Waktu yang tersisa untuk saya masih banyak di Karimunjawa. Setelah hari kedua dihabiskan dengan menjelajah lautan dan mencicipi air di Karimunjawa, sekarang, hari ketiga, saatnya untuk mencicipi tanah Karimunjawa. Saatnya daratan!
Nggak banyak rupanya wisatawan yang berpikir seperti saya. Jalur terbalik tampaknya kurang menarik minat mereka atau tidak terlalu dipromosikan oleh Pemerintah Lokal Karimunjawa. Kebanyakan, saya rasa kebanyakan orang dan termasuk juga anda yang membaca postingan ini umumnya berpikir bahwa Karimunjawa adalah laut, pantai dan menyelam. Banyak wisatawan yang saya temui di Karimunjawa yang merencakan perjalanan mereka dengan jadwal hari ke hari : menyelam, naik perahu, snorkeling, bermalas-malasan di pantai. Saya sendiri, mungkin sudah pernah dikatakan sebelumnya, adalah orang tipe ‘gunung’. Saya lebih memilih wisata gunung dibanding lautan. Oleh karena itu, menyelam dan bersnorkeling ria dari hari ke hari tidak terlalu menarik minat saya. Saya menjadwalkan hari kedua saya di Karimunjawa untuk menjelajahi lautan dan hari ketiganya untuk daratan. Ternyata, walaupun tidak terlalu digembar-gemborkan, wisata daratan di Karimunjawa memiliki beberapa sisi menarik yang boleh banget untuk dieksplorasi.
Kepulauan Karimunjawa dengan 27 buah pulaunya sebenarnya hanya 2 buah pulau utamanya saja yang mudah untuk dieksplorasi. Jalan aspal sepanjang 22 KM membentang dari Kota Karimunjawa di selatan hingga Dermaga Legonbajak di utara. Hampir tidak ada percabangan berarti selain percabangan gang-gang kecil yang menuju ke pantai yang berada di kanan atau kiri jalan. Kondisinya agak berbeda di Pulau Kemujan dimana percabangan lebih banyak karena banyak didominasi oleh perkampungan penduduk yang agak menyebar. Namun ngga usah kuatir, jalan utama tetap berukuran besar dan arah jalan mudah untuk ditelusuri. Kalau bingung, tinggal tanya orang saja (perkampungan penduduk menyebar di selatan dan utara Karimunjawa – wilayah tengah didominasi hutan bakau).
Karimunjawa, sejatinya adalah sisa dari gunung berapi purba. Jangan kuatir, sekarang statusnya sudah tidak aktif. Kedua bukti yang menjulang tinggi di Karimunjawa adalah Bukit Gajah dan Bukit Bendera. Rimbunnya perbukitan di kedua pulau ini cukup membuat tenang ya? Hehehe. Artinya, gunung berapinya sudah tidak aktif sejak lama. Namun, sangat tidak disarankan untuk keluar dari jalur jalan raya yang sudah ada dan nekat mendaki perbukitan Gajah dan Bendera ya. Kata warga lokal, perbukitan di sekitar Karimunjawa banyak terdapat ular berbisa. Kalau memang iseng, nggak berpengalaman dan nekat, sebaiknya anda tidak mencoba. Konsultasikan dahulu dengan penduduk setempat dan mempersiapkan diri dengan sebaiknya kalau ingin mendaki. Saya juga nggak yakin ada yang pernah mendaki perbukitan ini dikarenakan masih sangat rimbunnya hutan di sekitar perbukitan. Rerimbunan dan kontur naik turun akan lebih banyak teman-teman temukan di Pulau besar Karimunjawa. Di Pulau Kemujan, konturnya lebih datar dan bukit tinggi sudah tidak ada lagi. Tinggi maksimal dari perbukitan yang ada di tempat ini adalah 506 meter. Namun, jalanan yang dilalui bukan berada pada ketinggian tersebut. Jalan raya terletak sekitar 100-200 meter dari permukaan laut. Jadi, buat temen-temen yang mendambakan suasana adem dan sejuk khas pegunungan, jangan terlalu berharap ya. Gunakan baju santai yang bisa menyerap keringat saja namun cukup untuk menahan terpaan angin. Teman-teman ceritanya naik motor khan?
Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan adalah dua pulau utama yang terpisah namun dihubungkan oleh sebuah jembatan tepat di tengah-tengah pulau. Di antara kedua pulau ini dirimbuni dengan hutan bakau. Sejauh mata memandang, hanya ada bakau, bakau dan bakau saja. Agak seram sich kayaknya kalau malam hari yah. Sebaiknya sih memang nggak terjebak malam atau terkena masalah di area ini. Sekitar beberapa kilometer dari 22 KM yang teman-teman tempuh merupakan wilayah bakau. Objek wisata yang mungkin menarik perhatian antara lain Tanjung Gelam, Pantai Duyung, Bandara Dewadaru, Makam Sunan Nyamplungan, Kampung Bugis dan Kampung Jawa, Hutan Bakau dan Bukit Gajah serta Bukit Bendera. Nah, sebelum memulai perjalanan (dengan motor pastinya), pastikan bahwa bahan bakar motor anda terisi penuh. Agak sukar mencari (tidak ada stasiun pengisian bahan bakar disini) penjual bahan bakar di tengah-tengah perjalanan. Penjual bahan bakar paling mudah ditemukan di Kota Karimunjawa, ujung selatan pulau dan Kota Kemujan, bagian utara pulau. Kalau sampai tengah-tengah pulau sich, jangan harap ada yang menjual bahan bakar dech. Hehehe.
Nggak banyak rupanya wisatawan yang berpikir seperti saya. Jalur terbalik tampaknya kurang menarik minat mereka atau tidak terlalu dipromosikan oleh Pemerintah Lokal Karimunjawa. Kebanyakan, saya rasa kebanyakan orang dan termasuk juga anda yang membaca postingan ini umumnya berpikir bahwa Karimunjawa adalah laut, pantai dan menyelam. Banyak wisatawan yang saya temui di Karimunjawa yang merencakan perjalanan mereka dengan jadwal hari ke hari : menyelam, naik perahu, snorkeling, bermalas-malasan di pantai. Saya sendiri, mungkin sudah pernah dikatakan sebelumnya, adalah orang tipe ‘gunung’. Saya lebih memilih wisata gunung dibanding lautan. Oleh karena itu, menyelam dan bersnorkeling ria dari hari ke hari tidak terlalu menarik minat saya. Saya menjadwalkan hari kedua saya di Karimunjawa untuk menjelajahi lautan dan hari ketiganya untuk daratan. Ternyata, walaupun tidak terlalu digembar-gemborkan, wisata daratan di Karimunjawa memiliki beberapa sisi menarik yang boleh banget untuk dieksplorasi.
Kepulauan Karimunjawa dengan 27 buah pulaunya sebenarnya hanya 2 buah pulau utamanya saja yang mudah untuk dieksplorasi. Jalan aspal sepanjang 22 KM membentang dari Kota Karimunjawa di selatan hingga Dermaga Legonbajak di utara. Hampir tidak ada percabangan berarti selain percabangan gang-gang kecil yang menuju ke pantai yang berada di kanan atau kiri jalan. Kondisinya agak berbeda di Pulau Kemujan dimana percabangan lebih banyak karena banyak didominasi oleh perkampungan penduduk yang agak menyebar. Namun ngga usah kuatir, jalan utama tetap berukuran besar dan arah jalan mudah untuk ditelusuri. Kalau bingung, tinggal tanya orang saja (perkampungan penduduk menyebar di selatan dan utara Karimunjawa – wilayah tengah didominasi hutan bakau).
Karimunjawa, sejatinya adalah sisa dari gunung berapi purba. Jangan kuatir, sekarang statusnya sudah tidak aktif. Kedua bukti yang menjulang tinggi di Karimunjawa adalah Bukit Gajah dan Bukit Bendera. Rimbunnya perbukitan di kedua pulau ini cukup membuat tenang ya? Hehehe. Artinya, gunung berapinya sudah tidak aktif sejak lama. Namun, sangat tidak disarankan untuk keluar dari jalur jalan raya yang sudah ada dan nekat mendaki perbukitan Gajah dan Bendera ya. Kata warga lokal, perbukitan di sekitar Karimunjawa banyak terdapat ular berbisa. Kalau memang iseng, nggak berpengalaman dan nekat, sebaiknya anda tidak mencoba. Konsultasikan dahulu dengan penduduk setempat dan mempersiapkan diri dengan sebaiknya kalau ingin mendaki. Saya juga nggak yakin ada yang pernah mendaki perbukitan ini dikarenakan masih sangat rimbunnya hutan di sekitar perbukitan. Rerimbunan dan kontur naik turun akan lebih banyak teman-teman temukan di Pulau besar Karimunjawa. Di Pulau Kemujan, konturnya lebih datar dan bukit tinggi sudah tidak ada lagi. Tinggi maksimal dari perbukitan yang ada di tempat ini adalah 506 meter. Namun, jalanan yang dilalui bukan berada pada ketinggian tersebut. Jalan raya terletak sekitar 100-200 meter dari permukaan laut. Jadi, buat temen-temen yang mendambakan suasana adem dan sejuk khas pegunungan, jangan terlalu berharap ya. Gunakan baju santai yang bisa menyerap keringat saja namun cukup untuk menahan terpaan angin. Teman-teman ceritanya naik motor khan?
Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan adalah dua pulau utama yang terpisah namun dihubungkan oleh sebuah jembatan tepat di tengah-tengah pulau. Di antara kedua pulau ini dirimbuni dengan hutan bakau. Sejauh mata memandang, hanya ada bakau, bakau dan bakau saja. Agak seram sich kayaknya kalau malam hari yah. Sebaiknya sih memang nggak terjebak malam atau terkena masalah di area ini. Sekitar beberapa kilometer dari 22 KM yang teman-teman tempuh merupakan wilayah bakau. Objek wisata yang mungkin menarik perhatian antara lain Tanjung Gelam, Pantai Duyung, Bandara Dewadaru, Makam Sunan Nyamplungan, Kampung Bugis dan Kampung Jawa, Hutan Bakau dan Bukit Gajah serta Bukit Bendera. Nah, sebelum memulai perjalanan (dengan motor pastinya), pastikan bahwa bahan bakar motor anda terisi penuh. Agak sukar mencari (tidak ada stasiun pengisian bahan bakar disini) penjual bahan bakar di tengah-tengah perjalanan. Penjual bahan bakar paling mudah ditemukan di Kota Karimunjawa, ujung selatan pulau dan Kota Kemujan, bagian utara pulau. Kalau sampai tengah-tengah pulau sich, jangan harap ada yang menjual bahan bakar dech. Hehehe.
ada rental motor juga mas di karimunjawa? berapa tuh harga sewanya? kalo ada rental sepeda kayaknya lebih enak gowes-gowes.. hehe
ReplyDeleteupssss...saya lupa kasih infonya Mas. Iya, rental motornya tersedia di Wisma Wisata. Harga sewanya Rp. 75.000 tanpa bensin *yaaa...bensinnya ada dikid deh...hehehe*
ReplyDeleteSepeda sih oke juga, tapi kayaknya nda bisa jauh-jauh Mas, palingan di dalam kota saja. Begitu keluar Kota Karimunjawa, jalanannya langsung perbukitan. Kalau di Kemujan sih landai dan hampir rata, tapi di Karimunjawa lumayan bikin pegel. hehehe
hmmm.. untuk bensinnya apakah harganya sama dengan harga bensin di pulau jawa? beli bensin eceran atau ada spbu nih? :D
ReplyDelete