Tujuan utama saya datang ke Surabaya Utara adalah rumah ini. Perjalanan pun nggak bisa dibilang dekat. Untuk jarak dari Gubeng, argo taksi menunjukkan harga Rp. 30.000 untuk sampai pada wilayah ini. Menariknya, perjalanan saya dari Gubeng menuju Surabaya Utara banyak ditemani oleh pemandangan objek-objek menarik. Salah duanya adalah Tugu Pahlawan dan Museum 10 November yang bentuknya kotak-kotak berteralis.
Memasuki Jalan Rajawali, saya sudah bisa melihat banyak bangunan tua bertebaran di kanan dan kiri jalan. Salah satu hotel yang cukup terkenal di jalan ini adalah Ibis Rajawali, hotel yang menggunakan bangunan lama. Namun sebelum sampai ke Ibis Rajawali dan Jembatan Merah, taksi yang saya tumpangi berbelok ke arah kiri. Saya berjumpa dengan dinding-dinding tinggi bercat warna-warni bermenara pengawas. Saya melihat eks-Penjara Kalisosok untuk pertama kalinya! Setelah beberapa kali belokan, akhirnya saya sampai di House of Sampoerna atau HoS, ikon pariwisata utama di Surabaya bagian utara.
Sejatinya, rumah ini adalah pabrik rokok kretek merek Sampoerna yang masih beroperasi hingga saat ini. Puluhan tukang becak setia menunggu di depan rumah ini, menunggu para pekerja yang akan pulang dengan menggunakan jasa mereka. Oh yah, untuk wilayah utara ini, becak masih bebas beroperasi. Jadi, nggak heran, dimanapun kita berada akan melihat becak dan tentu saja, ditawari jasa oleh bapak-bapak tersebut.
Kompleks House of Sampoerna terdiri atas beberapa bangunan. Bangunan utama yang akan saya tuju adalah sebuah museum sejarah perkembangan rokok kretek merek Sampoerna di Indonesia. Bangunan yang mengapit di sisi kanannya adalah A Café dan galeri seni lukis. Bangunan paling ujung adalah pos keamanan. Menariknya, semua bangunan ini merupakan bangunan lama yang berdiri semenjak tahun 1858 (kurang lebih). Pada pos satpamnya sendiri tertulis angka romawi kuno : MDCCCLVIII. Silahkan anda terjemahkan sendiri, angka tersebut menunjukkan apa. Kalau bangunan utamanya, angka yang tertulis adalah 1932 Anno Domini. Sementara itu, galeri seni lukis dan A Café sendiri sedikit banyak merupakan campuran antara arsitektur Belanda dan Jawa. Mungkin waktu pembangunan tiap bangunan berbeda-beda kali yach? Sayangnya, saya nggak masuk ke A Café dan Galeri-nya karena keterbatasan waktu. Akhirnya, saya hanya sempat mengeksplorasi bangunan utamanya saja yang berfungsi sebagai museum utama saja. Yuk, ikut saya melihat-lihat ke bagian dalam!
Museum House of Sampoerna terletak di bangunan utama kompleks ini. Bangunan utamanya terlihat cukup jelas karena paling besar dan paling megah dibanding bangunan lainnya. Pilar-pilar besar dengan cap 234 di setiap pucuknya secara gamblang menggambarkan bangunan ini adalah bangunan Sampoerna. Tak hanya itu, di bagian pucuk bangunan terdapat nama Liem Seeng Tee, Bapak pendiri Grup Sampoerna. Di atasnya lagi terdapat tulisan dalam bahasa Belanda : N.V. Handel. MIJ Sampoerna Sigaretten Fabriek (bisa nebak lah yach artinya apa? Kurang lebih “Perusahaan Dagang Sampoerna, Pabrik Rokok”). Tak lupa, lambang tiga telapak tangan yang menunjuk dengan berpusat pada satu poros banyak tersebar di berbagai sudut bangunan ini. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 9 pagi hingga pukul 10 malam. Yang paling menarik dari semuanya, kunjungan ke museum ini gratis. Yak, anda tidak salah dengar. Gratis, tis, tis! Mau bolak balik 10x sehari juga gak masalah. Apakah dengan gratisnya tiket masuk lalu kondisi di dalamnya menyedihkan? Mari, kita masuki pintu besar yang berkaca patri ini.
Pertamanya, saya agak ragu juga. Katanya buka, koq pintunya tertutup sich? Namun gak lama kemudian ada sekelompok remaja yang masuk dengan cuek dan mendorong pintu besar tersebut begitu saja. Ooo…ternyata, hanya masuk saja, tidak perlu melakukan apapun. Ketika masuk pertama kali, kita akan disambut oleh dua orang pegawai museum Sampoerna (masih muda-muda) dengan senyum. Kolam air mancur kecil berisi sejumlah ikan koi tepat berada di tengah ruangan. Bangunan ini terbagi menjadi beberapa bagian. Hampir semuanya memang diperuntukkan untuk ruang pameran, namun bagian pertama ini (kalau saya simpulkan) kayaknya lebih cenderung ke arah pengenalan kepada siapa pribadi Liem Seeng Tee dan istrinya Siem Tjiang Nio. Di bagian ini terdapat peninggalan-peninggalan mereka seperti koleksi kebaya, keramik hingga warung pertama mereka. Masa-masa kedatangan Liem Seeng Tee dari Cina daratan menuju Asia Tenggara hingga berkarya di Surabaya dijabarkan di bagian ini.
Bagian kedua, agak masuk ke dalam, adalah ketika usaha yang mereka rintis mulai berkembang. Disini, terdapat sejumlah foto-foto anak dan kemenakan yang mereka percayai untuk mengelola perusahaan ini, lukisan dan sejumlah lemari besi tua. Pada bagian ini terdapat sebuah toilet unik (saking bagusnya) yang didekorasi dengan baik, terutama wallpaper toilet yang bercorak bungkus rokok Sampoerna. Toilet yang seperti ini yang membuat saya betah berlama-lama di toilet. Tentunya untuk foto-foto donk!
Bagian ketiga, adalah ketika usaha yang mereka rintis sudah sangat berhasil dan sudah besar. Di bagian ini, terdapat sejumlah karya bakti mereka kepada masyarakat seperti peralatan marching bands, warung rokok modern dan peta pendudukan bisnis Sampoerna dari Sabang hingga Merauke. Selain sejarah keluarga Sampoerna, di setiap bagian juga diletakkan mesin-mesin yang banyak digunakan untuk pemrosesan produk rokok, mulai dari mesin pengeringan, mesin pengepakan, percetakan kertas bungkus, laboratorium mini dan banyak lainnya. Suasana museum yang remang-remang dan agak sedikit berbau tembakau sedikit banyak membuat saya betah di tempat ini. Museum ini memang terkelola dengan baik dan bersih tentunya. Walaupun gratis, hal-hal yang ditampilkan dalam museum ini bukan ala kadarnya saja. Oh yah, anda boleh berfoto (kalau nggak yakin tanyakan dahulu) di seluruh wilayah museum lantai 1 saja. Anda boleh berfoto produk-produk mereka, peralatan, koleksi sejarah, foto maupun lukisan yang ada di dalam museum. Namun demikian, mereka melarang anda untuk berfoto di lantai 2. ada apa di lantai 2?
Saya mencoba naik ke lantai 2 dan tercengang menemukan pabrik pelintingan rokok tepat di depan mata saya. Pada bagian ini, ada sebuah kaca yang memisahkan saya dengan tempat para pekerja tersebut melinting rokok. Sayang, saya datang ketika para pekerja tersebut sudah pulang. Apabila mereka masih melinting, anda bisa melihat proses pekerjaan mereka melinting rokok. Jumlah alat lintingannya sendiri ada banyak sekali. Mungkin ratusan jumlahnya. Pastinya mengasyikkan melihat mereka melinting rokok. Sayang, kamera dilarang di bagian ini. Tentu ada sebabnya kali yach?
Selain atraksi melinting rokok, pada bagian ini juga terdapat sebuah stand penjualan produk-produk dari A store seperti kaos, tas, dan macam-macam lainnya. Harga jual di tempat ini sama saja seperti A store manapun yang anda jumpai di mall-mall. Perbedaannya, hanya mungkin pada koleksi di tempat ini yang lebih lengkap. Kalau sudah selesai, silahkan tinggalkan pesan dan kesan anda di buku tamu yang tersedia. Saya nggak mau ketinggalan donk untuk meninggalkan kesan-kesan saya akan tempat ini. Hehe..
Ini adalah salah satu museum ‘menarik’ yang terkelola dengan baik di Indonesia. Walaupun mengusung karya pribadi, namun menurut saya, museum ini penting karena mampu memperkenalkan kepada generasi muda akan sejarah rokok kretek di Surabaya dengan merek Sampoerna. Walau demikian, saya tetap anti rokok loch! Walaupun bau tembakau cukup menyenangkan (baunya sangat santer di dalam gedung) dan House of Sampoerna menjadi kunjungan wajib saat anda ke Surabaya, sebaiknya anda menjauh dari barang haram ini. Tidak ada bagus-bagusnya dilihat dari sisi manapun bagi kesehatan.
Oh yah, kalau anda lapar, anda boleh coba makan di A Café walaupun menurut saya menu makanan di tempat ini agak up-priced (setara dengan makanan mall-lah). Menu yang tersaji di tempat ini antara lain produk-produk makanan eropa seperti sosis, burger, sandwich, dan jenis kentang-kentangan dan pasta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Andai saya tahu ini sblm ke sby dl...(advanture )
ReplyDeleteternyata nggak banyak orang Surabaya tahu akan tempat ini jeung. saya saja sudah riset terlebih dahulu sebelum menentukan kesini. tanya-tanya orang hotel olympic aja pada nggak tau lokasinya HoS ini dimana. ayo, ke Suroboyo lagi wae...:D
ReplyDeleteIya,dl sih ke sby tujuannya cuma 1,mewujudkan cita2 anak liat bonbin...jd gak tahu tujuan lainnya...:) btw,ternyata itu situ patenggang ya foto yg plg atas???? Dulu pernah kesana jg...cuma gak tahu Namanya...hehe... Biasa,kalo diajak teman Hayo2 aja gak pernah nanya2 nama tmpnya...(advanture)
ReplyDeletehihihi....emang di Balikpapan kan juga ada bonbin toh? atau karena mau ke Prigen liat Taman Safari?
ReplyDeleteiya, itu Situ Patenggang, kalau urang sunda teh sebutnya Situ Patengan...hehehe...adanya di Bandung Selatan, bener gak Teteh Henny? wah...kumaha atuh teh, mosok ora ngertos jenenge opo...*loch koq jadi jawa...haha*
ralat MDCCCLVIII thu artiny dibangun thun 1858
ReplyDeletehehehe terima kasih atas masukannya :D
ReplyDeleteKISAH AKI,MINTANG;DULUNYA SAYA TIDAK PERCAYA YANG NAMANYA PERAMAL
ReplyDeleteTOGEL,TAPI SEKARANG SAYA PERCAYA AKAN ADANYA PERAMAL TOGEL,KARNA SAYA
SUDAH BUKTIKAN BAHWA TERNYATA ANKA RIKTUAL,AKI-MINTANG YANG DIBERIKAN
KEPADA SAYA BENAR-BENAR TEMBUS 1OO% DAN SAYA MENANG UANG TUNAI SEBANYAK
20juta,DAN AKHIRNYA DIBULAN INI SAYA SUDAH BISA MEMBAYAR HUTANG SAYA
5Juta,DAN 15Juta,SAYA JADIKAN MODAL USAHA,JADI BAGI ANDA YANG INGIN
SEPERTI KEBERUNTUNGAN SAYA,HUBUNGI AKI-MINTANG DI NOMOR [085 242 379
777].TERIMAH KASIH