Ya, saya akan bersiap menuju Sibolga. Sayangnya, Balige dan Sibolga masih terlalu jauh. Tidak ada angkutan umum langsung yang menuju kesana. Kecuali anda buru-buru, mungkin pilihan sewa kendaraan atau shuttle tidak terlalu menarik minat anda. Untuk menempuh perjalanan panjang Balige – Sibolga, saya hanya cukup berganti satu kali angkutan umum di Tarutung. Ya, Tarutung. Artinya, saya harus mengulangi kembali jalan yang saya tempuh dari Tarutung menuju Balige. Satu jam perjalanan, setengah jam menunggu penumpang, dan dua jam perjalanan, maka saya prediksi saya akan tiba di Sibolga empat jam kemudian. Nampaknya saya harus membeli beberapa bekal untuk di jalan nich.
Seharusnya sich saya tidak memilih-milih. Namun, rata-rata angkutan yang melewati Soposurung telah penuh. Mungkin tidak banya penumpang yang akan naik di Soposurung. Umumnya, begitu keluar Kota Balige, angkutan telah terisi penuh. Ya maklum, Soposorung bisa dikatakan sebagai pinggirannya Balige. Nggak heran, situasi di sekitar agak sepi dibandingkan dengan di pusat kota. Karena selalu penuhnya angkutan, saya membuang waktu beberapa menit untuk mendapatkan angkutan yang pas. Apalagi, saya memang menghindari duduk di tengah atau di belakang angkutan yang sudah pasti sangat berjejal, nggak bisa nafas dan berpotensi membuat mabuk. Hihihi. Daripada kacau seluruh perjalanan, ya tunggu sebentar nggak papa kali yach. Kemudian, berhentilah seuntai(?) angkot yang mengerem sedemikian rupa setelah melihat saya. Ia butu-butu mundur dan supirnya turun untuk menemui saya. Wow! Servis luar biasa! Ia bertanya kemanakah saya akan menuju dan saya mengatakan Sibolga. Ya, sesuai dugaan saya, bapak itu berkata bahwa tidak ada angkutan menuju Sibolga langsung dari Balige. Kalaupun ada, jumlahnya tidak banyak dan sudah tidak ada pada saat saya menunggu di tepi jalan itu. Ia menawarkan saya untuk menumpang angkutan umumnya (yang saat itu sudah kelewat penuh). Terus terang saya tidak tertarik dan langsung mengatakan bahwa angkutan si bapak telah penuh. Namun, secara ajaib, ia mengatur pengaturan tempat duduk di dalam angkutan dan secara mengejutkan, saya mendapat tempat yang sangat bagus, di depan bersama supir di tepi jendela! Hore, saya bisa menjelajahi Balige – Tarutung sambil berfoto-foto pastinya.
Angkutan umum di daerah, contohnya Balige – Tarutung secara umum akan menipis jumlahnya saat sore hari. Jadi, pastikanlah anda sudah tiba di lokasi tujuan sebelum sore menghadang. Usahakan sore hari hanya digunakan untuk menyusuri tujuan yang sudah tidak terlalu penting atau mudah dicapai. Saya masih cukup beruntung mendapatkan angkutan yang akan membawa saya, walaupun sudah lewat tengah hari. Oh ya, Rute Balige – Tarutung akan ditempuh dalam 1 jam dan akan melewati Gurgur, Silangit, Siborong-borong, Huta Raja, dan Sipoholon. Pemandangan yang terlihat? Dari Balige sampai Gurgur, pemandangan bukit kehijauan masih dapat anda nikmati. Namun, dari Silangit sampai Siborong-borong, hutannya mulai agak sedikit berkurang kelebatannya. Melewati Huta Raja dan Sipoholon, pemandangan yang anda nikmati akan ditambah dengan tebing bebatuan kapur (ini menjelaskan mengapa di Sipoholon banyak sekali sumber pemandian air panas). Sepanjang perjalanan, angkutan yang saya tumpangi jarang menaikkan atau menurunkan penumpang. Saya rasa sangat wajar mengingat banyak tempat yang dilalui rute angkutan ini merupakan ladang atau hutan. Untuk durasi 1 jam perjalanan, saya membayar Rp. 15.000 saja dan menunggu sejenak di Kota Tarutung, arah menuju Tapanuli Tengah.
Seharusnya sich saya tidak memilih-milih. Namun, rata-rata angkutan yang melewati Soposurung telah penuh. Mungkin tidak banya penumpang yang akan naik di Soposurung. Umumnya, begitu keluar Kota Balige, angkutan telah terisi penuh. Ya maklum, Soposorung bisa dikatakan sebagai pinggirannya Balige. Nggak heran, situasi di sekitar agak sepi dibandingkan dengan di pusat kota. Karena selalu penuhnya angkutan, saya membuang waktu beberapa menit untuk mendapatkan angkutan yang pas. Apalagi, saya memang menghindari duduk di tengah atau di belakang angkutan yang sudah pasti sangat berjejal, nggak bisa nafas dan berpotensi membuat mabuk. Hihihi. Daripada kacau seluruh perjalanan, ya tunggu sebentar nggak papa kali yach. Kemudian, berhentilah seuntai(?) angkot yang mengerem sedemikian rupa setelah melihat saya. Ia butu-butu mundur dan supirnya turun untuk menemui saya. Wow! Servis luar biasa! Ia bertanya kemanakah saya akan menuju dan saya mengatakan Sibolga. Ya, sesuai dugaan saya, bapak itu berkata bahwa tidak ada angkutan menuju Sibolga langsung dari Balige. Kalaupun ada, jumlahnya tidak banyak dan sudah tidak ada pada saat saya menunggu di tepi jalan itu. Ia menawarkan saya untuk menumpang angkutan umumnya (yang saat itu sudah kelewat penuh). Terus terang saya tidak tertarik dan langsung mengatakan bahwa angkutan si bapak telah penuh. Namun, secara ajaib, ia mengatur pengaturan tempat duduk di dalam angkutan dan secara mengejutkan, saya mendapat tempat yang sangat bagus, di depan bersama supir di tepi jendela! Hore, saya bisa menjelajahi Balige – Tarutung sambil berfoto-foto pastinya.
Angkutan umum di daerah, contohnya Balige – Tarutung secara umum akan menipis jumlahnya saat sore hari. Jadi, pastikanlah anda sudah tiba di lokasi tujuan sebelum sore menghadang. Usahakan sore hari hanya digunakan untuk menyusuri tujuan yang sudah tidak terlalu penting atau mudah dicapai. Saya masih cukup beruntung mendapatkan angkutan yang akan membawa saya, walaupun sudah lewat tengah hari. Oh ya, Rute Balige – Tarutung akan ditempuh dalam 1 jam dan akan melewati Gurgur, Silangit, Siborong-borong, Huta Raja, dan Sipoholon. Pemandangan yang terlihat? Dari Balige sampai Gurgur, pemandangan bukit kehijauan masih dapat anda nikmati. Namun, dari Silangit sampai Siborong-borong, hutannya mulai agak sedikit berkurang kelebatannya. Melewati Huta Raja dan Sipoholon, pemandangan yang anda nikmati akan ditambah dengan tebing bebatuan kapur (ini menjelaskan mengapa di Sipoholon banyak sekali sumber pemandian air panas). Sepanjang perjalanan, angkutan yang saya tumpangi jarang menaikkan atau menurunkan penumpang. Saya rasa sangat wajar mengingat banyak tempat yang dilalui rute angkutan ini merupakan ladang atau hutan. Untuk durasi 1 jam perjalanan, saya membayar Rp. 15.000 saja dan menunggu sejenak di Kota Tarutung, arah menuju Tapanuli Tengah.
0 komentar:
Post a Comment