Pangururan sebagai ibukota Samosir praktis nggak memiliki objek wisata apapun yang bisa memaksa turis untuk tinggal lebih lama. Seperti yang saya bilang sebelumnya, objek wisata yang ada di wilayah Pangururan kebanyakan berada agak jauh di luar jangkauan kaki. Rata-rata, objek wisata terdekat yang ada harus menggunakan kendaraan dan jarak tempuhnya bisa dikatakan lumayan. Hmm.... untung saja ada monumen yang berdiri tidak jauh dari Pasar Pangururan, lumayan lah kalau mau mengenal Kota Pangururan lebih intim. Hihihi.
Lokasi berdirinya monumen ini membelakangi jalan masuk Pangururan dari wilayah timur (Tomok). Ya, pintu masuk kota ini memang ada tiga : satu yang utama dari arah barat via Tele - Tano Ponggol, satudari arah Tomok, dan satu lainnya dari arah selatan via Onan Runggu. Nggak banyak yang bisa diceritakan monumen ini selain tulisan yang ada pada bagian pedestal patung. Tulisan pada pedestal patung bertuliskan : “Dengan Rahmat Tuhan YME, Monumen Perjuangan TNI Sektor II, DMTT/STT SUB TERR – VII Komando Sumatera Telah Diresmikan Pada Tanggal : 2 Mei 1992”. Monumen ini diresmikan oleh Raja Inal Siregar, Gubernur Sumatera Utara pada masa itu dan ditandatangani juga oleh A.E Manihuruk, putera Samosir yang sukses di dunia militer Indonesia. Di sisi lain pedestal, ada semacam grafiran timbul yang melukiskan perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan II tahun 1948. Saya tidak tahu patung ini siapa karena tidak ada informasi lebih lanjut. Namun buat saya, patung ini unik karena walaupun berstatus patung militer (atribut militernya cukup terasa loh), namun tangan kanan bapak ini memegang tongkat alih-alih senjata. Jalan damaikah? Entah apakah beliau A.E. Manihuruk atau bukan, saya tidak tahu, mungkin ada teman-teman di Pangururan yang bisa memberikan konfirmasi?
Sayang, seperti halnya tempat umum dan fasilitas publik di banyak tempat di Indonesia, lokasi monumen dan monumen ini tidak jauh dari ketidakpedulian dan vandalisme. Kolam air mancur yang berada persis di depan monumen ini tidak menyala dan sejumlah rerumputan meranggas dan terlihat kurang terawat. Yang paling parah, tampaknya ada yang memasang stiker kampanye pemilu di bagian tengah pedestal dan menutupi lambang Burung Garuda Pancasila. Entah apakah segera disobek kembali atau lama baru disobek namun tampak jelas sisa bekas stiker tempel di sekeliling Burung Garuda Pancasila, lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pangururan memang kota kecil sich, namun bukan tidak mungkin apabila monumen yang ada dirawat dan dimaksimalkan, bisa menjadi objek wisata menarik yang masuk dalam daftar wajib kunjung kebanyakan wisatawan, bukan?
Lokasi berdirinya monumen ini membelakangi jalan masuk Pangururan dari wilayah timur (Tomok). Ya, pintu masuk kota ini memang ada tiga : satu yang utama dari arah barat via Tele - Tano Ponggol, satudari arah Tomok, dan satu lainnya dari arah selatan via Onan Runggu. Nggak banyak yang bisa diceritakan monumen ini selain tulisan yang ada pada bagian pedestal patung. Tulisan pada pedestal patung bertuliskan : “Dengan Rahmat Tuhan YME, Monumen Perjuangan TNI Sektor II, DMTT/STT SUB TERR – VII Komando Sumatera Telah Diresmikan Pada Tanggal : 2 Mei 1992”. Monumen ini diresmikan oleh Raja Inal Siregar, Gubernur Sumatera Utara pada masa itu dan ditandatangani juga oleh A.E Manihuruk, putera Samosir yang sukses di dunia militer Indonesia. Di sisi lain pedestal, ada semacam grafiran timbul yang melukiskan perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan II tahun 1948. Saya tidak tahu patung ini siapa karena tidak ada informasi lebih lanjut. Namun buat saya, patung ini unik karena walaupun berstatus patung militer (atribut militernya cukup terasa loh), namun tangan kanan bapak ini memegang tongkat alih-alih senjata. Jalan damaikah? Entah apakah beliau A.E. Manihuruk atau bukan, saya tidak tahu, mungkin ada teman-teman di Pangururan yang bisa memberikan konfirmasi?
Sayang, seperti halnya tempat umum dan fasilitas publik di banyak tempat di Indonesia, lokasi monumen dan monumen ini tidak jauh dari ketidakpedulian dan vandalisme. Kolam air mancur yang berada persis di depan monumen ini tidak menyala dan sejumlah rerumputan meranggas dan terlihat kurang terawat. Yang paling parah, tampaknya ada yang memasang stiker kampanye pemilu di bagian tengah pedestal dan menutupi lambang Burung Garuda Pancasila. Entah apakah segera disobek kembali atau lama baru disobek namun tampak jelas sisa bekas stiker tempel di sekeliling Burung Garuda Pancasila, lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pangururan memang kota kecil sich, namun bukan tidak mungkin apabila monumen yang ada dirawat dan dimaksimalkan, bisa menjadi objek wisata menarik yang masuk dalam daftar wajib kunjung kebanyakan wisatawan, bukan?
0 komentar:
Post a Comment