Ini yang bikin saya gak karu-karuan sepanjang malam. Kenapa bisa ketinggalan benda sepenting itu di tempat yang jauh pula? Nggak masalah sich kalau lokasinya dekat. Masalahnya, Rantepao dan Makassar harus ditempuh dalam 10 jam perjalanan, 300an kilometer bok! Haruskah saya mengulangi perjalanan serupa demi mendapatkan KTP saya kembali? Rusak donk rencana perjalanan saya untuk besok dan besoknya lagi? Bukan sekedar masalah jauh saja. Ketidaknyamanan yang saya alami (asap rokok, panas, perasaan mual dan ingin muntah karena jalan berliku) sudah membuat saya mengelepar duluan bahkan sebelum sempat memikirkan rencana tersebut akan direalisasikan.
Saya mencoba untuk tenang dan berpikir jernih. Tampaknya yang pertama kali harus saya lakukan adalah menelepon Wisma Maria I. Saya mencoba dalam beberapa kali kesempatan dan pada kesekian kesempatan, telepon diangkat oleh pegawai hotel yang bernama Markus (saya masih ingat wajahnya). Saya mencoba meminta pertolongan beliau untuk membantu mencarikan KTP saya, yang check out tadi pagi. Ia meminta waktu sejenak dan syukur Puji Tuhan, KTP saya ada disana. Permasalahan berikutnya adalah bagaimana mengambil KTP tersebut? Dalam kebingungan, Markus memberikan solusi jitu yakni paket pengantaran barang. Ternyata, bus-bus yang melayani rute Rantepao-Makassar melayani pengantaran barang juga! Lokasi penurunan barang bisa dilakukan di terminal bus atau kantor perwakilan mereka. Untung, saya baru tiba di Makassar pada pukul 7 malam. Masih ada waktu bagi Markus untuk mengirimkan barang saya melalui perwakilan bus Litha yang akan berangkat pukul 10 malam ini. Markus menawarkan solusi itu dengan cepat dan segera meminta ijin untuk mengirimkan KTP saya ke kantor perwakilan Litha yang terdekat. Ia sempat meminta maaf karena ia merasa ini adalah kesalahannya. Namun saya juga balik meminta maaf karena telah menimbulkan kerepotan ini. Saya juga yang tidak mengingat KTP saya pada saat check in. Ini benar-benar pelajaran berharga buat saya.
Pengiriman barang ternyata dikenakan biaya Rp. 15.000 untuk sekali jalan. Markus sempat tidak mau dibayar karena ia tetap bersikukuh ini kesalahan dari pihaknya dan Hotel Maria yang tidak mengingatkan. Namun, karena sudah membuat sedikit ‘kegaduhan’ dan kerepotan, maka saya pun tetap menawarkan untuk mengganti biaya tersebut. Haha...untungnya, semua berjalan baik dan saya bisa tidur tenang malam ini, walau tanpa KTP. Harus saya akui, sedikit banyak saya beruntung bisa menginap di Wisma Permata yang kebetulan tidak mengharuskan saya membawa KTP untuk menginap. Urusan esok pagi tinggallah mengambil KTP saya di kantor perwakilan Litha di Tello atau Gunung Lompobatang. Untung lokasinya nggak jauh-jauh amat (jujur, Tello terletak cukup jauh dari pusat kota, jadi saya memilih KTP diantarkan ke Gunung Lompobatang agar saya bisa melanjutkan perjalanan ke selatan, ke Bulukumba dalam satu kali jalan). Kiranya, bisa menjadi pelajaran untuk saya dan siapapun bahwa terkadang, hotel pun bisa saja melakukan kesilapan dengan tidak mengingatkan tamu akan KTP-nya pada saat check out. Saya sangat bersyukur, ini masih terjadi ketika saya di Makassar dan masih memiliki beberapa hari liburan, bukan pada saat saya akan terbang kembali ke kota lain dimana KTP dibutuhkan mutlak untuk melakukan check in. Fiuhhh....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
salam kenal aja deh :D
ReplyDeleteKalau pengalaman beta sedikit beda. Waktu itu menginap di bali, KTP ditinggal di resepsionis hotel di Kuta. Pas jalan-jalan di sepanjang pantai Seminyak, tiba-tiba di depan ada segerombolan orang. Pas udah dekat mereka menghampiri saya. Ternyata pecalang bok! RAZIA PENDATANG HARAM!!! Karena apes bener gak ada identitas lain, terpaksalah saya dibawa ke banjar terdekat. Setelah diinterogasi dan mereka telpon ke hotel, baru deh saya dilepaskan. Untungnya mereka sopan. Hehehe. Kapok deh jalan2 di Bali tanpa KTP!
ReplyDeletesalam kenal tuk OpenIdea!
ReplyDeleteBro, ini hal yang jadi kekhawatiran saya kalau berjalan2 di area tapi KTP dititipkan ke resepsionis loch. saya bahkan pernah tanya, aman gak pak kalau jalan2 tanpa KTP? *takut dirazia* hahaha....fiuh, ternyata ngana sudah mengalaminya lebih dahulu. Untung sopan dan masalah bisa clear dengan penjelasan dari hotel yah...hehehe...mungkin laen kali bawa SIM aja kali ya Bro :)
Wah, KTP tertinggal tak kalah menegangkan juga ya..
ReplyDeleteJl. Gunung Lompo Battang (perut besar) yang disebut, mungkin maksudnya Jl. G Merapi (lokasi perwakilan Bus Litha) tapi emang dekat sana dua jalan ini bertemu, heheheh
salam
hghah ayo berenang untuk mengambil KTP na heheh
ReplyDeleteblogwalking berkunjung dan ditunggu kunjungan baliknya
salam blogger
maksih
:D
saya gak pernah bawa KTp kemana2 iwq hikz hikz,,,
ReplyDeleteblogwalking
@Om Stepanus :
ReplyDeleteTerlalu menegangkan, Om. hehe...nggak lagi lagi dech. Thanks buat infonya yach Om...iya saya baru sadar, kayaknya saya salah tulis antara Lompo Battang (artinya perut besar?) dan Merapi.
@Darahbiroe :
Untungnya sich masih satu pulau, jadi ga perlu sampai berenang buat ambil itu KTP...hehehe...cuma tetep harus melewati jalanan naik turun berguung gunung :D
@Antok :
Wah...kalau mau check in penginapan susah donk? hehehe...