Kalau naik angkot, palingan bayar RP. 1.000 untuk sampai pintu masuk.
Jalan masuk menuju Songgoriti ternyata tenang. Alih-alih jalan raya, jalanan ini lebih mirip jalanan kompleks. Rumah-rumah megah, mewah bergaya bungalow, lengkap dengan halaman luas, penuh bebungaan tersebar di kanan kiri saya. Kalau uang saya banyak, mungkin saya mau menghabiskan masa tua saya disini. Hehe…ngimpi dulu boleh donk.
Selain rumah-rumah mewah yang tenang, saya juga sempat melewati Departemen Pertanian Balai Besar Pelatihan Peternakan (BPPP) Batu Jawa Timur. Untuk wisatawan, tempat ini mungkin kurang begitu menarik minat karena isinya adalah training-training yang dilakukan untuk para peternak Sapi Frisien Holstein seperti manajemen pemeliharaan, pengujian laboratorium, teknologi pangan berbasiskan susu, hingga kiat pemasaran. Yang menarik bagi para wisatawan adalah mungkin dengan adanya outlet hasil prosuk pangan berbasiskan susu yang dijual di tempat ini. Dalam papan petunjuk informasi, tempat ini menjual aneka produk pangan susu seperti susu pasteurisasi, es krim, yoghurt, hingga yang aneh-aneh seperti kerupuk susu, stick susu dan oleh-oleh khas Batu lainnya. Sayangnya, pada saat kunjungan saya, tempat ini begitu sepi. Saya sampai takut sendiri akan luasnya tempat ini. Bangunan yang begitu luas tersebut tampak kosong dan tiada aktifitas berarti. Saya sempat menanyakan kepada warga dan warga tersebut menyarankan untuk masuk saja ke dalam gedung. Tapi, sekali lagi melihat sepinya gedung ini, saya pun mengurungkan niat saya untuk berbelanja oleh-oleh. Terlalu sepinya bangunan ini membuat saya nggak yakin melangkah. Bisa jadi, mungkin memang kedatangan saya bukan pada musim kunjungan wisata. Tapi, ketiadaan orang, bahkan tidak adanya satpam di pos jaga membuat saya agak jiper, mana saat itu sudah agak sore. Hiyyyy….(padahal, di papan informasi tertulis BPPP ini bukan jam 8 pagi hingga 20 malam loch…). Coba telepon dulu dech di (0341)591302 untuk memastikan BPPP ini masih buka.
Dari BPPP, tinggal setengah perjalanan lagi sebelum saya mencapai tempat pemandian Songgoriti. Jalanan memang cukup sepi dan tampak satu atau dua orang anak sekolah berjalan. Kalau anda nggak yakin, silahkan tunggu angkot yang satu dua kali lewat di jalan tersebut. Begitu melewati Hotel Air Panas Alam Songgoriti yang berwarna oranye dan berbelok ke arah kanan, anda sudah sampai di tempat pemandian alam Songgoriti.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment