Pada Tahun 1950, Sungai Citarum meluap. Rumah Alm. Bapak Djiauw Kie Siong saat itu terkena imbas dari meluapnya air Sungai Citarum. Demi menyelamatkan peninggalan bersejarah, rumah tersebut dipindahkan ke lokasinya sekarang (rumah anaknya nomor 5). Lokasi lama tempat rumah tersebut berdiri telah didirikan sebuah monumen. Monumen Kebulatan Tekad namanya untuk mengenang lokasi tempat peristiwa bersejarah terjadi kala detik-detik menuju diproklamirkannya kemerdekaan bangsa ini.
Monumen yang didirikan pada tahun 1950 ini telah dipugar beberapa kali dan terakhir berlangsung pada pemerintahan Presiden RI ke 5, Ibu Megawati Soekarnoputri. Monumen yang berbentuk tangan kiri yang mengepal ini berdiri di atas pedestal berukuran 15x15 meter. Ada alasannya loch mengapa monumen ini mengusung bentuk tangan kiri. Konon, Tangan kiri Bapak Presiden Soekarno kala itu mengepal dan mengacung sembari beliau mengucapkan kata “merdeka”. Sementara, tangan kanannya menandatangani naskah proklamasi. Apabila dilihat dari atas, areal monumen yang berbentuk segitiga ini menampilkan angka 17,8 dan 45. Angka-angka tersebut dibentuk dari batu-batu koral penyusun area berjalan di taman ini. Di bagian belakang monumen, terdapat relief proses detik-detik tercapainya proklamasi kemerdekaan Indonesia, termasuk telah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok. Beberapa tanaman pohon dan bebungaan menaungi taman ini namun tidak cukup rindang untuk membuat keseluruhan taman ini menjadi sejuk. Nampaknya, taman ini tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan sebab pada saat kedatangan kami, pagar taman ini tertutup. Memang sich, pintu pagarnya bisa dibuka dengan mudah. Namun ya itu, hampir jarang terlihat tanda-tanda kunjungan wisatawan disini. Menariknya lagi, pada saat kami berkunjung ke monumen ini, beberapa warga juga terlihat tertarik, termasuk sejumlah anak-anak, dan kemudian ikut berkunjung dan berfoto-foto di tempat ini. Apa jangan-jangan mereka nggak tahu yach kalau monument ini terbuka untuk umum dan menjadi lokasi wisata?
Monumen yang didirikan pada tahun 1950 ini telah dipugar beberapa kali dan terakhir berlangsung pada pemerintahan Presiden RI ke 5, Ibu Megawati Soekarnoputri. Monumen yang berbentuk tangan kiri yang mengepal ini berdiri di atas pedestal berukuran 15x15 meter. Ada alasannya loch mengapa monumen ini mengusung bentuk tangan kiri. Konon, Tangan kiri Bapak Presiden Soekarno kala itu mengepal dan mengacung sembari beliau mengucapkan kata “merdeka”. Sementara, tangan kanannya menandatangani naskah proklamasi. Apabila dilihat dari atas, areal monumen yang berbentuk segitiga ini menampilkan angka 17,8 dan 45. Angka-angka tersebut dibentuk dari batu-batu koral penyusun area berjalan di taman ini. Di bagian belakang monumen, terdapat relief proses detik-detik tercapainya proklamasi kemerdekaan Indonesia, termasuk telah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok. Beberapa tanaman pohon dan bebungaan menaungi taman ini namun tidak cukup rindang untuk membuat keseluruhan taman ini menjadi sejuk. Nampaknya, taman ini tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan sebab pada saat kedatangan kami, pagar taman ini tertutup. Memang sich, pintu pagarnya bisa dibuka dengan mudah. Namun ya itu, hampir jarang terlihat tanda-tanda kunjungan wisatawan disini. Menariknya lagi, pada saat kami berkunjung ke monumen ini, beberapa warga juga terlihat tertarik, termasuk sejumlah anak-anak, dan kemudian ikut berkunjung dan berfoto-foto di tempat ini. Apa jangan-jangan mereka nggak tahu yach kalau monument ini terbuka untuk umum dan menjadi lokasi wisata?
0 komentar:
Post a Comment