Tadinya saya sudah kuatir akan melewatkan makan siang dan baru berjumpa makanan berat setelah tiba di Mamasa Kota yang artinya sudah gelap. Wah, bakalan membosankan juga nich berjam-jam di dalam kijang menahan lapar dan menahan mabuk. Hahahaha. Maklum, jalanan di Mamasa kan cakep banget tuh. Wajar banget kalau saya bisa-bisa jackpot berkali-kali. Beberapa travel agent yang saya tanyakan saja hampir selalu menolak kalau saya mengajukan permintaan ke Mamasa. Entah jalanannya rusak, hujan yang turun terus, hingga berbagai macam alasan yang ujung-ujungnya akan membengkakkan biaya total perjalanan yang pastinya akan membuat saya mundur. Biaya perjalanan ini terasa konyol sekali dibandingkan dengan Tana Toraja yang sudah memiliki akses Trans-Sulawesi. Saya mencoba untuk membuat Mamasa dalam jadwal perjalanan saya dan saya tercengang akan harga yang saya terima. Pencabutan Mamasa membuat total biaya perjalanan saya jadi murah meriah. Jalan-jalan ke Tana Toraja terhitung sangat murah apabila dibandingkan dengan Mamasa. Tapi saya nggak menginginkan Mamasa dicabut. Saya harus dan wajib berkunjung kesini. Maka dari itu, dengan segala cara, saya melakukan perjalanan ini. Saya nekad ke Mamasa walau kejelasan angkutan yang akan membawa saya kesana tidak ada sama sekali.
Yah, saya pun nggak bisa memilih koq. Rombongan kami masuk ke dalam salah satu rumah makan Pangkep. Rumah makan ini terlihat paling ramai dan menyediakan menu paling banyak diantara rumah makan lainnya. Beberapa menu khas rumah makan ini adalah Coto Makassar, Nasi Ayam Goreng, Cumi-Cumi, Ikan Laut Goreng, Sop Betawi, Sop Konro, Sop Saudara dan Sate Ayam. Unik juga, di tengah-tengah gunung begini seafood masih bersaing rupanya. Saya memesan Sop Saudara dech, biar cita rasa Sulawesinya masih kentara. Nggak lucu donk jauh-jauh ke Sulawesi terus makannya sesuatu yang biasa kita makan. Pengalaman kemarin makan mie ayam nggak usah diulang lagi dech. Kali ini kan ada pilihan lain. Hehehe. Rasa makanan ini hampir sama seperti Sop Saudara yang sudah saya kenal sebelumnya. Gurih (tambahkan sedikit lagi garam) dan penuh dengan potongan daging (saya sampai kenyang banget). Sop Saudara ini disajikan dengan sepiring utuh nasi. Nasi tambahan disajikan dalam keranjang-keranjang plastik di atas meja. Sudah dua kali saya melihat kejadian ini, yakni di Sengkang dan sekarang di Messawa. Asyik juga sich bisa tambah nasi dengan mudah. Tapi, saya nggak serakus itu. Hehehe. Saya makan secukupnya saja, takut kalau sampai jackpot, semuanya akan dimuntahkan. Masih 4 jam lagi perjalanan menuju Kota Mamasa loch.
0 komentar:
Post a Comment