Sisi Lain : Flo Rida Feat T-Pain With Low To The Siborong-borong

Shawty had them apple bottom jeans (jeans) 
Boots with the fur (with the fur) 
The whole club was lookin at her 
She hit the flo (she hit the flo) 
Next thing u kno 
Shawty got low low low low low low low low 
Them baggy sweat pants 
And the reeboxs with the straps (with the straps) 
She turned around and gave that big booty a slap (heeey) 
She hit the flo (she hit the flo) 
Next thing u kno 
Shawty got low low low low low low low low
Satu hal yang biasanya pasti saat saya menjelajah daerah-daerah adalah lagu yang diusung selama perjalanan. Biasanya, angkutan daerah memutarkan lagu khas atau lagu pop dengan bahasa daerah setempat. Lagu Batak diputarkan di wilayah Tapanuli, lagu Timor diputarkan di angkutan di Kupang, lagu Toraja diputarkan di bus Mamasa – Toraja, dan lagu Minang diputar di Sumatera Barat tentunya. Kalau nggak memutarkan lagu daerah, biasanya lagu andalan mereka adalah lagu-lagu nostalgia era 1980-an hingga awal 1990-an. Yang paling hits tentu saja Broery Marantika, Ebiet G. Ade, Pance Pondaag, dan tentu saja karya-karya Rinto Harahap. Di luar dari kedua kategori ini, umumnya terdapat lagu pop Indonesia standard seperti ST12, Peter Pan, Ungu, Wali, hingga band-band yang namanya belum sekelas yang sudah disebut pertama tadi. Lainnya lagu pop, tentu anda bisa menebak donk : dangdut! Ya, walaupun nggak sepopuler ketiga kategori awal, namun di beberapa daerah terutama wilayah Jawa, dangdut masih menjadi pilihan (sampe pusing dengerin dangdut di pesisir pantura – dangdut yang dibawakan oleh band lokal namun diaransemen dengan musik house).
Nah, di perjalanan selepas Dolok Sanggul melintasi Lintong Nihuta dan menuju arah Siborong-borong, Sampri yang saya naiki sudah cukup kosong, hanya tinggal segelintir orang saja yang tersisa di dalamnya. Sang supir memacu kendaraannya dengan agak ngebut, melintasi jalanan super mulus yang minim kelokan, melintasi dataran yang cukup lebar dengan vegetasi yang tidak terlalu rimbun di kiri dan kanan jalan. Sesekali, kuburan ala Batak muncul dan menjulang di dataran kiri dan kanan jalan. Tiba-tiba saja, sang supir memutarkan lagu T-Pain feat Flo Rida – Low dengan lirik seperti yang saya tulis di atas. Hahahaha. Saya langsung lirik-lirikkan dengan teman saya dan ya sudahlah, kita asyik sendiri di atas mobil sambil menggoyangkan badan mengikuti irama lagu hip hop ini. Saya pikir Shania Twain sudah paling hits di kapal penyebrangan Tomok – Ajibata. Ternyata, ada yang lebih hits lagi di jalur Lintong Nihuta – Siborong-borong. T-Pain dan Flo Rida pastinya. Hohohoho.
Sang supir memacu kendaraannya dengan ukuran yang menurut saya agak gila-gilaan. Memang sich jalanan super sepi dan posisi jalan yang berada di dataran membuat sang supir bisa dengan leluasa melihat ke segala arah. Walau demikian, terkadang ada belok-belokan kecil yang tidak terlihat dimana ujungnya, termasuk jalanan naik dan turun yang membuat saya agak khawatir. Amankah? Duh, saya jadi memegang pegangan angkot keras-keras, walau tetap bergoyang mengikuti irama lagu hip-hop di dalam angkutan yang melaju keras. Nah, saya menunggu nih, lagu apakah yang akan dibawakan berikutnya dari tape yang ada di dalam Sampri tersebut. Sayangnya, entah memang sang supir hanya menyukai lagu itu saja, atau dia kebetulan belum mengunduh lagu-lagu lainnya, alhasil, lagu berikutnya adalah lagu-lagu nostalgia di era 1980-an dan berlanjut lagu pop Indonesia. Selesailah sudah ajojing saya dan teman saya di dalam Sampri yang menuju Siborong-borong.

10 komentar:

  1. haha...seru ya...bisa ikutan acara tebak lagu nih, Lomar...
    kalau penampilan supir sama jenis lagu ada hubungannya ga ? :D

    ReplyDelete
  2. makasih infonya...

    ReplyDelete
  3. Hehe.... iseng banget postingan yang ini. Super cool! Jadi inget angkot-angkot di Manado dengan sound system gila-gilaan hingga berasa di diskotik. Bahkan ada yang nekad ditambah TOA! Lalu dengan tanpa perasaan toa tersebut diarahkan ke pintu. Bisa dibayangkan betapa musikalnya jalanan di Manado.
    Perbanyak dong laporan-laporan yang model beginian. Sangat di luar dugaan.

    ReplyDelete
  4. baidewei, kok gak pernah foto berdua dengan temannya sih?! hehehe

    ReplyDelete
  5. sayangnya, semakin kesini, saya malah ga ada foto sama temen saya. Selepas Tarutung, temen saya pulang ke Medan dan saya melanjutkan perjalanan ke Nias, seorang diri. hehehe. kenapa oom? penasaran sama temen saya? :D

    ReplyDelete
  6. hihihi...mata kudu dibuka ke segala arah, demi dapat postingan ga penting kayak gini mbak May hehehehe. Mbak May kayaknya lama di Manado dan Tomohon ya? belum sempat kesana neh hehehe. mau merasakan musikalnya suasana angkot disana *sudah cukup terwakilkan sih dengan angkot Kupang* tapi konon katanya angkot Manado juara soal beginian yah? hehehehe

    ReplyDelete
  7. sayangnya ngga ada mbak. penampilan supir semuanya rasanya monoton. eh, tapi lagu mereka juga itu itu aja yah? hehehehe

    ReplyDelete
  8. Eh laporan gak penting kayak gini justru penting lho. Di Manado tiap tahun diselenggarakan lomba soundsystem angkot. Dan terakhir saya di sana sekitar satu setengah tahun lalu, juara pertamanya disabet oleh sebuah angkot yang untuk membangun soundsystem tersebut pemiliknya harus mengorbankan 150 juta rupiah. Lebay nggak, sih, demi angkot?

    ReplyDelete
  9. mmm...saya penasaran sih sama hadiahnya. kalau modal buat lombanya aja sampai 150 juta, berapa hadiahnya? atau justru hadiahnya adalah pride bagi sang pemilik angkot? Entah ya mbak, saya justru menemukan, semakin ke Timur Indonesia, angkot-angkotnya semakin ajeb-ajeb dan gila-gilaan dalam hal hiburan. Bapesta kali jo? sementara, semakin ke barat, angkutan kotanya cenderung lebe sunyi :p betul kah? :p

    ReplyDelete