Foto : Semua Bisa Jadi (Tiang) Jemuran Di Nias!

Jemuran mewarnai wajah desa adat Nias Selatan
Konon, aneka macam jemuran ini akan lenyap begitu ada kunjungan pejabat atau pada saat hari raya besar. Nah, pada hari biasa, atau hari minggu bahkan, jemuran aneka warna dan bentuk adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Nias. Maklum, berada di ketinggian bukit hampir membuat desa-desa adat di Nias Selatan hampir tidak memiliki halaman belakang. Satu-satunya lahan yang cukup lebar yang bisa ditempati oleh para jemuran adalah halaman depan. Beginilah, kultur unik akan halaman depan desa-desa adat di Nias Selatan. Sembari menikmati desa adat yang unik dan cantik, jemuran ini turut "mewarnai" wajah desa adat di Nias Selatan.
Jemuran yang masih "wajar"
Menggunakan tiang jemuran dari kayu
Menhir di depan Omo Hada dijadikan alas jemuran
Tiada Menhir, lantai batu yang panas pun jadi
Atap yang panas juga bisa dijadikan alas jemuran
Hingga celana dalam
Dan arca megalitik pun tak luput...

2 komentar:

  1. Sumpe, baca posting yang ini saya cekakakan sampai kebelet pipis:). Posting yang terpendek sekaligus paling iseng:). Keterangan-keterangan gambarnyapun nggaplek.i (ini bahasa Semarangan dan dengan sangat menyesal tak ada terjemahannya baik dalam Bahasa Indonesia atau bahasa lain di penjuru dunia manapun). Bayangkan betapa kerennya orang Nias, ya. Kita paling mahal beli jemuran ya yang di tivi shop, yang modelnya compact dan kalau digambrengin bisa untuk menjemur 30 potong kain itu. Ini menhir dan arca megalitik, Mas Bro!!! Tak adakah seorangpun yang bertanya-tanya, bagaimana kira-kira perasaan para arwah yang bersemayam di sana, apalagi yang ketiban celana dalam dan 'jerohan' yang lainnya?:).

    ReplyDelete
  2. Hahahahaah.....aduh saya terharu membacanya, mbak. Saya anggap itu sebagai pujian.hehehe.... iya ya...ada nggak yah yg kira2 mencoba untuk berkomunikasi dengan duniasana dan menanyakan bagaimana mereka yg ketiban aneka jeroan tsb. Hihihi.... menhir2 tsb sih harusnya dulu dipakai dalam ritual atau pemujaan kpd nenek moyang. Entah deh gmn dengan skrg.

    ReplyDelete