Menuju Jantung Toba Samosir

Tujuan berikutnya sebelum saya mencapai Sibolga pada malam hari adalah Balige. Balige ini adalah ibukota sekaligus kota terbesar di Kabupaten Toba Samosir. Ya, saya rasanya pernah berkata, saking lebar dan besarnya Danau Toba, banyak sisi yang memiliki wajah berlainan di setiap sudut di tepi danau ini. Balige adalah salah satunya. Walaupun sama-sama berkebudayaan Batak Toba, namun kota yang terletak di sisi selatan Danau Toba ini memiliki Museum Batak terbaik di seluruh Indonesia, malah mungkin seluruh dunia kali yach? Museum Batak yang terletak di T.B. Silalahi Center adalah objek yang wajib sekali dikunjungi bagi anda yang ingin menggali budaya Batak lebih dalam. Pasalnya, di museum ini tidak hanya menampilkan benda-benda kebudayaan Batak semata, namun penjelasannya pun memuaskan dan mendetail. Duh, saya jadi nggak sabar ingin tiba di Balige. Selain T.B. Silalahi Center, ada pula makam Sisingamangaraja XII yang memang terletak di Kota Balige, tepatnya di Desa Pagar Batu. Selain kedua tempat ini, ada pula Huta Tinggi yang terletak di Kecamatan Laguboti, yang menjadi pusat perkembangan agama Malim, dengan pengikutnya yang disebut Parmalim. Namun, saya nggak yakin apakah bisa mencapai Huta Tinggi atau nggak lantaran waktu yang sempit (catatan : Laguboti terletak setelah Balige sebelum Sigumpar, kota kecamatan di sisi tenggara Danau Toba, dalam perjalanan menuju ke Parapat). Oya, di Sigumpar ada pula makam Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Wow, banyak sekali yach objek wisata di Toba Samosir!
Saya menunggu di tepi jalan untuk mendapatkan angkutan menuju Balige. Angkutan yang tadinya banyak sekarang tiba-tiba menghilang entah kemana. Huft. Akhirnya datang satu angkutan yang sangat penuh dan saya dipaksa untuk masuk ke bagian dalam tanpa saya memiliki kesempatan untuk melepaskan tas ransel yang saya kenakan. Saya bingung, sebaiknya saya menunggu yang berikutnya atau ngga, soalnya angkot model begini nih yang biasanya bikin saya mabuk karena kurangnya pasokan udara di bagian dalam. Namun sang supir berkeras agar saya ikut angkutannya dan saya tidak bisa menolak. Haduh. Agak ngeri juga sih kalau saya terlalu buang-buang waktu di jalan nungguin angkutan yang nggak jelas, sementara pada sore hari saya sudah harus wajib kudu musti sampai di Sibolga. Akhirnya, saya masuk ke dalam angkot dan tidak bisa menggerakkan tubuh saya lantaran penuh dan barang bawaan saya dimana-mana. Selama satu jam kurang lebih saya duduk di bagian belakang kendaraan, terhimpit, tidak bisa bergerak, agak mual, dan tidak bisa melihat pemandangan di jalanan. Kacau. Jangankan mengeluarkan kamera untuk berfoto-foto, posisi duduk saya saja tidak bisa bergeser saking penuhnya itu angkot.
Untungnya, satu jam kemudian, sekitar Bandara Silangit, sejumlah penumpang turun dan menurunkan pula barang muatannya yang banyak tersebut. Fiuh. Ternyata banyaknya barang-barang di angkutan ini berasal dari penumpang yang turun di Silangit. Dalam sekejap, tali-tali pengikat barang-barang tersebut yang menggunung di atap kendaraan dikendurkan, semua barang diturunkan, termasuk berkarung-karung barang jualan yang saya sangat yakin adalah sendal jepit. Dalam sekejap pula, angkutan menjadi sangat kosong hingga saya bisa duduk selonjoran di dalamnya. Dari Silangit hingga Balige, penumpang yang tersisa adalah saya dengan satu orang wanita yang tampaknya adalah seorang pekerja kantoran, menilik dari pakaiannya. untungnya lagi, angkutan sudah menjadi kosong sehingga waktu yang tersisa dari perjalanan Silangit – Balige saya gunakan untuk menikmati pemandangan indah yang tersaji di sekeliling saya. Oh ya, perjalanan dari Tarutung menuju Balige adalah perjalanan berbalik arah kalau niatnya mau ke Sibolga. Para pembaca jangan sampai kebingungan ya...hehehe. Total perjalanan dari Tarutung ke Balige sekitar 2 jam. Mungkin bisa lebih cepat lagi kalau si angkot nggak menurunkan penumpang dan menunggu. Sepanjang perjalanan, yang tersaji adalah ladang dan perkebunan dengan sesekali sawah. Gereja dan makam a la Batak menghiasi sudut-sudut lahan tersebut. Danau Toba mulai terlihat saat saya sudah mulai memasuki wilayah Gurgur. Pada salah satu belokan jalan tiba-tiba saya melihat plang besar “T.B. Silalahi Center 300 M”. Sekejab saya panik dan buru-buru memberhentikan kendaraan yang saya tumpangi tersebut. Ongkos Rp. 15.000 pun melayang. Hihihi.

0 komentar:

Post a Comment