Maka, mulailah penjelajahan saya memasuki Kompleks Candi Gedong Songo. Seusai membeli tiket, saya mulai memasuki gapura kompleks. Saya menemukan banyak arca maupun relief yang sedikit banyak mengingatkan saya akan Borobudur. Bentuk-bentuk seperti hewan yang sedang menganga dan memperlihatkan deretan giginya terdapat di tempat ini. Padahal, Borobudur kan candi Buddha yach? Sementara, Gedong Songo adalah candi Hindu. Apakah ini bentuk akulturasi kedua kebudayaan pada jaman dahulu? Saya berjalan masuk terus tanpa serius memikirkan jawabannya.
Di area masuk, banyak terdapat warung makan lesehan maupun warung makan biasa. Berhubung masih pagi, rumah makan tersebut rata-rata belum buka. Nggak kenapa, toh saya juga belum lapar koq. Saya kembali meneruskan perjalanan saya dan menemukan papan informasi Kompleks Gedong Songo dan papan tarif sewa kuda. Segera, salah seorang bapak yang berjenggot lebat mendatangi saya sambil tersenyum lebar. Ia menawarkan jasa persewaan kudanya yang ternyata banyak sekali. Kuda-kuda tersebut ditempatkan dalam sebuah kandang yang lebar. Tarif persewaan kuda sekitar Rp. 25.000 hingga Rp. 50.000 untuk wisatawan lokal dan Rp. 35.000 hingga Rp. 70.000 untuk wisatawan mancanegara. Daftar lengkap harga persewaan kuda di tempat ini yakni : (Harga lokal/Harga mancanegara)
1. Wisata desa keliling dengan kuda (Rp. 25.000/Rp.35.000)
2. Ke Candi II (Rp. 30.000/Rp. 40.000)
3. Ke Candi III (Rp. 35.000/Rp. 50.000)
4. Ke Air Panas (Rp. 40.000/Rp. 60.000)
5. Paket Lengkap Candi (Rp. 50.000/Rp.70.000)
Seperti yang anda lihat, dari atas ke bawah, tarifnya semakin naik. Artinya, jarak tempuh dari atas ke bawah semakin jauh. Yang terjauh tentu saja paket lengkap candi yang memutari seluruh kompleks termasuk Candi IV dan Candi V. Seluruh rute candi yang berada di tempat ini semuanya sejalur. Untuk mencapai Candi III, misalnya, anda harus melewati Candi I dan Candi II terlebih dahulu. Untuk mencapai air panas, anda harus melewati Candi I, Candi II dan Candi III terlebih dahulu.
Sayang, saya lebih tertarik berwisata dengan berjalan kaki lantaran ingin menikmati waktu sebebas-bebasnya. Kalau ambil paket kuda, biasanya sich nggak bebas yach. Lagipula, kalau terlalu bebas, kasihan si bapak juga, masak seharian hanya menemani saya? Nggak dapat jatah dari pengunjung lain donk? Oleh karena itu, saya tolak dengan halus tawaran bapak tersebut. Walaupun saya mendengar nada kecewa dalam suaranya, namun saya sangat menghargai si bapak lantaran tidak memaksa-maksa saya lebih lanjut untuk menyewa kudanya. Oh yah, dalam setiap persewaan kuda, kita akan didampingi oleh seorang juru pandu kuda yang juga berfungsi sebagai pemandu wisata. Jadi, kita nggak dibiarkan naik kuda sendirian koq. Tenang dech. Hehehe.
Dalam perjalanan menuju Candi I, kita akan menjumpai deretan tanaman-tanaman cantik, kebun bunga dan sebuah pelataran dengan hisan candi di belakangnya. Khusus candi hiasan ini, ini bukanlah bagian dari candi-candi di area Gedong Songo, melainkan candi buatan sebagai pintu gerbang pelataran. Pelataran ini tampaknya digunakan untuk pertunjukkan atau pagelaran tertentu.Hal ini tampak dari bentuk pelataran yang memang menyerupai panggung tempat pentas. Dari titik ini, deretan gunung-gunung berwarna biru terlihat di kejauhan. Area ini juga dilengkapi dengan dinding panjat untuk keperluan olahraga panjat tebing. Cukup komplit juga sebenarnya.
Nah, di belakang pelataran tadi, disinilah Candi I berada. Candi ini memiliki undakan puncak menara sebanyak 2 buah. Bentuk candi ini hampir kubus dan memiliki satu buah pintu. Tampak ruangan di dalam Candi I yang biasanya berisi arca namun sayangnya, seperti halnya banyak candi-candi di Indonesia, tidak ada tanda-tanda keberadaan arca di dalam candi ini. Relief tampak di beberapa bagian candi. Di puncak candi sendiri terdapat sebuah jarum penangkal petir. Mungkin posisinya yang tinggi dan runcing membuatnya kerap tersambar petir kali yach? Di kompleks Candi I ini, saya hanya melihat satu buah bangunan yang berdiri tegak. Ada sejumlah sudut di kompleks ini yang berisi reruntuhan batu candi tanpa terlihat tanda-tanda keberadaan candi. Mungkin di sejumlah titik ini, pernah berdiri candi-candi yang melengkapi bangunan yang masih berdiri tegak disini.
Candi I ini terletak tidak terlalu jauh dari pintu masuk utama kompleks. Tidak ada gunanya kalau anda memasuki kompleks Candi Gedong Songo ini hanya untuk mencapai Candi I saja. Perjuangan cukup berat mulai terasa ketika anda mencapai Candi II dan candi-candi seterusnya. Ayo, teruskan perjalanan anda hingga ke puncak bukit. Jangan kuatir, saya temani!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
akhirnya ke candi songo karena desperate radang tenggorokan ga sembuh2 jadi mesti cari tempat istirahat. lagi di jogja tancap aku ke sana. di candi songo, hanya beberapa saat (dalam hitungan jam) radang udah hilang ga tau kemana. rekomen deh sebagai tempat pemulihan
ReplyDeleteiyaaaaa....biasanya tenggorokan dan saluran pernafasan kita tuh kotor karena udara kota besar. secara ajaib, kalau ke tempat seperti ini, entah penyakit itu hilang kemana. hihihi
ReplyDeletetapi, ada temanku tuh yang rugi bener deh. di kota besar dia baik baik saja. tapi pas masuk alam pegunungan, hidungnya malah meler. weleh weleh, malah terbiasa sama udara kotor kayaknya.hehehe
Terima kasih atas info wisata yang ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saya menikmati sekali info-info yang Anda tulis. Teruskan hal yang baik ini, dan...semangat!
ReplyDeleteHehehehe terima kasih banyak atas kunjungan dan pujiannya. Ah sayajd terharu hehehe.datang kembali yaaaa....
ReplyDelete