Kalau anda menyebut Karawang, pikiran saya tertuju pada dua hal : Beras dan Goyang Karawang. Hihihi. Nggak salah sich, Karawang memang sudah lama dikenal sebagai lumbung padi-nya Jawa Barat bersama dengan Indramayu, Subang, Cianjur dan Sukabumi. Beras dari Karawang sudah terkenal semenjak jaman dahulu kala loch. Ini kebetulan adalah hal yang saya pelajari kala duduk di bangku Sekolah dasar dahulu. Kalau anda kebetulan menaiki kereta api dari Jakarta sampai Cirebon, anda akan melihat hamparan sawah yang luas ketika berada di Kabupaten Karawang. Nah, soal Goyang Karawang, ini lagu yang populer di tahun 1990-an nich. Saya masih inget banget sama lirik lagu yang dibawakan oleh Lilis Karlina ini. “perut yang gendut menjadi langsing...”. Tarian yang dibawakan Lilis Karlina memang bagus, bahkan pertunjukkan bakat acara perpisahan SD saya kala itu menggunakan lagu ini. Hihihi. Lagu tersebut memang fenomenal pada masa-masa itu. Namun, akhir-akhir ini Goyang Karawang ini sempat naik daun lantaran ada sebuah film yang mengusung sisi mistis goyangan ini. Syukurlah, judul film tersebut dirubah karena diprotes oleh masyarakat Karawang yang merasa bahwa judul film itu merusak citra Kabupaten mereka. Loch, koq saya jadi ngelantur kemana-mana yach?
Karawang terletak di timur Jakarta dan Bekasi. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dengan sebagian besar perbukitan di sebelah selatan dan wilayah laut di sebelah utara. Nggak heran, Karawang lumayan panas, nggak beda sama Jakarta lah. Mencoba mengenal Karawang lebih jauh, dua kota yang paling terkenal di Kabupaten Karawang adalah Rengasdengklok dan Cikampek. Rengasdengklok sudah cukup terkenal berkat perumusan naskah teks proklamasi yang dibuat di tempat ini walaupun tidak semua orang pernah berkunjung ke tempat ini. Sedangkan, Cikampek? Siapa sich yang nggak kenal Cikampek? Kota yang terletak di ujung timur Karawang ini adalah ujung dari jalan tol Jakarta – Cikampek, penghubung dengan Sadang dan Subang, serta jalan tol Padalarang dan Bandung. Berita kecelakaan yang kerap terjadi di Tol Cikampek kerap mewarnai berita di televisi kita pada era tahun 1990-an.
Menilik asal kata Karawang, ternyata ada berbagai versi nich yang menyebutkan asal usul pemberian nama Karawang. Versi yang paling populer adalah dari kata dalam bahasa Sunda, Krewang yakni penuh lubang. Bisa jadi, jalanan di tempat ini pada masa itu penuh dengan lubang. Versi lainnya adalah dari kata Kerawaan yang artinya penuh dengan rawa. Beberapa versi lain yang tidak sepopuler dua asal ini menyebutkan, Karawang berasal dari kata Kera dan Uang, atau versi lain, dalam bahasa Belanda, Caravan. Penduduk Karawang sebagian besar berasal dari Etnis Sunda dengan tutur dialek khas Karawang. Walau demikian, masih ada loch pemukiman warga Betawi di tempat ini di tempat yang berbatasan dengan Bekasi dan orang Cirebonan di wilayah timur Karawang. Sebagian besar penduduk Karawang menganut agama Islam. Namun, dengan diketemukannya Situs Batujaya dan Situs Cibuaya di tepi aliran Sungai Citarum, cukup menarik mengetahui bahwa peradaban agama Buddha telah lama hadir di tempat ini, bahkan usia candi-candi yang ditemukan, lebih tua dari Candi Borobudur yang didirikan oleh Raja Samaratungga pada abad ke 8 Masehi. Candi tertua yang ada di situs ini diperkirakan dibangun pada awal abad ke 2 Masehi. Tua sekali yach? Sayangnya, walaupun Karawang cukup dekat dengan Kota Jakarta, namun akses dari Karawang menuju Rengasdengklok, Batujaya, Cibuaya, hingga Pakisjaya tergolong kurang baik. Dari Karawang, anda masih membutuhkan sekitar satu jam lagi untuk mencapai Rengasdengklok. Dari Rengasdengklok, mungkin sekitar satu jam lagi untuk mencapai Batu Jaya dan satu jam lebih ekstra untuk mencapai Pakis Jaya. Jarak jalannya sich tidak terlalu jauh. Namun, kondisi jalan yang kurang baik mengharuskan kami berjalan perlahan-lahan. Banyak hal yang menarik minat kami yang membuat kami tertarik untuk mengeksplorasi Karawang. Tertarikkah anda untuk mengeksplorasi Karawang? Mari ikut saya dalam perjalanan ini.
Karawang terletak di timur Jakarta dan Bekasi. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dengan sebagian besar perbukitan di sebelah selatan dan wilayah laut di sebelah utara. Nggak heran, Karawang lumayan panas, nggak beda sama Jakarta lah. Mencoba mengenal Karawang lebih jauh, dua kota yang paling terkenal di Kabupaten Karawang adalah Rengasdengklok dan Cikampek. Rengasdengklok sudah cukup terkenal berkat perumusan naskah teks proklamasi yang dibuat di tempat ini walaupun tidak semua orang pernah berkunjung ke tempat ini. Sedangkan, Cikampek? Siapa sich yang nggak kenal Cikampek? Kota yang terletak di ujung timur Karawang ini adalah ujung dari jalan tol Jakarta – Cikampek, penghubung dengan Sadang dan Subang, serta jalan tol Padalarang dan Bandung. Berita kecelakaan yang kerap terjadi di Tol Cikampek kerap mewarnai berita di televisi kita pada era tahun 1990-an.
Menilik asal kata Karawang, ternyata ada berbagai versi nich yang menyebutkan asal usul pemberian nama Karawang. Versi yang paling populer adalah dari kata dalam bahasa Sunda, Krewang yakni penuh lubang. Bisa jadi, jalanan di tempat ini pada masa itu penuh dengan lubang. Versi lainnya adalah dari kata Kerawaan yang artinya penuh dengan rawa. Beberapa versi lain yang tidak sepopuler dua asal ini menyebutkan, Karawang berasal dari kata Kera dan Uang, atau versi lain, dalam bahasa Belanda, Caravan. Penduduk Karawang sebagian besar berasal dari Etnis Sunda dengan tutur dialek khas Karawang. Walau demikian, masih ada loch pemukiman warga Betawi di tempat ini di tempat yang berbatasan dengan Bekasi dan orang Cirebonan di wilayah timur Karawang. Sebagian besar penduduk Karawang menganut agama Islam. Namun, dengan diketemukannya Situs Batujaya dan Situs Cibuaya di tepi aliran Sungai Citarum, cukup menarik mengetahui bahwa peradaban agama Buddha telah lama hadir di tempat ini, bahkan usia candi-candi yang ditemukan, lebih tua dari Candi Borobudur yang didirikan oleh Raja Samaratungga pada abad ke 8 Masehi. Candi tertua yang ada di situs ini diperkirakan dibangun pada awal abad ke 2 Masehi. Tua sekali yach? Sayangnya, walaupun Karawang cukup dekat dengan Kota Jakarta, namun akses dari Karawang menuju Rengasdengklok, Batujaya, Cibuaya, hingga Pakisjaya tergolong kurang baik. Dari Karawang, anda masih membutuhkan sekitar satu jam lagi untuk mencapai Rengasdengklok. Dari Rengasdengklok, mungkin sekitar satu jam lagi untuk mencapai Batu Jaya dan satu jam lebih ekstra untuk mencapai Pakis Jaya. Jarak jalannya sich tidak terlalu jauh. Namun, kondisi jalan yang kurang baik mengharuskan kami berjalan perlahan-lahan. Banyak hal yang menarik minat kami yang membuat kami tertarik untuk mengeksplorasi Karawang. Tertarikkah anda untuk mengeksplorasi Karawang? Mari ikut saya dalam perjalanan ini.
nah habis dari Karawang ke Purwakarta om :D ketemu ama sy :P
ReplyDeleteoya? Kampung dirimu di Purwakarta? Semarang hanya tempat kuliah saja yach? baru tahu nich. hehehe
ReplyDeleteJaya selalu karawang..
ReplyDelete