Sampri adalah angkutan generik untuk semua minibus yang beroperasi di banyak wilayah Sumatera Utara, namun wilayah jelajahnya masih di seputaran Samosir sich. Untuk keluar dari Pangururan, saya membutuhkan Sampri yang beroperasi di rute Pangururan – Tarutung (rencananya, perjalanan saya malam ini akan berakhir di Tarutung). Rute Sampri di Kota Pangururan sich ada banyak: rute utara melalui Sidikalang ke arah Medan, atau rute selatan melalui Dolok Sanggul, Siborong-borong, Tarutung dan berakhir di Sibolga. Tujuan saya berikutnya adalah Menara Pandang Tele (Rp. 15.000, ±30KM dari Pangururan dengan kondisi jalan tepian gunung dan luar biasa parah) yang difungsikan untuk melihat Danau Toba dari ketinggian. Menara Pandang ini terletak di wilayah Harian, terletak di perlintasan antara Pangururan dengan Dolok Sanggul atau Pangururan dengan Sidikalang, jadi naik sampri apapun nggak masalah sich karena umumnya akan melewati Tele ini.
Seperti umumnya angkutan lokal apapun di Indonesia, mereka nggak mengenal jadwal. Selama kendaraan belum penuh maka kendaraan tidak akan diberangkatkan. Tentu, ini maksudnya untuk menghemat bahan bakar dan biar nggak rugi dalam kegiatan operasionalnya. Masuk akal sich hitung-hitungannya (apalagi kalau nanti saya cerita soal medan yang ditempuh!). Namun bagi seorang backpacker semacam saya, waktu adalah harta yang tak boleh di sia-siakan. Semakin cepat di perjalanan, semakin banyak hal yang bisa saya dapatkan di objek wisata. Namun, sampri saya belum terlihat akan bergerak sama sekali walaupun tas saya sudah dijejalkan masuk ke dalam bagasi kendaraan (bukan bagasi sich, tapi celah sempit antara kursi paling belakang dengan pintu). Penumpang yang masuk baru kami berdua dan seorang ibu dengan dua orang anaknya saja. Agak berbeda dengan angkutan di Jawa yang mungkin jumlahnya lebih banyak sehingga kita bebas memilih angkutan mana yang dirasakan lebih cepat membawa kita. Sayangnya, pilihan di Pangururan tidak banyak dan cukup terbatas. Kalau mau cepat jawabannya cuma carter! Kendaraan umum berjalan sesuai antrian dan jumlahnya nggak sampai jumlah jari di satu tangan dalam satu jam! Nah, makanya saya nggak bisa seenaknya dech mau milih-milih angkutan disini. Daripada bengong atau jadi nggak asyik, alhasil, saya berkeliling Pasar Pangururan sambil menunggu kendaraan berangkat. Tas saya? Tinggalin saja, kayaknya aman koq. Supir dan sekaligus kenek Sampri tersebut malah berkata agar saya berjalan-jalan saja, nanti kalau sudah mau berangkat akan dipanggil. Hahaha. Angkutan umum cita rasa carter.
Seperti umumnya angkutan lokal apapun di Indonesia, mereka nggak mengenal jadwal. Selama kendaraan belum penuh maka kendaraan tidak akan diberangkatkan. Tentu, ini maksudnya untuk menghemat bahan bakar dan biar nggak rugi dalam kegiatan operasionalnya. Masuk akal sich hitung-hitungannya (apalagi kalau nanti saya cerita soal medan yang ditempuh!). Namun bagi seorang backpacker semacam saya, waktu adalah harta yang tak boleh di sia-siakan. Semakin cepat di perjalanan, semakin banyak hal yang bisa saya dapatkan di objek wisata. Namun, sampri saya belum terlihat akan bergerak sama sekali walaupun tas saya sudah dijejalkan masuk ke dalam bagasi kendaraan (bukan bagasi sich, tapi celah sempit antara kursi paling belakang dengan pintu). Penumpang yang masuk baru kami berdua dan seorang ibu dengan dua orang anaknya saja. Agak berbeda dengan angkutan di Jawa yang mungkin jumlahnya lebih banyak sehingga kita bebas memilih angkutan mana yang dirasakan lebih cepat membawa kita. Sayangnya, pilihan di Pangururan tidak banyak dan cukup terbatas. Kalau mau cepat jawabannya cuma carter! Kendaraan umum berjalan sesuai antrian dan jumlahnya nggak sampai jumlah jari di satu tangan dalam satu jam! Nah, makanya saya nggak bisa seenaknya dech mau milih-milih angkutan disini. Daripada bengong atau jadi nggak asyik, alhasil, saya berkeliling Pasar Pangururan sambil menunggu kendaraan berangkat. Tas saya? Tinggalin saja, kayaknya aman koq. Supir dan sekaligus kenek Sampri tersebut malah berkata agar saya berjalan-jalan saja, nanti kalau sudah mau berangkat akan dipanggil. Hahaha. Angkutan umum cita rasa carter.
masa' iya sih mas dari pangururan ke tele bisa sampai 30 km? rasanya nggak begitu jauh deh.. :D
ReplyDeletehahaha...saya ngukur pake wikimapia :p aktualnya sekitar 22 hahahaha.
ReplyDelete