Sopo Dan Ruma Batak : Kekayaan Arsitektural Bangso Batak

Rumah adat Batak ada dua jenis, yakni Ruma yang difungsikan sebagai tempat tinggal, dan Sopo yang berfungsi sebagai gudang atau bangunan serbaguna. Cara membedakan keduanya cukup mudah. Pintu Ruma biasanya tertutup oleh tubuh bangunan, tangganya seakan-akan terhisap ke dalam bangunan, sementara pintu dan tangga Sopo berada lebih terbuka dan terekspos di depan. Selain itu, ada pula Sopo yang tidak berdinding, terbuka di sekelilingnya. Sopo jenis ini berfungsi sebagai tempat pertemuan. Nah, penjelasan akan rumah adat Batak disini adalah penjelasan akan rumah adat Batak Toba. Mengapa? Sebab rumah adat puak Batak yang lain akan sangat berbeda dari segi arsitekturnya, bentuk bangunannya, hingga filosofinya walaupun ada benang merah yang menghubungkan mereka semua. Rumah adat jenis ini bisa ditemukan di sekitar Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan dan sebagian Tapanuli Tengah.
Membangun rumah adalah suatu proses yang rumit. Mengapa? Sebab rumah Batak yang asli dibangun tanpa menggunakan paku. Mirip dengan semua rumah adat tradisional di Indonesia, rumah adat ini dibangun dengan menggunakan sambungan-sambungan antar kayu dan tali sebagai penguatnya. Pasak berupa kayu pun digunakan sebagai penguat sambungan dan mereka tidak menggunakan material modern seperti paku besi sama sekali. Pada perkembangannya, rumah Batak yang sudah setengah modern sudah menggunakan paku besi untuk menyederhanakan pembangunan, walaupun sudah tidak selaras lagi dengan filosofi awalnya. Pembangunan rumah juga dikatakan rumit karena membutuhkan sejumlah kayu tertentu dalam jumlah banyak. Tidak ada material seperti pasir atau semen yang disertakan dalam pembuatannya. Semuanya menggunakan bahan-bahan alami. Tentu, semua bahan baku tersebut membutuhkan biaya besar. Ini sebabnya masyarakat Batak masa kini sudah tidak banyak membangun rumah tradisional karena alasan tersebut. Atap sirapnya kebanyakan sudah diganti dengan asbes atau seng, kemudian tali penguat sambungan kayu diganti dengan menggunakan paku besi. Bagi yang modalnya tidak banyak, bentuk Ruma Bolon pun sudah sama sekali ditinggalkan. Mereka lebih memilih membangun rumah panggung sederhana atau rumah bata atau rumah papan. Sayang sekali karena efeknya adalah Ruma Bolon menjadi langka dan hampir punah. Padahal, Ruma Bolon ini juga memiliki nilai kearifan lokal yakni tahan gempa karena wilayah Samosir dan Tapanuli terletak di patahan aktif.

Ciri khas unik Ruma Batak ialah adanya gorga atau ukir-ukiran khas Batak yang warnanya putih, hitam dan merah, warna Bangsa Batak. Gorga ini menyelimuti hampir sekujur bagian rumah dan berfungsi untuk mempercantik rumah, sekaligus memiliki nilai filosofis seperti perlindungan dan rasa nyaman. Bentuk lain yang akan anda temui ialah wajah menyeringai yang biasanya terdapat di sudut rumah, ini disebut singa. Singa, sesuai dengan namanya dan bentuknya, dibuat untuk melindungi seisi penghuni. Pada bagian pucuk rumah terdapat Ulupaung yang memiliki fungsi perlindungan dan penolak bala juga. Selain itu, anda bisa menemukan keberadaan ukiran cecak dan buah dada wanita yang terkadang jumlahnya lebih dari dua. Makna dari ukiran ini adalah kebijaksanaan dan kesuburan. Ukiran gorga yang bergelung-gelung bermakna kekayaan. Nah, sedemikian rumit filosofis maupun cara membuat rumah Batak, nggak mengherankan proses pembuatannya lama dan biayanya cukup tinggi. Untung saja, di beberapa tempat masih dirawat dan dilestarikan sehingga tidak punah.
Nah, saya mencoba untuk masuk ke dalam salah satu Ruma yang ada. Sebagian dari Ruma dan Sopo tersebut terkunci namun ada juga yang tidak. Nah, saya tidak sia-siakan kesempatan ini mengingat saya pernah berniat memasuki Ruma Batak sebelumnya di Simanindo namun tidak jadi karena Ruma tersebut dihuni (mungkin) ribuan tawon penyengat. Hiiii. Bagian dalam dari Ruma memperlihatkan apa yang disebut dengan sambungan antara kayu dan ikatan tali. Ya, hampir semua bagiannya tidak disambung menggunakan paku besi, hanya tali temali saja. Ruangan di dalam Ruma Batak ternyata luas, dan tidak memiliki sekat sama sekali. Walaupun sejumlah keluarga bisa tinggal bersama-sama, namun mereka memiliki pembatas antara satu keluarga dengan keluarga lain, yakni batas tikar. Jumlah tungku sebanyak dua atau tiga pun digunakan secara bersama-sama oleh keluarga yang tinggal di dalamnya. Sungguh, keharmonisan yang indah antara sesama manusia, hidup rukun dan berdampingan dalam damai yach? Pada beberapa rumah, saya melihat bangunan setengah modern yang diaplikasikan pada kayu yang dicat dan dipelitur. Pada beberapa rumah, walaupun luarnya masih sangat asli dan tradisional, namun dalamnya telah menggunakan pintu, lengkap dengan pegangan dan kuncinya! Hehehe.
Ruma Batak, sekaligus sebagai rumah asli Bangsa Indonesia rata-rata memiliki bentuk panggung. Tentu, ini berfungsi untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas maupun bencana alam. Nah, pada Bangsa Batak, bagian bawah rumah ini disebut Tombara. Bagian ini berfungsi untuk menyimpan kayu, perahu, kandang ternak dan tempat menenun Ulos bagi wanita. Ruma Batak memang seharusnya dijaga dan dipelihara oleh kita sebagai generasi penerus agar keturunan kita dapat melihat betapa kayanya bangsa ini. Kalau sukar mencari Ruma Batak di seputaran Danau Toba, coba deh pergi ke museum-museum daerah yang masih memajang Ruma Batak. Salah satunya yang bisa anda temukan adalah yang berada di T.B. Silalahi Center, lengkap dengan anjing kayu di depan rumah, dan totem khas Batak. Rumah adat Batak di tempat ini masih terawat baik sehingga kita nayamn untuk memasukinya dan melihat-lihat.


0 komentar:

Post a Comment