(Batal Ke) Hilinawalo Mazingo Yang (Ternyata) Super Jauh

Sebelum kembali ke daratan Sumatera, rasanya nggak afdol kalau saya nggak memaksimalkan waktu saya berkunjung di Nias. Sebelum kembali menuju Gunungsitoli, saya ingin berkunjung ke salah satu desa adat yang ada di Nias dan masih memiliki Omo Sebua. Desa itu adalah Hilinawalo Mazingo. Selain memang masih memiliki Omo Sebua atau rumah adat kepada desa yang berukuran besar, saya justru terpikat dengan nama desa ini yang unik. Hehehe. Sayangnya, tidaklah mudah untuk menuju Hilinawalo Mazingo.Agak berbeda dengan Bawomataluo dan desa-desa lain di seputaran Nias Selatan, Hilinawalo Mazingo justru terletak di jalur balik antara Teluk Dalam dan Gunungsitoli, sebelum Gomo. Jarak yang tidak bisa dikatakan dekat tersebut membuat akses menuju desa tersebut sulit. Terlebih lagi, dari tepi jalan raya, dimana masih bisa ditemukan kendaraan umum melintas, jalan masuk menuju desa tersebut tidaklah dekat. Pilihan satu-satunya hanyalah carter kendaraan agar bisa menikmati Hilinawalo Mazingo. Carter mobil? Tentu saja tidak, soalnya saya sendirian. Opsi lainnya adalah sewa ojek. Mudah-mudahan harganya masuk akal sebab saya ingin sepagi mungkin kesana, foto-foto, kemudian kembali lagi menuju Teluk Dalam untuk bergegas kembali ke Gunungsitoli naik taksi pukul 10 pagi. Apa kata supir ojek yang hendak saya carter?"Wah, jauh itu. Dan bapak nggak bisa kembali tepat waktu karena perjalanan saya sudah membutuhkan waktu sekitar dua jam lantaran medan jalan yang kurang baik dan naik turun. Kalau mau kesana, mungkin sore baru bisa kembali lagi kesini". Oke, kesimpulan yang lumayan untuk membuat saya membatalkan rencana pagi ini. Berapa sich harganya? Bapak itu membuka harga Rp 250.000 yang membuat saya terbelalak. Saya utarakan keheranan saya akan harganya dan perbandingan harga murah yang saya dapatkan ketika berkunjung ke Bawomataluo. Bapak tersebut nggak heran rupanya dengan keheranan saya. Jarak Teluk-Dalam Bawomataluo ternyata nggak ada apa-apanya dibanding Teluk Dalam - Hilinawalo Mazingo yang menurutnya cukup jauh dan lumayan naik turun. Walaupun akhirnya si bapak menurunkan harga menjadi Rp 200.000 dengan alasan mau membantu saya dan dia tidak untung banyak, namun saya sudah tidak meminati berkunjung ke Hiliwalo Mazingo. Saya tetap harus kembali ke Gunungsitoli saat siang agar bisa memutari kota tersebut. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada sang bapak dan membatalkan rencana saya berkunjung ke Hilinawalo Mazingo. Kebetulan, seusai penawaran pagi itu, hujan turun dengan lebatnya membasahi Teluk Dalam padahal langit terik panas. Saya akhirnya menghabiskan pagi itu dengan menunggu di losmen sambil menikmati sarapan pagi.

0 komentar:

Post a Comment