Dari beberapa hotel/penginapan di Cemoro Lawang, hostel ini adalah hostel yang paling ramah sama kantung backpacker. Tercatat, saya menelepon 4 hotel berbeda di seputaran Cemoro Lawang dan hostel ini memang yang termurah. Satu hal lagi yang tidak bisa disediakan oleh hotel/hostel/penginapan lainnya adalah keramahan. Walaupun baru sekedar menelepon, Mbak Nita yang mengangkat telepon mau menjelaskan dengan detail tentang fasilitas kamar, rute trekking, objek wisata di sekeliling, paket hardtop dan segala detail yang perlu saya ketahui, termasuk angkutan dari Probolinggo ke Cemoro Lawang. Kondisi berbeda saya temui di hotel-hotel lain yang terkesan seadanya dalam menjawab pertanyaan, terburu-buru, dan bahkan diakhiri dengan kalimat “Pokoknya, bapak datang saja dahulu lah kesini” tanpa berkeinginan menjelaskan lebih detail tentang pertanyaan saya. Wow! Customer service macam apa ini?! Saya menemukan kelakuan seperti ini di banyak kota yang pernah saya kunjungi. Jangan harap wisatawan kategori first timer mau datang lagi, bahkan untuk pertama kalinya, Pak! Mereka lebih menghargai keramahan dan penjelasan yang bertanggung jawab walau sekiranya hal tersebut membuat kita merogoh kocek agak dalam. Tapi, seandainya orang sudah suka dengan pelayanan, harga mahal pun tak masalah. Rupiah dan Dollar bisa mengalir dengan mudah kalau anda menerapkan customer service yang baik. Di telepon saja sudah judes dan tidak informatif, bagaimana aslinya yach? Bisa saja hotel/penginapan yang mereka miliki jauh lebih bagus daripada Cafe Lava Hostel, misalnya. Namun, karena kelakuan mereka yang sangat buruk, saya bahkan nggak berminat melirik sedikit pun ke penginapan/hotel mereka. Terima kasih.
Jarak antara Ngadisari dan Cemoro Lawang tidak terlalu jauh sebenarnya. Sesampainya di Ngadisari, motor yang saya tumpangi hanya melaju sesaat lagi (sekitar 5-10 menit) untuk kemudian berhenti. Saya telah sampai di Cemoro Lawang. Cafe Lava Hostel tepat berada di jalur pendakian Bromo, kurang lebih beberapa ratus meter sebelum pintu gerbang Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Kedinginan, basah dan menggigil, saya memasuki Cafe Lava Hostel yang didominasi oleh kayu. Saya langsung menjumpai ruang makan yang dipenuhi oleh sejumlah wisatawan. Lagu “Beyonce – Halo” berkumandang di ruangan tersebut. Seorang mbak yang cantik dan manis langsung menyambut kami. Ia mempersilahkan kami untuk check in di resepsionis. Ternyata, mbak yang cantik, manis dan ramah ini adalah Mbak Nita, sang pengangkat telepon yang ramah dan menjelaskan hampir semua detail kepada saya. Orang aslinya ternyata lebih ramah lagi. Begitu saya menyebut bookingan atas nama saya, Mbak Nita langsung mengambil sebuah kunci dan dua buah payung. Ia meminta kami untuk meletakkan barang-barang dan membersihkan diri dahulu. Ia merasa kasihan dengan kami yang basah kuyub. Proses check in bisa dilakukan setelah kami selesai membersihkan diri, begitu katanya. Benar-benar kesan pertama yang baik! 10 dari 10 untuk Café Lava Hostel!
Payung tersebut ternyata digunakan untuk menuju ke kamar-kamar di hostel ini. Bangunan utama yang kami masuki tadi merupakan ruang utama yang berisi ruang staff, resepsionis, ruang makan dan bar. Kamar tamu terletak terpisah di belakang bangunan utama dan menyebar. Mbak Nita menunjukkan kamar yang sedianya telah kami book. Kamar ekonomis yang seharga Rp. 120.000 itu berada tidak jauh dari pendopo utama, hanya saja tidak memiliki kamar mandi dalam, tidak ada air panas, dan tidak ada sarapan pagi. Waduh. Dalam suasana dingin begini kayaknya lebih baik merubah keputusan saya dech. Akhirnya, setelah perundingan singkat, kami sepakat meminta kamar yang setingkat di atas kamar ekonomis yakni kamar standard. Kamar ini seharga Rp. 240.000 namun fasilitas yang didapat jauh berbeda. Kamar standard memiliki kamar mandi dalam, saluran tv satelit, air panas, dan sarapan pagi. Rasanya, untuk penambahan harga demikian, sangat layak dilakukan daripada bengong di kamar ekonomi tanpa fasilitas apapun. Kamar standard berada di bagian bawah taman, agak ujung. Ada lagi satu jenis kamar yang paling tinggi yakni Superior, dengan harga Rp. 300.000. kamar ini berukuran lebih besar daripada Standard. Lokasi kamar ini berseberangan dengan kamar ekonomi.
Cafe Lava Hostel ini bersaudara dengan Lava View Hotel yang terletak 700 meter masuk ke dalam Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Perbedaan keduanya terletak pada segi harga, fasilitas dan pemandangan. Pemandangan yang menyambut kita di Lava View Hotel adalah pemandangan langsung ke arah Gunung Bromo, Batok dan Semeru beserta lautan pasirnya. Sementara itu, di Cafe Lava Hostel, pemandangan yang terlihat palingan sebatas atap rumah. Ada sebuah gunung yang terlihat dari hostel namun jelas-jelas itu bukan Gunung Bromo, hanya gunung biasa saja. Namanya juga hotel, pelayanannya juga berbeda dengan hostel donk. Sarapan pagi di hotel berupa buffet breakfast, kemudian ada fasilitas coffee or tea maker dan bathtub. Sudah jelas donk harga memang menentukan apa yang kita dapat. Namun, buat saya, hostel sudah lebih dari cukup. Pelayanannya yang oke dan fasilitas yang sudah mumpuni, membuat saya betah di hostel.
Kasur yang saya tempati ternyata bersih, memiliki 3 lapis selimut, dari yang tipis hingga yang quilt tebal. Televisi yang dipajang di kamar berukuran 14”, hanya mampu menangkap beberapa siaran saja namun cukup oke. Kamar mandinya memiliki pemanas dan bisa dikucurkan dalam bentuk shower. Kamar yang sangat bernuansa kayu tersebut pastinya cukup nyaman. Kalau tubuh anda belum hangat, segeralah datang ke ruang makan karena anda akan diberikan segelas wedang jahe sebagai welcome drink. Kurang apalagi coba? Di sekitar Cafe Lava Hostel terdapat warung makanan dan toko baju hangat serta warung kelontong. Apapun yang ingin anda beli, mudah dicari disini. Kalau anda malas keluar, Cafe Lava Hostel sebenarnya juga menyediakan makanan dengan standard harga café yakni Rp. 20.000 – Rp. 80.000. Kalau mau yang lebih murah, coba dech jalan-jalan aja keluar, cari menu yang kira-kira menarik, mulai dari indomie rebus sampai sate.
Atraksi utama Gunung Bromo sebenarnya adalah matahari terbitnya. Nggak heran, para turis berduyun-duyun ingin melihat matahari terbit di Bromo. Nah, paket wisata sunrise di Bromo dijual dengan harga Rp. 350.000/mobil hardtop atau Rp. 85.000/orang jika digabung dengan peserta lain minimal 2 orang. Cafe Lava Hostel bisa membantu anda untuk membooking hardtop yang akan menuju ke atas. Bookinglah pada sore hari saat sang supir sudah terjaga dari tidurnya, jadi anda bisa bertanya-tanya langsung. Anda akan dibangunkan pada pukul 4 esok harinya untuk melihat sunrise di Gunung Bromo. Paket ini akan dilanjutkan hingga lautan pasir dan mendaki Gunung Bromo. Tepat pada pukul 9, anda akan dikembalikan ke hostel untuk menikmati sarapan pagi. Untuk yang pertama kali ke Bromo, tampaknya harus mencoba sensasi ini walau kemudian sensasi ini agak berkurang kalau anda sudah berkali-kali datang ke tempat ini. Nah, untuk para wisatawan yang nekad mencapai Cemoro Lawang untuk menginap, Cafe Lava Hostel boleh banget nich dicoba. Ada perbedaan harga pada saat low season, high season, dan peak season yah. Agar lebih jelas, coba hubungi Cafe Lava Hostel di Desa Cemoro Lawang (saking kecilnya, nggak pakai nama jalan), Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur telp (0335)541020.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
kesampean juga di hostel itu ya? terakhir saya datang pas desember, harga2 lagi mahal. akhirnya dapat penginapan seadanya aja,not bad lah buat numpang tidur :)
ReplyDeleteoya? harganya melonjak jauh yah? hmm...beberapa tempat lain yang aku telepon itu ya kayak gitu dech, kayak pelit info...hehehe...akhirnya, pilihan jatuh ke Hostel ini :)
ReplyDeletePostingan yang menarik... sangat bermanfaat bagi mereka yang sedang mencari info tentang alternatif pilihan sebuah tempat liburan... Salam kenal Mas Lomar Dasika
ReplyDelete