Agenda saya malam itu hanyalah makan malam dan kemudian istirahat untuk persiapan esok harinya menuju Mamasa, Sulawesi Barat. Pertama, saya kembali dahulu ke Hotel Al Salam II karena saya percaya ada rumah makan yang nempel jadi satu dengan hotel ini. Sayangnya, ketika saya baru duduk dan meminta seorang mbak untuk membawakan menu apa saja yang ada, mbak tersebut kebingungan. Belakangan, ia memanggil temannya dan temannya ini yang menjelaskan bahwa restoran ini sudah tidak beroperasi. Ia merekomendasikan saya untuk makan di rumah makan yang banyak tersebar di jalan raya besar Kota Sengkang yang sepelemparan batu dari Hotel Al Salam II. Saya sempat bertanya kepada mas ini perihal makanan khas Sengkang yang layak saya coba. Sayangnya, Sengkang tidak memiliki makanan spesial yang khas dari daerah ini. Beberapa warga yang saya tanyai justru menyarankan saya untuk mencoba kuliner khas Tempe yakni udang kecil-kecil dan ikan air tawar khas Tempe yang disajikan di desa tersebut. Sayangnya, sudah terlalu malam saat saya keluar dari desa Tempe. Tidak ada lagi rumah makan yang buka saat malam itu.
Saya akhirnya beringsut pelan ke depan jalan raya, melihat rumah makan apa saja yang masih membuka kedainya. Daripada rumah makan, tempat-tempat ini lebih tepat disebut tenda pinggir jalan. Dari kesemuanya, rata-rata menjual makanan serupa yang khas Jawa daripada khas Sulawesi. Akhirnya, daripada berbingung-bingung ria, saya memutuskan untuk mencicipi makanan yang ada saja dan mudah diperoleh : ayam goreng. Ikan yang rumah makan ini tawarkan juga ikan laut, bukan ikan yang berasal dari perairan tawar di Danau Tempe atau Sungai Walannae. Tidak berminatlah saya untuk mencoba ikan yang tidak autentik kota ini. Ayam goreng tampaknya pilihan paling baik, paling aman dan paling familiar lantaran rumah makan lain menjual aneka chinese food seperti kwetiaw goreng, nasi goreng, dan aneka makanan khas Jawa Timuran khas laut. Kebetulan, saya lagi pengen makan ayam goreng. Hehehe. Seperti biasa, tidak ada yang spesial pada menu ayam goreng yang saya makan pada malam itu. Kesannya hanya satu : enak, seperti biasa. Ayam yang sudah dibumbui kuning terlebih dahulu kemudian digoreng, khas Jawa Timuran. Yang unik dari menu makanan ini mungkin hanya nasinya. Alih-alih mencukupkan porsi nasi pada satu piring, sang pelayan menyediakan satu periuk tempat nasi yang bisa diambil sesuka hati. Porsi nasinya pun berukuran besar. Wow! Boleh dihabiskan nich nasinya? Saya nggak tahu sich kalau nasinya dihabiskan setengah atau dihabiskan semua akan dicharge beda atau ngga, tapi saya nggak menghabiskan seluruh nasi pada malam itu. Saya nggak rakus rakus amat kali yach. Hahahaha. Satu kejutan lain muncul di tenda makan itu selain ukuran nasi yang mengagumkan. Harga seporsi nasi, ayam goreng, sedikit lalapan standard, dengan minuman air putih dan sup a la sup saudara namun tanpa daging, hanya bihun, dihargai Rp. 15.000. Di Jakarta atau mungkin di Lamongan sana, harga segini bisa ngasih makan dua orang kenyang, atau tiga orang. Hehehehe. Walaupun rasanya enak, namun perbedaan tanah, sumber daya alam dan kultur sedikit banyak mempengaruhi rasa menu makanan yang saya makan. Anda boleh bilang saya sok tahu, tapi rasanya jelas berbeda dengan ayam goreng yang digoreng di Surabaya, Jakarta, atau Palangka Raya. Menariknya lagi, tenda makan ini rame. Pengunjung datang silih berganti untuk mencicipi makan malam. Uniknya lagi, sekitar menjelang jam 8 malam, tenda makan ini justru sudah mulai sepi. Apakah orang-orang sudah selesai makan dan bersiap kembali ke peraduannya masing-masing? Oh yah, nambah satu lagi boleh yach? Hehehe. Pelayanannya agak kasar dan cuek. Yah, banyak yang harus dibenahi untuk jualan makanan yang lebih welcome terhadap turis. Oh tidak, saya tidak mencap saya sebagai turis. Namun, setidaknya berikan penjelasan yang lengkap untuk menu makanan ini dan menu makanan itu. Apa kandungan dan isi makanan ini dan itu, jangan dijawab sambil lalu donk. Bersikap ramah sedikit terhadap pelanggan dan tamu yang datang nggak ada salahnya loch. Bener banget, malah!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Makanan khas Sengkang bisa mencoba lawa' udang atau lawa ikan. Lawa adalah makanan terbuat dari udang atau ikan mentah yg diberi jeruk nipis dan kelapa goreng. Biasax di jual pada pagi hingga siang aja. Tempatx tdk jauh dari Hotel Al Salam 2 yakni d pasar mini 2.
ReplyDeleteHalo Mr. Anonim!
ReplyDeleteWaaaah...terima kasih atas informasinya. Sayang, saya tidak sempat mencicipi Lawa ini. huhuhu. Sempat mendengar akan menu ini tapi tampaknya saya ngga memiliki banyak pilihan pada malam itu. Mungkin kali lain ke Sengkang, saya akan mencarinya :D
Terima kasih sudah berkunjung!
SEKEDAR INFO BOCORAN TOGEL
ReplyDeleteJIKA ANDA BUTUH A'NGKA GHOIB/JITU
SGP HK MALAYSIA ARAB SAUDI LAOS
2D_3D_4D-5D-6D-7D DI JAMIN 100% TEMBUS...
SAYA BUKTINYA SUDAH 5X JP
DAN SAYA SUDAH BENER2 YAKIN DENGAN AKI RORO
YANG TELAH MEMBERIKAN ANGKA RITUAL NYA
BAGI ANDA YANG SUKA MAIN TOGEL
& INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN GABUNG DENGAN AKI RORO
SILAHKAN HUB DI NO: ((_082_336_642_456_))
ATAU >>KLIK DI SINI<<
Sekian lama saya bermain togel baru kali ini saya
benar-benar merasakan yang namanya kemenangan 4D
dan alhamdulillah saya dpat Rp 250 juta dan semua ini
berkat bantuan angka dari AKI RORO
karena cuma Beliaulah yang memberikan angka
ritual yg di jamin 100% tembus awal saya
bergabung hanya memasang 100 ribu karna
saya ngak terlalu percaya ternyatah benar-benar
tembus dan kini saya ngak ragu-ragu lagi untuk memasang
angka nya,,,,buat anda yg butuh angka yang di jamin tembus
hubungi AKI RORO DI NO: ((_082_336_642_456_))
insya allah beliu akan siap menbatu kesusahan anda
''kami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T dan terima kasih banyak kepada AKI RORO.