Nasi Liwet menjadi sesuatu yang sudah umum dikenal di Solo, terlebih di jakarta karena hidangan ini telah merambah ke hotel-hotel berkelas dimana para tamunya menginginkan hidangan yang unik dan tradisional. Harganya pun tidak dapat dikontrol lagi menjadi puluh ribuan hingga ratus ribuan untuk sepiring Nasi Liwet Khas Solo yang dibuat oleh chef terkenal dan diramu dengan apik ini. Nasi Liwet Solo dapat anda temui di kota - kota besar saat ini, di tempat yang berkelas pula.
Namun, bagaimanakah aslinya Nasi Liwet Solo itu? Pengalaman saya mengunjungi Solo selama 3 hari pada bulan September 2007 tidak saya sia-siakan untuk menikmati makanan khas Solo ini. Tepat di Pinggir Jalan Urip SUmohardjo, seorang Ibu sedang duduk di pinggir jalan dan di sisinya berderet panci-panci dan bakul yang merupakan barang dagangannya. Yap, Ibu ini menjual Nasi Liwet Solo.
Nasi Liwet Solo yang asli berupa nasi yang disajikan di atas daun pisang, ditaburi oleh telur rebus setengah, potongan labu, ayam (paha utuh) dan tentu santan yang diacak dengan kasar (bukan santan halus) beserta bumbu bumbu pelengkap lainnya. Rasanya? kalau acara di televisi, ia akan mengatakan "Mak NyuSSSS!" tanpa bermaksud untuk mengimbangi acara dan memplagiat sama sekali, saya akan mengatakan, bahwa makanan ini benar-benar sederhana, simpel namun benar-benar sangat enak dan menyentuh semua indra perasa saya. Saya berbahagia dapat menikmati makanan ini. Rasanya yang rough dan sangat bercita rasa dapur tradisional sungguh membangkitkan indra perasa di lidah saya. semua sarap pencecap rasanya menari-nari karena merasakan nasi liwet ini. Undescribable.
Harganya? Untuk sepiring Nasi Liwet (untuk ukuran cowoq, pasti akan bikin kenyang), taburan potongan labu, talur rebus setengah dan ayam rebus berbumbu (paha besar sepotong) hanya dikenakan biaya 5000 rupiah. bayangkan! ditambah lagi dengan minum gratis dengan air yang higienis dari gelas-gelas air mineral. ups, maaf, air tidak gratis namun berharga 500 rupiah.
bandingkan dengan harga yang beredar di restoran kelas atas atau hotel bintang sekian yang sudah pasti nasi Liwetnya tidak autentik lagi karena sudah berada di tangan koki professional dan diracik secara professional juga pastinya. Harganya mencapai langit untuk kenikmatan sepiring Nasi Liwet Solo. Tanpa mengecilkan makna koki di hotel ataupun restoran besar, tampaknya Nasi Liwet asli Solo memang patut dicoba siapa saja. Ibu-ibu ini hanya berjualan pagi hari saja. Namun jangan kuatir, sebagian penjual nasi lainnya bekerja sore hari. jadi, apabila anda tidak dapat menemukan Nasi Liwet di pagi hari, maka anda akan menemukan Nasi Liwet dengan penjual yang berbeda pada sore hari. kelemahannya munkin cuma satu, anda harus duduk di tepi jalan Urip Sumohardjo untuk bisa menikmati sepiring nasi Liwet yang sangat AUtentik ini. Saya sendiri justru merasakan duduk di pinggir jalan merupakan suatu berkah karena dengan demikian, saya benar-benar merasakan Jawa-nya Solo. tiada yang lebih autentik dari Jawa-nya Solo selain makan nasi Liwet di pinggir jalan sambil bercengkrama dengan penjual dan warga sekitar. Selamat datang Di Solo, Surakarta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment