Ada yang menarik di saat detik-detik terakhir saya harus bergegas menuju Bandara Adi Sucipto. Saya yakin, Bus Trans Yogya bisa membawa saya untuk mencapai Bandara pada waktunya. Kalau posisi saya di Malioboro, mungkin saya hanya perlu sekali ganti bus atau tidak perlu ganti sama sekali. Berbekal kepedean tersebut, saya *dengan ransel, tas dan kantong kresek di kanan kiri badan* masuk Halte Bus Trans Yogya Malioboro. Saya membeli tiket seharga Rp. 3.000 dan kemudian bertanya pada petugas akan rute menuju Bandara Adi Sucipto. Singkat cerita, ternyata bisa dan sah-sah saja sich mau mencapai Bandara Adi Sucipto via Trans Yogya. Namun, yang jadi persoalan adalah waktu. Bisa saja, saya nggak mencapai Bandara Adisucipto pada waktunya lantaran busnya ini akan muter-muter dulu sebelum sampai di tujuan. Haduh, saya jadi dilema. Kemudian mbak tersebut menyarankan agar naik taksi saja. Saya berpandang-pandangan dengan teman saya. Entah sudah digariskan dari awal, nggak lama, seekor taksi dengan bentuk Kijang Innova datang melintas. Tanpa pikir panjang, akhirnya saya memutuskan untuk memberhentikan taksi tersebut dan inilah saya, di dalam taksi.
Supir taksinya ternyata seorang bapak tua dengan wajah yang sangat khas Jawa. Sapaan yang pertama meluncur dari mulutnya adalah “Good afternoon sir, where do you want to go?”. Mendengar ucapan ini, saya langsung tanpa basa basi berkata “walahlah Pak, saya iki wong Jakarta, ra usah pake Boso Inggris”. Hahahaha. Yang terjadi berikutnya adalah kehangatan. Ya, bapak tersebut mengira saya adalah turis Jepang/Korea yang biasanya memang banyak berkeliaran di seputaran Malioboro, “saya pikir sampeyan turis. Hahaha”. Selanjutnya bisa ditebak, bapak tersebut berceloteh dengan riang dan mengajak kami mengobrol mengenai apa saja, mulai yang sopan seperti seputaran Kota Yogyakarta, Gunung Merapi, profesi kami, Sultan dan Keraton, seputar politik di Indonesia hingga yang agak nyeleneh seperti kelakuan turis-turis asing dan turis lokal, hingga “area merah” Yogyakarta. Ya, arah pembicaraan ini memang tidak bisa ditebak, namun pembicaraan mengalir begitu saja tanpa ada kebebanan untuk mencari topik. Bapak ini ternyata adalah seorang yang gemar ngobrol, pemerhati politik dan lingkungan sosial Yogyakarta dan Indonesia serta wawasannya luas. Saya senang bisa mengobrol banyak dengan bapak ini.
Dalam mobil Kijang Innova yang nyaman tersebut, saya meminta sang bapak untuk mengantarkan saya keliling Yogyakarta sebelum akhirnya tiba di perhentian terakhir, Bandara Adi Sucipto. Ya lah, mumpung naik taksi, mumpung cepat dan waktunya lebih fleksibel, mengapa nggak dimanfaatkan untuk melihat-lihat Yogyakarta? Alhasil, kami menentukan dua tempat yang akan kami kunjungi secara singkat : Bakpia Pathuk 25 dan Saphir Square di Jalan Solo. Memang, terkadang untuk mengetahui info-info miring dari suatu kota atau wilayah, nggak cukup hanya dengan mengandalkan buku petunjuk semata. Maklum, umumnya info-info semacam itu nggak akan pernah ditulis di buku manapun. Bisa bisa tuh buku/brosur dibredel karena merusak nama baik dan bersifat menghasut. Hehehe. Info-info ini bisa didapatkan dari warga lokal, contohnya supir taksi yang saya tumpangi ini. Seru juga mendengar sisi lain dari Yogyakarta. Mudah-mudahan anda nggak salah mengira akan kesesuaian judul dan isi artikel ini.Buat saya, taksi ini memang plus plus koq. Nggak hanya sampai di tempat dengan selamat, tapi banyak bahan obrolan ringan hingga berat yang menarik dan tentunya, menambah wawasan kami akan Yogyakarta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
kayaknya toyota avanza atau xenia deh mas.. warna hitam/silver? kalo iya sih itu taksi citra (737373)..
ReplyDeletesebenarnya banyak sekali hal tentang jogja yang tidak diketahui orang luar.. kalo mau tau tentang jogja lebih dalam coba aja tinggal/ngekost di jogja, pasti akan kaget.. xiixiixixi
setuju ama mas Tri, saya baru tau jenis yang Innova.
ReplyDeleteemang kalau udah ngobrol suka kemana-mana ya, tiba-tiba nyampe obrolan tentang politik padahal awalnya ngomongin tahu :P
wah ada taksi kayak gitu di jogja ya? haduh jadi kangen jogja lagi nih. kapan ya kesana lagi
ReplyDeleteHihihi...iyah nih, saya baru inget. itu namanya Citra. Makasih ya Mas udah diingetin. Hmm...entah yah saya lupa lupa inget apa ngga, tapi rasanya waktu itu mobilnya jauh lebih lebar daripada xenia avanza, warnanya silver. Kalau nda salah sich, Innova. Hihihi...CMIIW yaaa :D
ReplyDeleteyah, saya yang cuma sejam puter2 Yogya di dalam taksi saja sampai dapat info yang sebegitunya, gimana kalau sampai ngekos di Yogya yach? judulnya kalau mau dibikin pas mungkin : "Yogyakarta Undercover" xixixixixi....
Oom brad, saya juga kangen nich. Kapan ya bisa ke Yogya lagi...^^