Laguboti, Huta Tinggi, Malim, dan Pusat Kebudayaan Batak

Dari Ajibata menuju Balige, Laguboti adalah satu kecamatan tepat sebelum Kota Balige. Wisatawan umumnya menyebrang dari Ajibata menuju Tomok di Pulau Samosir. Wisatawan lainnya umumnya hanya melewati Laguboti hingga Balige. Jadi, keberadaan wisatawan mungkin bukan sesuatu yang umum disaksikan disini, agak berbeda dengan misalnya Tomok atau Ambarita. Namun, menariknya Laguboti ternyata memiliki satu desa yang dikategorikan sebagai desa suci yakni Huta Tinggi karena disinilah agama atau kepercayaan Malim berpusat.
Awalnya, kepercayaan ini berpusat di Bakkara, wilayah Humbang Hasundutan, desa tempat Ompung Sisingamangaraja XII dilahirkan. Dalam perkembangannya, kepercayaan ini berpindah pusat di Huta Tinggi dan mengalami perkembangan hingga hari ini. Umatnya sendiri ada sekitar 1,500 orang di penjuru Indonesia dengan populasi terbanyak di seputaran Danau Toba. Pemimpin kepercayaan ini adalah R.M. Naipospos, keturunan Raja Mulia Naipospos, salah seorang murid dari Ompung Sisingamangaraja XII yang diberikan mandat untuk meneruskan kepercayaan ini sebelum beliau meninggal dunia.Yang perlu diketahui, Malim ini bukanlah kepercayaan tradisional Batak Purba, melainkan bentuk modern dari kepercayaan tradisional karena tempaan jaman kolonialisme kala itu. Sejumlah unsur agama Samawi seperti Yahudi, Katolik, Kristen, dan Islam turut memberi warna kepercayaan ini sehingga menjadi seperti ini sekarang ini. Kepercayaan ini bukanlah kepercayaan kuno masyarakat Batak yang dahulu dikenal dengan nama Pelebegu. Sama sekali berbeda.
Walaupun tidak diakui Negara Indonesia sebagai agama resmi, namun Malim (penganutnya disebut Parmalim) memiliki populasi yang cukup banyak di penjuru Indonesia. Walau bersumber dari anismisme, namun kepercayaan tertingginya ialah menyembah Tuhan Yang Maha Esa atau yang dikenal sebagai Ompung Debata Mulajadi Nabolon (Ompung=panggilan kehormatan tertinggi dalam budaya Batak, Debata = Tuhan, Mulajadi = Yang Pertama, Utama, dan Satu-Satunya, Nabolon = Maha Besar, Maha Kuasa).  Setiap tahunnya, ada dua perayaan besar yang terjadi sehingga Huta Tinggi dipenuhi oleh penganut kepercayaan Malim dari seluruh Indonesia, bahkan dunia. Perayaan tersebut adalah Parningotan Hatutubu ni Tuhan atau Sipaha Sada (Bulan Pertama) sebagai tanda peringatan akan tahun yang baru dalam kalender Batak (umumnya bulan Maret), dan Pameleon Bolon atau Sipaha Lima (Bulan Kelima) sebagai tanda syukur atas berkat dan rahmat yang diterima terutama dalam hal keberhasilan panen yang umum dirayakan pada bulan Juni-Juli.
Penganut kepercayaan ini umumnya adalah Orang Batak asli dan ritual perayaannya diucapkan dalam Bahasa Batak seutuhnya. Walaupun kepercayaan ini bersifat tertutup, namun kegiatan ini bisa disaksikan oleh orang luar, terutama pengunjung dan wisatawan yang ingin mengenal adat Batak dengan lebih kentara. Sekian informasi yang saya dapatkan tentang kepercayaan Malim di Huta Tinggi. Saya nggak akan membahas tentang Huta Tinggi lebih lanjut karena saya hanya melewati tempat ini tanpa berkunjung sama sekali. Eksterior Laguboti pun kebanyakan berupa sawah dan ladang serta monumen yang berserakan di tepi jalan. Untuk yang mau memanjakan mata dengan aneka monumen maupun kuburan yang unik khas Batak, disinilah adalah tempatnya. Satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi namun terletak di pintu keluar Laguboti adalah Makam Rasul Batak, Ompung Nommensen yang terletak di Sigumpar, kecamatan yang berbeda dengan Laguboti namun terletak tidak jauh di pintu keluar kecamatan Laguboti. Cukup perhatikan papan penanda jalan yang terlihat jelas di tepi jalan. Sejumlah foto-foto dalam blog ini mungkin bisa memberikan anda seperti apa gambaran akan Laguboti itu.




0 komentar:

Post a Comment