Nggak ada niat sama sekali sich untuk menuju ke kelenteng ini. Namun, dalam perjalanan dari Tugu Proklamasi Rengasdengklok menuju Situs Batujaya, kami berjumpa kelenteng ini di tepi jalan. Tanpa banyak ba bi bu, kami segera memberhentikan kendaraan untuk minta diturunkan di gerbang masuk kelenteng (ternyata namanya Vihara Buddha Sasana) yang berwarna merah dan kuning meriah, kontras sekali dengan lingkungan sekitarnya. Berhubung di luar panas, mari kita segera masuk ke dalam!
Sebelum anda memutuskan untuk berkunjung ke kelenteng ini, perlu diingat, bahwa kelenteng ini tidak ada petunjuk jalannya sama sekali. Kelenteng ini terletak persis di tepi Jalan Raya Rengasdengklok – Pakisjaya. Persis di depan kelenteng adalah hamparan lapangan rumput. Vihara Buddha Sasana ini harusnya sich nggak susah ditemukan karena warnanya menyala merah dan kuning, mencolok sekali. Nah, Vihara ini terdiri atas dua bangunan utama, Vihara itu sendiri dan satunya lagi berupa Dhammasala. Banyak ornament unik yang berada di tempat ini, cocok banget buat berfoto yang unik-unik. Sebagai contoh, ada labu ajaib yang sering dijadikan tempat untuk mengurung makhluk gaib *coba dech tonton serial Sun Go Kong*. Labu ajaib berukuran besar ini berwarna emas, lengkap dengan grafir naga. Labu ajaib ini digunakan untuk membakar hio dan kertas doa. Nah, tidak jauh dari labu ajaib tersebut, ada tempat untuk meletakkan hio-hio yang telah dibakar. Wadah dari kuningan dan hiasan naga dan burung phoenik menyertai wadah ini.
Tempat yang paling menarik dari areal Vihara Buddha Sasana ini tentu saja adalah bangunan Vihara itu sendiri. Gedungnya menyala dengan warna dasar merah kuning. Serasa hidup dalam dunia kartun! Penjaga yang berada di dalam Vihara tersebut memperbolehkan kita untuk masuk dan melihat-lihat, bahkan berfoto! Wah, asyik! Walau demikian, saya jadi ingat bahwa beberapa tahun yang lalu saya pernah berkunjung ke salah satu kelenteng di Surabaya dan tidak diijinkan untuk memotret area altar. Entah alasannya kenapa, namun saya tetap menurutinya. Nah, di Vihara Buddha Sasana ini, kami bebas berfoto di dalam interior Vihara. Menyenangkan. Banyak sekali benda menarik dan bagus-bagus yang bisa dijadikan objek foto. Sebut saja deretan lampion, hingga tombak-tombak yang biasanya sering kita lihat pada pertandingan wushu. Bentuk naga dan phoenik yang mengelilingi pilar-pilar besar serta lilin-lilin raksasa boleh banget menjadi fokus perhatian anda. Dengan nuansa merah, anda bisa dapat foto-foto yang bagus di tempat ini. Oh ya, ruangan ini *hasil cari dari internet* namanya Uposathagara. Fungsinya adalah ruang untuk pentahbisan Bikkhu dan upacara keagamaan yang dihadiri para Bikkhu.
Ruangan terakhir yang kami kunjungi adalah Dhammasala. Apa sich Dhammasala itu?Dhammasala adalah ruangan tempat untuk melakukan puja bhakti, upacara keagamaan, dan tempat pembabaran Dhamma. Bangunan ini tidak bernuansa merah seperti bangunan utama. Malah, bangunan ini cenderung lebih menampilkan warna-warna netral seperti biru muda walaupun tetap ada warna berani seperti kuning dan merah. Di bagian dalam Dhammasala ini terdapat lukisan relief yang cantik. Rengasdengklok tampaknya berhasil memposisikan dirinya sebagai kota yang majemuk dan plural. Sebagai bukti, nggak hanya Masjid dan Gereja saja yang banyak di tempat ini. Vihara dan Kelenteng pun ada dan tampil cantik di tempat ini.
Sebelum anda memutuskan untuk berkunjung ke kelenteng ini, perlu diingat, bahwa kelenteng ini tidak ada petunjuk jalannya sama sekali. Kelenteng ini terletak persis di tepi Jalan Raya Rengasdengklok – Pakisjaya. Persis di depan kelenteng adalah hamparan lapangan rumput. Vihara Buddha Sasana ini harusnya sich nggak susah ditemukan karena warnanya menyala merah dan kuning, mencolok sekali. Nah, Vihara ini terdiri atas dua bangunan utama, Vihara itu sendiri dan satunya lagi berupa Dhammasala. Banyak ornament unik yang berada di tempat ini, cocok banget buat berfoto yang unik-unik. Sebagai contoh, ada labu ajaib yang sering dijadikan tempat untuk mengurung makhluk gaib *coba dech tonton serial Sun Go Kong*. Labu ajaib berukuran besar ini berwarna emas, lengkap dengan grafir naga. Labu ajaib ini digunakan untuk membakar hio dan kertas doa. Nah, tidak jauh dari labu ajaib tersebut, ada tempat untuk meletakkan hio-hio yang telah dibakar. Wadah dari kuningan dan hiasan naga dan burung phoenik menyertai wadah ini.
Tempat yang paling menarik dari areal Vihara Buddha Sasana ini tentu saja adalah bangunan Vihara itu sendiri. Gedungnya menyala dengan warna dasar merah kuning. Serasa hidup dalam dunia kartun! Penjaga yang berada di dalam Vihara tersebut memperbolehkan kita untuk masuk dan melihat-lihat, bahkan berfoto! Wah, asyik! Walau demikian, saya jadi ingat bahwa beberapa tahun yang lalu saya pernah berkunjung ke salah satu kelenteng di Surabaya dan tidak diijinkan untuk memotret area altar. Entah alasannya kenapa, namun saya tetap menurutinya. Nah, di Vihara Buddha Sasana ini, kami bebas berfoto di dalam interior Vihara. Menyenangkan. Banyak sekali benda menarik dan bagus-bagus yang bisa dijadikan objek foto. Sebut saja deretan lampion, hingga tombak-tombak yang biasanya sering kita lihat pada pertandingan wushu. Bentuk naga dan phoenik yang mengelilingi pilar-pilar besar serta lilin-lilin raksasa boleh banget menjadi fokus perhatian anda. Dengan nuansa merah, anda bisa dapat foto-foto yang bagus di tempat ini. Oh ya, ruangan ini *hasil cari dari internet* namanya Uposathagara. Fungsinya adalah ruang untuk pentahbisan Bikkhu dan upacara keagamaan yang dihadiri para Bikkhu.
Ruangan terakhir yang kami kunjungi adalah Dhammasala. Apa sich Dhammasala itu?Dhammasala adalah ruangan tempat untuk melakukan puja bhakti, upacara keagamaan, dan tempat pembabaran Dhamma. Bangunan ini tidak bernuansa merah seperti bangunan utama. Malah, bangunan ini cenderung lebih menampilkan warna-warna netral seperti biru muda walaupun tetap ada warna berani seperti kuning dan merah. Di bagian dalam Dhammasala ini terdapat lukisan relief yang cantik. Rengasdengklok tampaknya berhasil memposisikan dirinya sebagai kota yang majemuk dan plural. Sebagai bukti, nggak hanya Masjid dan Gereja saja yang banyak di tempat ini. Vihara dan Kelenteng pun ada dan tampil cantik di tempat ini.
Foto ruangan Dhammasala yang ada relief cantiknya mana? Seharusnya semua tempat beribadah terbuka untuk umum, dan seharusnya lebih banyak lagi yang suka berkunjung ke tempat-tempat peribadatan, karena bermanfaat sekali untuk menghapuskan syak wasangka.
ReplyDeletehahaha..kateran keterbatasan tempat foto, alhasil, foto-foto yang ditampilkan adalah foto yang ada di halaman ini saja.
ReplyDeleteEh, setuju sekali! harusnya kunjungan ke tempat ibadah dibuka seluas2nya, untuk menghapuskan syak wasangka! Vote Ari for President!
Waahh vihara yang bagus. Vihara ini tergolong sangat bagus intuk di daerah perdesaan.. Sangat baik untuk berkunjung.. Saya dengar di vihara ini terdapat SE MIEN FO.. Yaitu dewa 4 muka dari Thailand.. Vihara ini bagus untuk di kunjungi...
ReplyDelete