Kembali Dari El Tari Kupang ke Jakarta

Pagi hari, saya terbangun di Hotel Dewata. Hari ini adalah hari terakhir saya di pulau ini. Hari ini, saya harus kembali ke kenyataan. Ah...sedihnya...apalagi jika saya mengingat besok harus bekerja kembali ke kantor, ingin rasanya liburan ini bisa diperpanjang. Sayangnya, uang saya pun tak mengijinkan saya untuk melanjutkan liburan ini. Anggaran yang saya susun dan punya telah habis dan inilah ujung dari perjalanan saya. Untuk anda yang menghindari membawa barang terlalu banyak, silahkan mencari oleh-oleh untuk sanak saudara di tempat ini pada hari terakhir. Hati-hati juga, jangan sampai keasyikan mencari oleh-oleh sehingga terlupa kapan waktu seharusnya check in dan pesawat lepas landas.
Bandara El Tari bukanlah bandara besar yang memiliki banyak kegiatan dari pagi hingga sore hari. Kebanyakan, pesawat-pesawat yang akan bertolak menuju Surabaya akan berangkat pada tengah hari. Pesawat yang saya tumpangi, Mandala akan lepas landas pada pukul 12:55 WITA sementara penumpang Citilink akan diberangkatkan pada pukul 13.00 WITA.
Perjalanan dari pusat Kota Kupang menuju bandara bisa berlangsung kurang lebih selama setengah jam. Jarak 15 kilometer yang akan anda tempuh bisa dilalui dengan angkot, ojek maupun taksi (mobil sewaan). Bagi anda yang naik angkot, naiklah angkot lampu 10 dari Terminal Bus Oebobo hingga perempatan pertamina. Dari perempatan pertamina di Oesapa ini, naik angkot lampu 14 atau 15 jurusan Penfui yang akan membawa anda ke Tugu Adipura Kota Kupang. Dari tugu ini, berjalan kakilah sejauh 1 kilometer ke dalam areal bandara. Tarif masing-masing angkot adalah RP. 2.000 sehingga total biaya yang harus anda keluarkan adalah Rp. 4.000 dan perpanjangan waktu karena angkot adalah moda yang paling lambat dibanding dua moda lainnya. Apabila anda menggunakan ojek, harga sewanya sebesar Rp. 20.000. Berhubung perjalanan cukup jauh (15 kilometer) dan melewati kota, padang rumput dan kebun, maka persiapkan jaket anda agar anda tidak masuk angin dan tentu saja helm agar dikenakan yang benar. Moda terakhir adalah taksi dengan biaya Rp. 50.000. Mencari taksi di tengah kota lebih sulit dibanding ojek maupun angkot. Apabila anda berada dari dalam hotel, anda bisa mencoba mencarter kendaraan dari hotel atau minta bantuan hotel untuk menyewakan jasa taksi yang akan mengantarkan anda ke bandara.
Mengulang kembali cerita kedatangan, Bandara El Tari adalah bandara yang berukuran tidak terlalu luas. Dari pintu masuk, anda langsung bertemu dengan mesin sinar X dan kemudian loket penukaran boarding pass. Hanya ada beberapa loket saja yang membuka operasional mereka dan di sebelahnya, ada loket untuk pembayaran pajak bandara sebesar Rp. 20.000. Dari loket pembayaran pajak bandara, kembali lagi ke pintu di samping mesin sinar X yang pertama tadi. Di sini, ada mesin sinar X yang kedua dan segera, anda akan berjumpa dengan ruang tunggu yang berukuran cukup lebar dan merupakan gabungan untuk ruang tunggu dari berbagai maskapai.
Ruang tunggu tersebut dilengkapi dengan dua buah televisi yang memutar siaran yang sama. Di seputar dinding ruang tunggu, ada panel kecil berukir motif khas Nusa Tenggara Timur saling menyambung tidak terputus. Di dekat pintu masuk ada sejumlah guci yang tidak memiliki keterangan berasal dari masa atau kebudayaan apa. Walaupun tidak tertulis, sebenarnya cukup jelas bahwa guci-guci besar tersebut memiliki bentuk yang cukup mulus sehingga bisa dipastikan itu adalah benda kebudayaan masa kini yang diberi motif khas Nusa Tenggara Timur.
Untuk anda yang belum sempat membeli oleh-oleh, ada dua buah toko kerajinan tangan dan satu buah kios kecil yang menjual makanan kecil untuk oleh-oleh. Oleh-oleh yang ditawarkan kebanyakan berupa kacang-kacangan. Untuk toko kerajinan tangan, hampir seluruh bagian toko digantungi oleh kain tenun ikat dalam berbagai motif dan berbagai ukuran serta bentuk kain. Sebagian besar dari tenunan tersebut masih berwujud kain namun sebagian lainnya sudah berwujud tas, dompet dan hasil kerajinan tangan lainnya. Sayangnya, saya tidak sempat masuk sama sekali ke dalam toko untuk menanyakan harga dan untuk membandingkan apakah di bandara, produk ini dijual dengan harga lebih mahal atau tidak. Sisa dari ruangan tersebut adalah sebuah Executive Lounge Merpati yang menyediakan makanan dan minuman kecil serta ruang tunggu yang berbeda dari ruang tunggu umum.
Tepat jam 12.55, pertugas pesawat Mandala datang dan berdiri di depan pintu penukaran boarding pass. Bersamaan dengan hal itu, informasi keberangkatan pesawat Mandala Air dikumandangkan. Para penumpang dengan segera berbondong-bondong menuju petugas tersebut untuk mengantri dan menukarkan boarding pass mereka. Siap untuk perjalanan berikutnya dan kembali ke realitas.

0 komentar:

Post a Comment