Sisi Lain : Dilarang Memotret Di Dalam Museum Pusaka Nias



Salah satu larangan yang menurut saya kurang masuk akal adalah larangan memotret benda-benda koleksi di dalam Museum Pusaka Nias. Ada beberapa skenario yang saya pikirkan ketika larangan ini diberitahu kepada saya. Larangan berlaku kepada semua jenis kamera lho, bukan cuma kamera DSLR saja. Saya nggak ngerti dech kalau misalnya ada yang iseng iseng berfoto pakai kamera handphone. Jadilah, selama berkeliling, bertanya dan dijelaskan, saya nggak boleh memotret benda koleksi sama sekali. Sayang banget. Setidaknya, beberapa penjelasan akan larangan tersebut hadir di benak saya seperti ini :
Skenario pertama, benda koleksi adalah koleksi yang teramat berharga. Penggunaan flash bisa merusak benda-benda koleksi tersebut (catatan, benda-benda yang dipamerkan sebagian besar terbuat dari kayu atau batu. Beberapa benda bahkan ada pula yang dipajang di bagian depan museum yang bisa dipotret. Perhiasan hanya sedikit dan tidak banyak). Nah, khan bisa yach kalau berfoto tanpa menggunakan flash? Jadi alasan ini dianulir oleh saya sendiri. Skenario kedua, agar foto benda koleksi tidak tersebar keluar secara sembarangan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti apa sich hal-hal yang tidak diinginkan? Mungkin saja seperti dipergunakan dalam keperluan yang tidak semestinya dan tanpa ijin, atau dibuat replikanya berdasarkan foto yang dijepret tersebut. Bisa jadi, foto-foto tersebut dikomersilkan tanpa ijin untuk keperluan brosur, artikel atau publikasi semacamnya. Bisa jadi pula, benda koleksi direplika dan dijual secara gelap ke penjuru dunia, atau dibuat tiruan palsunya. Entah yach, menurut saya alasan ini adalah alasan yang paling masuk akal dan bisa diyakini kebenarannya. Eits, masih ada alasan lain lho.  
Skenario ketiga, mungkin skenario yang paling nggak masuk akal namun logis juga dari segi supranatural. Hehehehe. Saya berpikir bahwa benda-benda ini adalah benda keramat yang sudah ada semenjak lama sehingga "bertuah". Sebagian bear dari benda yang dipajang memang memiliki makna filosofis tertentu dan digunakan dalam kegiatan upacara. Bukan nggak mungkin benda-benda tersebut "berisi" sehingga sukar atau tidak bisa difoto. Hiyyyyy. Memang, terkadang beberapa kali dalam hidup saya, saya menemukan sejumlah tempat yang memiliki larangan untuk berfoto. Misalnya saja di ruang pamer emas dan perhiasan Museum Nasional di Merdeka Barat, Jakarta dan Museum Sampoerna di Surabaya (khusus yang ini, kamera biasa dibebaskan, namun pemilik kamera DSLR diharuskan mengisi formulir pernyataan bahwa hasil jepretannya tidak akan dipublikasikan dan hanya akan menjadi koleksi pribadi semata). Apapun alasannya, saya rasa Museum Pusaka Nias memiliki alasan yang tepat mengenai mengapa menetapkan alasan tersebut. Jadi, yach saya ikuti saja walaupun ada rasa sesal karena jauh-jauh ke Nias tidak bisa memotret isi museum. Isi museum tersebut hanya terpatri, yang saya tidak tahu lama atau tidak, dalam pikiran saya.

0 komentar:

Post a Comment