Melintasi Pertigaan Siborongborong

Nggak terlalu jauh dari pintu gerbang “Selamat Jalan Dari Kabupaten Humbang Hasundutan”, nggak sampai 10 menit, sekitar 5 menitan malah, saya sudah tiba di Siborongborong. Posisi kota ini sedemikian strategisnya karena terletak di lintas tengah Sumatera. Artinya, pelancong dari arah selatan, mulai dari Kota Nopan, Padang Sidempuan, Sibolga, dan Tarutung, harus melewati kota ini kalau ingin menuju utara seperti Balige, Dolok Sanggul, Sidikalang, Pematang Siantar, Kabanjahe, dan Medan. Untuk arah sebaliknya pun, pelancong harus melewati kota ini. Ini menjelaskan kenapa saya bolak-balik melewati kota ini berkali-kali saat akan menuju Tarutung, menuju Balige, kembali ke Pematang Siantar, dan menuju Sibolga.
Terima kasih untuk teman saya, Tryvo Felix Sianturi yang secara nggak langsung sebenarnya, memperkenalkan kota ini kepada saya. Hehehe. Siborongborong menurut saya nggak ubahnya seperti kota-kota di Tapanuli yang pernah saya lihat. Mulai dari arsitektur bangunannya, deretan ruko-ruko di tepi jalan dengan atap khas Bolon, hingga suasana pasarnya, semuanya mirip dengan kota-kota di Tapanuli yang pernah saya lewati. Satu hal yang cukup membedakan adalah adanya satu buah pertigaan besar yang menghubungkan Dolok Sanggul, Tarutung, dan Balige. Walaupun disebut pertigaan besar karena menghubungkan tiga ibukota kabupaten, namun jangan bayangkan ini adalah pertigaan yang lebar. Hampir serupa dengan jalan-jalan lintas Sumatera dimanapun, median jalan hanya mampu digunakan maksimal dua buah kendaraan saja. Kondisi jalannya pun tidak bisa dikatakan baik. Entah mengapa, saya memiliki semacam perasaan bahwa jalanan di tempat ini tertutup oleh pasir kuning. Pertigaan yang dilalui oleh para pelancong dari berbagai kota pun sebenarnya merupakan perluasan dari Pasar Siborongborong yang berada di tanah lapang yang tepat berada di sebelah kiri jalur menuju ke Tarutung. Tidak ada hal-hal yang mencirikan Tanah Batak di tengah wilayah ini selain atap Batak dan gereja-gereja berbagai jemaat yang tersebar berserakan di seantero penjuru. Rumah adat, pakaian adat dan tari-tarian? Agak susah menemukannya ketika anda sudah keluar dari wilayah Samosir.
Kecantikan alam Siborong-borong baru nyata jelas terlihat di area luar pasar. Dengan alam perbukitan dan tanah datar, terkadang campuran antara makam atau gereja membuat pemandangan yang cantik, menurut saya. Bandara Silangit, bandara-nya Kabupaten Tapanuli Utara juga berada di wilayah ini. Selain sebagai kota perlintasan, Siborong-borong juga terkenal sebagai kota pengumpul bagi kopi yang dihasilkan di Lintong Nihuta. Bahkan, menurut rencana, ke depannya akan dibangun pusat pengolahan kopi di Siborong-borong agar tidak terlalu jauh ketika harus diolah di Medan sana.
Berbicara mengenai Siborongborong, maka yang terkait sich biasanya adalah wacana pembentukan Propinsi Tapanuli yang mencakup Dairi, Pakpak Bharat, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Humbang Hasundutan dan Kota Sibolga. Alasannya sich, karena pusat pemerintahan yang ada, Medan dirasakan terlalu jauh dari kota-kota di wilayah Tapanuli. Siborongborong pada jaman dahulu memang pernah menjadi ibukota dari afdeling Hoovlakte Van Toba untuk wilayah Humbang, bukan di Dolok Sanggul. Dengan alasan ini pulalah tampaknya Siborongborong ingin dinaikkan lagi pamornya sebagai kota yang penting dan strategis dalam hal pemerintahan. Yah, pemekaran memang sesuatu yang sensitif. Sensitif dalam hal latar, sensitif dalam hal motif, dan sensitif dalam banyak aspek, termasuk kepentingan politis suatu kelompok atau bahkan orang. Soalnya, selain Propinsi Tapanuli, ada banyak wilayah lain yang menunggu untuk dimekarkan pula. Yang paling dekat di Sumatera Utara sebut saja ada wacana untuk Propinsi Barumun Raya, Propinsi Nias, Propinsi Sumatera Tenggara, Propinsi Sumatera Timur, dan Propinsi Asahan Labuhan Batu. Banyak ya? Pada beberapa sisi, pemekaran tampaknya solusi jitu untuk mengentaskan masalah kesenjangan pemerintahan dan kesejahteraan. Saya sangat setuju kalau ini yang dijadikan dasar landasan ide pemekaran wilayah. Jarak ratusan kilometer untuk pengurusan dokumen legal, atau pengiriman hasil bumi dalam kondisi jalan yang tidak selalu bagus memang sebaiknya dipangkas demi terciptanya iklim yang sehat bagi pemercepatan perkembangan suatu daerah. Namun di lain pihak, pemekaran tampaknya dijadikan ajang untuk bagi-bagi kekuasaan dan pengerucutan kelompok etnik. Apalagi, pemekaran umumnya mendapatkan dana hibah dari pemerintah pusat sebesar sekian milyar untuk penyelenggaraan pemerintahan perdana. Banyak kasus terkuak di negeri ini ketika sehabis dimekarkan, suatu daerah bukannya semakin maju malah semakin terbelakang. Hal ini diperparah lagi dengan pemimpin daerah tersebut yang sangat sukar ditemui berada di kantor di wilayah tersebut, kebanyakan justru berada di Jakarta! Hmm... ceritanya jadi sedikit miring ya? Nggak heran, kementrian dalam negeri sampai melakukan moratorium pemekaran menyoal pemekaran wilayah propinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia yang dirasakan terlalu “euforia” dalam iklim demokrasi dan kebebasan berpendapat ini. Lha, koq saya jadi ngelantur kemana-mana yach? Hehehe. Terlepas dari motif apapun yang ada di balik niat pembentukan propinsi Tapanuli, menarik untuk menyambangi Siborongborong sambil minum kopi Lintong dan mencicipi Ombus-Ombus.Biarlah pemekaran menjadi persoalan elite tertentu. Yah...semoga berhasil dan diberkati dalam pelaksanaannya jika memang misinya memang mulia : kesejahteraan masyarakat. Amin! Kalau saya sich urusannya jalan-jalan dan foto-foto saja. Hehehe.

7 komentar:

  1. kalau mendengar nama Siborongborong pikiran saya selalu melayang ke seseorang yang dulu lahir di sini. ah.... jadi curcol

    ReplyDelete
  2. Emang bener, harusnya Lomar fokus pada jalan-jalan dan foto-foto saja. Yang begituan biar jadi porsi Yuanita Maya, hehe.... (kemarukdotcom). Kalau suatu hari nanti saya bikin tulisan yang berkaitan dengan hal beginian, boleh ya datanya saya 'pinjam'? Btw, Siborong-borong bagi saya mengingatkan pada judul sebuah lagu dangdut.

    ReplyDelete
  3. ihiyyyy siapa tuh. kenalin donk Oom. :D

    ReplyDelete
  4. wekekeke...mbak Yuanita lebih kepada pembahasan ipolekhankam yach? :p kalau saya mah sosbud nya aja deh hehehe...tapi sosial nyangkut sama gejolak politik masyarakat juga kan? hehehehe

    he? Siborongborong dangdut dari mananya yah?

    ReplyDelete
  5. Kelakuan siborong-borong.... (lucu nggak?)

    ReplyDelete
  6. errr...saya pikir malah "siborong-borong airnya siborong borong" :))

    ReplyDelete
  7. mantap!!!!!!!!!!!klu bs secepat nya pemekaran .......................

    ReplyDelete