Seperti di postingan sebelumnya, dari pertigaan Karassik menuju Ke’te’ Kesu’, ada sebuah objek wisata yang tadinya saya lewati karena target utama adalah Ke'te' Kesu'. Nah, sepulangnya saya dari Ke'te' Kesu', ternyata matahari masih menampakkan batang hidungnya. Berbekal masih ada cahaya matahari, saya pun nekad mengejar Buntu Pune. Nggak sampai segitunya juga saya nekad masuk objek wisata di Toraja kalau matahari sudah tenggelam. Seram. Bukan apa-apa, walaupun berstatus objek wisata, tapi kuburan merupakan nilai jual tertinggi dari objek di Toraja. Artinya, kalau saya nekad masuk setelah gelap artinya saya memasuki kuburan setelah gelap. Seperti yang kita tahu, di Indonesia, jarang objek wisata alam dibuka setelah matahari tenggelam. Pihak pengelola umumnya tidak menyediakan penerangan yang cukup. Atas dasar itu, saya lebih baik mengakhiri kunjungan kalau matahari sudah terbenam di Toraja.
Nah, Buntu Pune ini berada tepat di pertengahan jalan antara Ke'te' Kesu' dan pertigaan Karassik. Lokasi tepatnya, Buntu Pune ini berada di kecamatan Sanggalangi. Lokasi sekitar jalan masuk objek wisata merupakan persawahan dan rumah penduduk. Akses jalan masuknya cukup oke (maksudnya Jalan Raya Karassik – Kesu’). Sementara itu, objek wisata ini berada di ketinggian bukit, maklum namanya saja Buntu yang kurang lebih artinya dataran tinggi atau gunung dalam bahasa Toraja. Nah, jalan masuk menuju Buntu Pune ini yang menurut saya rusak berat. Dari semuanya, termasuk Londa dan Tilanga’, Buntu Pune ini yang terparah. Jalan masuk rusak berat dengan medan menanjak. Jalannya sendiri bukan merupakan jalan aspal namun jalan tanah dengan batu-batuan besar.
Jarak tempuh perjalanannya sich tidak sejauh Londa yang mencapai 1.8 KM. Setidaknya, ada dech beberapa ratus meter jarak yang harus ditempuh. Di tengah-tengah perjalanan yang menanjak, mengelilingi bukit dan sedikit memasuki wilayah yang agak mirip hutan, saya menjumpai serombongan pemuda sedang pulang dari atas. Mungkin mereka baru saja pulang dari Buntu Pune, pikir saya. Nah, jalan menanjak dan rusak tersebut baru berakhir ketika Buntu Pune hampir dicapai. Sisa jalan dari Buntu Pune keluar sedikit merupakan jalan bagus teraspal. Sampai juga saya di Buntu Pune.
Dalam sekejap mata menilai, saya langsung bisa mengira, Buntu Pune adalah model lain dari Ke'te' Kesu' dalam ukuran mini. Kalau di Ke'te' Kesu' ada delapan buah Tongkonan induk, di Buntu Pune hanya ada dua Tongkonan induk dan enam Tongkonan lumbung. Beberapa bangunan lain di Buntu Pune tampak sedang dalam proses pengerjaan dan renovasi. Entah apakah mau membangun Tongkonan lagi atau apa. Buntu Pune ini dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk yang non-Tongkonan. Rumah-rumah tersebut dikelilingi oleh pepohonan dan bukit batu yang menurut saya sich, saking lebatnya sudah mirip sekali dengan hutan. Petang itu, tidak ada pengunjung lain di buntu Pune selain saya. Ada beberapa orang yang berjalan hilir mudik namun saya langsung menduga mereka adalah warga lokal Buntu Pune. Tiada yang menghiraukan saya berfoto-foto dan melihat-lihat lokasi wisata ini. Saya juga tidak menemukan adanya satu pun toko souvenir yang buka ataupun ada bentuknya. Entah mengapa, tempat ini memberikan kesan kepada saya, bahwa mereka belum siap buka. Potongan-potongan bambu bergelimpangan dimana-mana, peralatan dimana-mana, plus bangunan-bangunan yang setengah jadi. Jangan-jangan memang tempat ini belum dibuka untuk umum? Gleg.
Objek lain yang ada di Buntu Pune adalah kuburan batu, Erong dan Tau-Tau, dan Benteng Batu Bersejarah. Kuburan batunya mungkin mirip seperti Lemo, begitu pikir saya. Untuk Tau-Tau dan Erong, saya sudah melihatnya di tempat-tempat lain. Tapi Benteng Batu Bersejarah? Saya tidak punya gambaran seperti apakah wujudnya. Sayangnya, selain desa adat yang saya kunjungi, semua objek wisata lainnya terletak agak jauh dan agak terpencil. Saya bertanya kepada salah seorang penduduk dan ibu tersebut memberitahu lokasi kuburan batu dan lain-lainnya itu di ujung sana, melalui jalan kecil, agak terhimpit dinding batu cadas dan rimbun oleh pepohonan. Gleg. Harus masuk kesana? Waduh, mana nggak ada turis lain yang datang berkunjung lagi. Dari tempat saya berdiri di desa tradisional, saya bisa melihat jalan yang dimaksud. Jalanan tersebut menampilkan beberapa peralatan, termasuk atap Tongkonan yang sedang dikerjakan dan segala macam benda adat lainnya. Saya nggak bisa melihat dimana ujungnya. Nyali saya langsung ciut, terlebih saya melihat matahari yang sudah hampir kembali ke peraduannya. Ibu tersebut bilang nggak kenapa-kenapa. Saya dipersilahkan masuk kalau ingin melihat benteng batu dan kuburan batunya. Niat si ibu memang baik, tapi saya nggak siap kalau berkunjung masuk sendirian. Dengan senyum paling manis, saya tolak dengan halus tawaran si ibu. Saya berkata lain kali saja, Bu, sudah malam. Dengan demikian, saya mengakhiri kunjungan singkat saya di Buntu Pune.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dear Lomar,
ReplyDeletesaya dapat memahami cerita anda, dan merasakan ada unsur kelucuan mengenai saran ibu-ibu yang anda tanya di Buntu Pune. kemaren pas kunjungan ke Toraja, saya juga sempat mendatangi tempat ini, ketadatangan saya kebetulan pagi hari dan dalam perjalanan ke Ke'te Kesu dari Karasik.
seperti yang anda alami, saya juga mengalaminya. tp karena kebetulan saya berkunjung pagi hari, walaupun hanya sendirian saya beranikan diri melihat kuburan batu-nya dan memang suasananya cukup mencekam karena rimbunan pohonnya sangat lebat, sekaligus terdapat beberapa tengkorak manusia hehehehehe.....
sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan, salam backpacker u anda. tks
hehehehe....setidaknya, berdua dan masih terang lah. Pasti, saya akan masuk ke dalam sana. Masalahnya, siang hari sekalipun rerimbunan pohon di Buntu Pune sangat lebat. Tidak terasa sebagai siang. Jadi agak menyeramkan. hehehehe.....
ReplyDeleteSalam backpacker untuk anda juga :D
terima kasih telah bertandang :D
Sekedar ber-nostalgia tentang Buntu Pune saya merekammnya dan dapat dilihat disini, memang hasil rekamannya jg tidak terlalu bagus.
ReplyDeletehttp://www.youtube.com/watch?v=yUCMdydZ0JE
u/ tulisan perjalanan kesana, sampai saat ini memang belum sempat diupdate karena kesibukan kerjaan. tks
Terima Kasih sudah mau share tentang Buntu Pune :)
ReplyDeleteSalam backpacker.
omong-omong, saya juga belum sempat update blog karena kesibukan kerjaan. hehehehe
Trims. Saya barusan ke Buntu Pune dan mau lihat2 cerita lain dari Buntu Pune. Salam dari Bontang
ReplyDeleteHalo Bontang! :D
ReplyDeleteterima kasih sudah mau berkunjung. Salam kenal yah, semoga bermanfaat infonya :D
lokasi buntupune menyimpan sejarah untuk generasi penerus Toraja namun disayangkan tangan jahil menutup Mapsnya ,harapan saudara emua membantu membuka kembali agar wisatwan Luar Negri dan lokal dapat menemukan lokasi kembali
ReplyDelete