Malam sudah semakin larut di Cemoro Lawang. Seusai menikmati jalan-jalan sore di seputaran Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (dingin dan indah banget ternyata di tempat ini!), kami pun lapar dan terperangkap senja. Saat itu adalah musim penghujan sehingga Cemoro Lawang baru saja selesai dibasahi. Jalanan yang basah, pohon-pohon yang masih berair ditambah dengan lampu jalanan yang baru saja menyala menambah indah Cemoro Lawang. Petang itu, suhu di Cemoro Lawang sudah cukup dingin menurut ukuran saya. Walaupun masih nekad keluar berkeliling dengan kaos pendek dan celana sedengkul, tapi saya berencana untuk menggunakan baju yang lebih tebal lagi untuk tidur. Padahal, suhu petang itu hanya sekitar 15 derajat celcius saja minimal. Tidak terlalu dingin dibandingkan suhu petang atau dini hari pada saat pertengahan tahun saat musim kemarau. Waduh, suhu begini saja sudah merasuk sampai ke tulang sumsum loch! Bagaimana nanti kalau mencapai 0 derajat atau bahkan minus di musim kemarau ya? Nggak bisa kebayang sama sekali dech.
Cafe Lava Hostel sebenarnya memiliki restoran yang bisa diandalkan untuk makan malam. Namun, menu makan malam di hostel ini cenderung bercitarasa internasional seperti salad dan pasta. Wah, saya mau cari yang khas Bromo donk! Hm...apa yach? Iseng-iseng saya berkelilinglah mencari rumah makan di seputaran Cemoro Lawang. Sebenarnya, rumah makan sich berjejer yach dari pintu masuk taman nasional hingga menjauh ke arah pintu masuk desa. Aneka makanan pun disajikan mulai dari nasi goreng, mie goreng, ayam goreng, sate...hmm....itu kan makanan yang bisa sehari-hari didapatkan? Kalau mau makan sesuatu yang agak berbau Bromo, dimana yach?
Cari punya cari, ternyata tidak semua rumah makan yang memajang plang nama dan daftar menu buka. Mungkin juga sich mereka buka yach tapi koq dari depan tidak tampak buka yach? Malahan, kesan yang tampak dari depan adalah rumah makan tersebut tutup dan tidak berpenghuni. Nah loch! Malam pun semakin larut dan kami tidak memiliki banyak pilihan lagi. Suatu ketika, ketika melewati Warung Tante Tolly, tiba-tiba saja saya terpikir “Indomie rebus hangat pakai telur kayaknya enak banget nich”. Sudah, tidak pakai pikir-pikir lagi, segera saja saya memasuki warung tersebut yang sebenarnya juga menjual aneka masakan seperti nasi gulai, nasi rames, nasi campur, aneka sate, dan lalapan. Aneh, setampah besar pisang goreng dan tahu goreng tampak berserakan di salah satu meja, dialasi tampah, di bagian depan warung. Tampak jelas sekali pisang dan tahu goreng tersebut sudah cukup lama digoreng dan sekarang sudah membatu kedinginan (gorengnya pagi kali yach?). Buset, saya sampai nggak pengen makan pisang goreng gara-gara ngelihat itu. Padahal, pisang goreng sama kopi di malam yang dingin begini kayaknya enak banget yach Hihi.... Belum lagi ketika saya melihat minyak bekas menggoreng yang sudah memucat berwarna keputihan dan membeku di atas wajan. Hm....sedingin itukah suhu sore ini sampai bisa membekukan minyak goreng?
Sesuai dengan keinginan awal, saya tetap memesan indomie rebus hangat dengan telur di atasnya. Saya nggak kepikiran untuk mencoba menu lain karena tampaknya warung Tante Tolly ini tidak siap menyajikan makanan lain di kala musim non-kunjungan wisata. Tidak ada makanan yang dipajang (atau apakah semua makanan dimasak segar?). Beberapa menu yang saya tanya juga tidak tersedia di tempat ini. Bisa jadi, ini berkaitan dengan musim non-kunjungan wisata. Malam itu, hanya saya dan teman saya yang makan di tempat itu. Sepi. Saya nggak bisa membayangkan bagaimana ramainya tempat ini di kala musim liburan. Sebab, pada musim non-kunjungan wisata seperti ini, deretan botol-botol minuman tersebut agak berselimutkan debu. Terlihat menyedihkan yach? Sebenarnya, walaupun bukan musim kunjungan, setiap harinya hampir dipastikan akan selalu ada wisatawan asing atau lokal yang datang berkunjung di Bromo. Apakah mereka makan di warung atau memesan menu di hotel, itu persoalan lain.
Untunglah, indomie rebus memang teman yang baik di kala dingin. Semangkuk indomie hangat dipadu dengan telur ceplok rebus di Warung Tante Tolly pas banget pada malam ini. Semangkuk indomie ini dihargai Rp. 8.000 saja. Untuk pelengkap, pesanlah teh manis hangat yang makin membuat tubuh anda hangat. Saya makan dengan cepat agar bisa segera kembali ke hostel dan tidur. Demi esok pagi yang dinanti. Sunrise!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bromo Tanjung Pondok Pertanian
ReplyDeleteDalam rangka Memperkenalkan " Tengger-Bromo" dr segala aspek, dengan
ini kami buka pondok pertanian tanjung-tosari unt umum, dng hanya
membayar 'sukarela' (tanpa tarif)
Pondok pertaniaan tanjung
terletak di dukuh: Tanjung rt.03. rw.03.(KM 99) desa: Baledono. kec:
Tosari. kab: Pasuruan Ja-Tim. (Km. 99. dari Surabaya)
Akses menuju
pondok pertanian tanjung: dari 'Pasuruan' ambil arah malang smp di
'Warungdowo' (-+ 5km) belok kiri smp 'Ranggeh' belok kanan menuju
'Pasrepan' >>> 'Puspo' >>> melewati hutan2 mahoni dan
pinus smp dukuh 'Jonggo" >>> melewati hutan pinus smp ketemu
rumah pertama lansung belok kiri turun kebawah, ” Podok Pertanian
Tanjung” terletak di sebelah kiri jalan dr pasuruan di Km.99 . Kurang
lebih 7 km sebelum kec: Tosari.
@.kamar los + 2 km mandi luar
kapst: 8 s/d 16 orang, cukup memasukan dana "sukarela" ke kotak dana
perawatan pondok pertanian. (tanpa tarif)
@.kamar utama + km mandi dalam + perapian, kapst: 2 s/d 4 orang. Rp.150.000,- /malam
*.fasilitas:.dapur,. kulkas,. ruang makan,. teras (4 x 12 m),. halaman api unggun,. tempat parkir unt 6 mobil,. kebun sayur.
*.bisa masak sendiri dng menganti LPJ dsb..Rp.30.000,-
* dimasakkan prasmanan Rp.20.000,- 1x.makan. ( nego)
# untuk informasi hub per sms/tlp: 081249244733 - 085608326673 ( Elie –
Sulis ) 081553258296 (Dudick). 0343-571144 (pondok pertanian).
# Informasi di Facebook dengan nama : Bromo Tanjung Pondok Pertanian