Situs Batujaya Yang Tertua Di Jawa

Kebetulan kami berada di Karawang dan kebetulan lagi berada di Rengasdengklok. Kenapa nggak mencoba menyambangi dua buah candi yang *tentu saja tidak seterkenal Borobudur* cukup terkenal baru-baru ini. Walaupun namanya bisa dikatakan tidak sepopuler Borobudur atau Prambanan, namun secara mengejutkan, wilayah Karawang memiliki situs percandian dengan sejumlah candi berada di dalamnya. Konon, Karawang bahkan bergelar Lumbung Candi di Jawa Barat! Belum pernah denger kan? Mari ikut saya!


Batujaya, terletak di utara Rengasdengklok, kurang lebih 45 menit perjalanan dengan menggunakan mobil. Temuan kompleks percandian di wilayah ini konon disebut-sebut sebagai temuan terbesar dalam 50 tahun terakhir karena menyingkap hal-hal yang sebelumnya tidak pernah diketahui. Seperti diketahui, candi tertua yang ada di Pulau Jawa berasal dari abad ke 8. Nah, berdasarkan dari hasil analisa karbon, Kompleks Situs Batujaya berasal dari abad ke 2, hingga yang termuda pada abad ke 12. Temuan ini juga meruntuhkan pendapat bahwa tidak ada candi di Jawa Barat selain di wilayah Leles, Garut, yakni Candi Cangkuang. Situs Batujaya menunjukkan pada kita bahwa ada peradaban Buddha (mungkin oleh Kerajaan Taruma) pada masa itu yang hidup di sekitar aliran Sungai Citarum purba. Menarik sekali mengamati candi-candi ini karena mulai dari bentuk, batuan penyusun, hingga filosofinya agak berbeda dengan candi-candi yang selama ini kita kenal. Secara sederhana saja, apabila diminta untuk membayangkan bentuk candi, pasti kita akan membayangkan batu-batu besar berat berwarna hitam atau abu-abu yang direlief membentuk dewa-dewi pada jaman dahulu. Contoh paling sederhana tentu saja relief Karmawibhangga di sekujur Borobudur dan relief cerita Ramayana di sekujur Prambanan. Itu adalah batuan andesit yang biasanya banyak terdapat di wilayah seputar gunung berapi. Pada situs Batujaya, anda akan melihat bahwa candi-candi yang ada disini tersusun atas batu bata merah, yang membuat kita berpikir bahwa candi-candi ini berusia lebih muda daripada candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Secara mengejutkan, candi di Situs Batujaya berusia lebih tua daripada candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batuan penyusun candi ternyata tidak merefleksikan umur candi. Hmmmm.
Selain itu, bentuk candi-candi di tempat ini pun tidak mengesankan bentuk candi yang selama ini kita kenal. Umumnya candi mengandung bentuk stupa dan bentuk seperti rumah dengan semakin ke atas semakin mengerucut. Candi Jiwa, salah satu candi yang berada dalam kompleks Situs Batujaya tidak mengesankan bentuk candi yang selama ini kita kenal. Candi ini tinggi, datar, dan tidak memiliki tangga sama sekali. Beberapa ahli percaya, bahwa ini merupakan bentuk dasar dari sebuah stupa. Namun, misteri ini bukanlah satu-satunya misteri yang ada dalam kompleks Situs Batujaya ini. Aliran situs percandian ini, walaupun dipercaya beraliran Buddha, namun banyak terdapat unsur Hindu dalam filosofinya. Tentang bagaimana candi-candi ini bisa terkubur pun, sebenarnya masih merupakan suatu misteri. Umumnya, candi dikubur ketika akan dirusak oleh pihak lawan atau, kalau melihat skalanya yang luas, ada bencana alam (atau mega bencana alam) yang terjadi di wilayah ini (masih ingat donk, bagaimana Candi Borobudur ketika ditemukan?). Ketika ditemukan, candi-candi ini semuanya terkubur dalam tanah. Wilayah Batujaya ini dahulu juga dikenal karena keangkerannya. Sebelum ditemukan, Candi Jiwa, misalnya, merupakan suatu bukit/gundukan tanah berbentuk oval. Menarik ketika ditemukan, mereka menemukan susunan batu bata, keramik, perhiasan, dan tentu saja tengkorak dan tulang belulang yang membuat mereka yakin bahwa pernah ada peradaban purba di tempat ini. Hingga kini, baru dua candi yang sudah dan sedang dipugar yakni Candi Jiwa dan Candi Blandongan. Total, konon terdapat sekitar 13 candi (atau lebih?) yang masih terpendam di wilayah ini. Tidak tertutup juga kemungkinan bahwa masih ada bangunan candi lain yang belum diketahui keberadaannya. Pemugaran total masih membutuhkan waktu cukup lama mengingat candi ini baru ditemukan pada tahun 1984 dan hingga kini, baru dua candi yang berhasil dipugar dan sedang dipugar.

Situs Batujaya ini terletak di percabangan Jalan Raya Rengasdengklok – Pakisjaya. Nggak susah menemukan jalan ini sebab inilah jalan satu-satunya penghubung wilayah Rengasdengklok dengan Pantai Pakisjaya di utara sana. Nggak usah takut kesasar, selama anda memperhatikan jalan, anda akan melihat plang petunjuk bahwa ada satu belokan tempat terdapatnya situs Batujaya ini. Dalam perjalanan pun, petunjuk arah menuju Situs Batujaya ditampilkan dalam hitungan kilometer. Sangat terbantu sekali dech. Dari belokan tersebut, situs ini sudah tidak terlalu jauh. Nah, kompleks Situs Batujaya ini berada di tengah-tengah areal persawahan. Agak unik melihat bahwa diantara hamparan-hamparan sawah ini, terdapat beberapa bangunan candi yang menjulang dan dipagari. Jalan setapak yang bisa dilalui motor telah terbangun mulai dari pintu masuk hingga Candi Blandongan, melewati Candi Jiwa. Untuk memasuki Situs Batujaya, anda tidak dikenakan biaya apapun. Hanya saja, anda wajib menuliskan nama anda di buku tamu dan kemudian membayar donasi secukupnya untuk membantu proses pemugaran candi-candi si situs ini. Apabila anda membutuhkan informasi lebih lanjut, warga setempat tanpa diminta bersedia untuk mendampingi anda selama kunjungan untuk menjadi guide dan bercerita banyak tentang sejarah situs, tentu, dengan donasi sejumlah dana. Sebelum menuju kompleks Situs Batujaya, saya sudah mempelajari banyak tentang situs-situs ini, lengkap dengan kisah mistis di unur-unur (unur = bukit/gundukan) sekitar kompleks. Oleh karena itu, saya dan rekan-rekan merasa tidak perlu menyewa jasa guide tersebut. Jalanan menuju lokasi percandian juga terbuka lebar dan mudah dijalani. Rasanya sich nggak perlu sampai menyewa ojek. Yang jadi masalah hanyalah anda perlu membeli minuman karena lokasi percandian di dataran rendah dan terbuka hampir tanpa adanya naungan pohon apapun. Lumayan bikin keringetan dan terbakar. Jadi, sunblock kayaknya perlu juga untuk anda yang akan menuju tempat ini. Kalau anda tertarik akan sejarah situs percandian ini, boleh banget tuch menyewa guide untuk menemani anda berjalan-jalan dan menggali informasi. Hitung-hitung, meningkatkan taraf ekonomi masyarakat lokal lah. Toilet hanya ada di pintu masuk. Jadi, sebelum berjalan-jalan ke kompleks, buang air kecil/besar dulu ya. Jangan buang di sembarang tempat. Kualat ntar! Hihihi.

0 komentar:

Post a Comment