Lagi dan Akhirnya, 3 Jam Dari Teluk Dalam Ke Gunungsitoli

Akhirnya, setelah menjemput para penumpang yang tersisa di Sorake, mobil pun kembali ke Teluk Dalam dan segera bertolak menuju Gunungsitoli. Akhirnya. Akhirnya! Perjalanan panjang ini memakan durasi selama 3 jam. Seperti biasa, kerjaan saya selain melihat-lihat pemandangan adalah tidur. Hehehe. Nggak banyak yang bisa dilakukan di jalan memang. Awalnya masih menyenangkan melihat-lihat pemandangan di kanan dan kiri (kebetulan saya duduk di sebelah kanan, tepat di belakang supir sehingga pemandangan di sebelah kiri sebenarnya nggak bisa terlalu kelihatan juga). Pemandangan yang tersaji kebetulan adalah laut dan selat diantara Pulau Nias dengan daratan besar Sumatera yang masih merupakan bagian dari Samudera Hindia juga. Menjelang area tengah, pemandangan laut ini tergantikan dengan bukit, sungai dan perkampungan. Namun, lama kelamaan, plus suhu yang panas (setelah sebelumnya hujan deras mengguyur tempat ini pada pagi hari) mau nggak mau membuat saya tertidur juga dan terbangun entah dimana.
Hiburan satu-satunya adalah ketika ada penumpang yang membeli Lasi, atau buah langsat yang kita kenal. Dengan rasa egaliter, sang ibu yang membeli lasi untuk anaknya itu membagi-bagikannya kepada seluruh penumpang. Saya pun nggak ketinggalan, ikut kebagian juga. Walaupun Cuma sebiji, namun saya sudah senang dibuatnya. Proses membelinya pun unik karena yang menawar sang supir yang kami tumpangi, bukan si ibu. Begitu harga yang diinginkan tidak dicapai, dibukalah kaca jendela dan berteriaklah sang ibu untuk ikut-ikutan menawar. Kalau sudah begini, mau apa coba? Hehehe.
Satu peristiwa lain yang saya nggak bisa lupa adalah ketika sang anak yang dipangku tersebut sepanjang perjalanan (konon biar sang anak nggak membayar harga kursi-kalau sampai duduk di kursi artinya harus membayar harga kursi), hampir saja mabuk darat. Ketika sang ibu dengan panik mencari-cari kantung plastik untuk menampung muntahan anaknya tersebut, saya dengan sigap memberikan kantung plastik yang saya gunakan untuk berjaga-jaga kalau-kalau saya mabuk duluan. Hehehe. Beruntung saya nggak mabuk sepanjang perjalanan, namun ibu itu kurang cepat membuka kantung plastik tersebut, atau entah saya yang kurang cepat memberikannya. Alhasil, anak tersebut sudah keburu muntah dan membasahi baju sang ibu, dan sedikit terciprat ke saya. Langsung dech sang ibu sibuk mengelap tumpangan muntahan tersebut sambil mengomeli anaknya yang nangis tersebut. Sang ibu yang juga tidak menemukan tisu di dalam tasnya tersebut akhirnya saya berikan tisu yang ada di dalam tas saya yang lebih mudah untuk diraih. Untung Cuma cipratannya doank. Hehehe.
Tapi waspadalah, walaupun nggak bergunung-gunung tapi kontur Nias Selatan yang sebagian memang berbukit di ruas jalan utamanya berpotensi membuat penumpang mabuk darat. Selepas Gomo, jalan sudah cenderung lurus sehingga potensi masuk sudah berkurang. Tiket pulang dari Teluk Dalam menuju Gunungsitoli sama dengan keberangkatan, yakni Rp 50.000. Sang supir ga akan segan-segan memenuhi seluruh kapasitas tempat duduk sampai penuh, kalau perlu menunggu sekalian. Ini sebabnya waktu perjalanan tidak bisa on time. Bersyukurlah kalau kendaraan yang anda tumpangi lekas penuh dan bisa segera berangkat tanpa banyak menunggu.
Banyak pemandangan sungai di sepanjang rute Teluk Dalam - Gunungsitoli
Nias punya sawah juga lho...
kampung di Nias, sebagian sudah merupakan hasil renovasi, sebagian masih bertahan dari gempa
gereja tua (dekat Gunungsitoli) dengan desain yang jadul dan khas
beli baju di tepi jalan? jangan lupa bilang pak supir, ya!

0 komentar:

Post a Comment